Problematika Pekerja Packing di Pabrik Kertas PT Tjiwi Kimia
ditulis oleh: Regina Putri Pramesdya, Mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Muhammadiyah Malang
TABLOIDMATAHATI.COM, MALANG-Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk merupakan anak perusahaan dari Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas. Awalnya, perusahaan hanya bisa membuat soda dan bahan kimia lainnya, namun sejak tahun 1978 mampu menghasilkan 12.000 ton paper goods setiap tahunnya. Bisnis utama saat ini adalah produksi kertas tulis dan cetak yang dilapisi dan tidak dilapisi. Operasi utama perusahaan adalah memproduksi beberapa jenis turunan kertas seperti mesin fotokopi, kertas berlapis, dan kertas tanpa karbon.
Selanjutnya, PT Tjiwi Kimia memproduksi berbagai alat tulis dan barang kantor yang dikonversi seperti buku latihan, kertas tulis, notes, loose leaf, spiral, amplop, formulir komputer, kertas kado, dan produk mewah yang mendapat respon pasar yang positif. internasional. Seluruh kapasitas produksi kertas tahunan adalah 12.000 ton. PT. Tjiwi Kimia kini memiliki 13 mesin kertas (PM 1 hingga PM 13), tiga mesin coating, dan satu mesin NCR (produsen kertas karbon).
Sebagai sebuah perusahaan, keberlanjutan telah menjadi titik fokus dari rencana bisnisnya. Terlepas dari kenyataan bahwa tahun 2021 merupakan tahun yang penuh tantangan, dedikasi pabrik terhadap keberlanjutan tidak pernah goyah. Kolaborasi dengan beragam pemangku kepentingan menambah kekuatan luar biasa untuk realisasi visi.
Pada artikel ini, kita akan membahas pengepakan. Pengemasan sangat penting untuk menjaga agar barang yang akan dikirim dalam keadaan baik dan tidak rusak. Pengepakan sangat penting dalam mendukung kegiatan bisnis karena merupakan salah satu faktor pendukung dalam mencapai pendapatan bisnis yang lebih tinggi dan meningkatkan kesan menyenangkan perusahaan kepada pelanggannya. Jelas ada pekerja dalam pengepakan, dan pekerja harus menghadapi tantangan saat menyelesaikan pengepakan ini, salah satunya adalah produk yang rusak.
Barang cacat adalah barang yang diproduksi selama proses pembuatan dan tidak sesuai dengan standar kualitas yang ditentukan, namun masih dapat diperbaiki dengan biaya tertentu. Akibatnya, produk yang rusak adalah produk yang dihasilkan melalui suatu proses dan tidak sesuai dengan persyaratan atau standar yang ditetapkan oleh perusahaan, tetapi dengan mengorbankan biaya atau pengeluaran tertentu.
Proses pengemasan yang dilakukan oleh pekerja tidak menutup kemungkinan adanya kesalahan yang menyebabkan suatu produk dinyatakan rusak. Perusahaan harus mengurangi jumlah penolakan di setiap sesi pengepakan untuk memastikan produktivitas tetap pada jalurnya. Produk yang cacat seringkali merupakan hasil dari kesalahan manusia dan manajemen sumber daya yang tidak memadai. Karena risiko produk cacat berdampak pada proses pembuatan, maka manajemen risiko harus diterapkan. Dalam skenario ini, pekerja pengepakan harus bekerja dua kali; pertama, mereka harus memverifikasi apakah ada produk yang cacat atau tidak; kedua, jika ada produk yang tidak memenuhi standar kualitas, maka produk tersebut harus dikembalikan ke bagian produksi untuk diperbaiki.Produk yang cacat memboroskan waktu pekerja pengepakan karena menyebabkan tujuan yang harus dicapai dalam sehari menjadi tidak tercapai.
Awak pengepakan sangat penting untuk menjaga kepuasan pelanggan dengan memastikan bahwa produk yang dikemas bebas dari kesalahan dan siap didistribusikan ke masyarakat umum. Pengepakan pekerjaan pekerja dapat menjadi sangat penting bagi organisasi dan menuntut tingkat kompetensi dan ketelitian yang tinggi. Terima kasih khusus saya sampaikan kepada Ibu Dra. Arfida Boedirochminarni, M.S. selaku dosen mata kuliah ESDM dan Ketenagakerjaan. (*)