Prospek Pemasaran Ledre Pisang di Kecamatan Padangan Bojonegoro
ditulis oleh: Della Nurisa Agustin, Mahasiswi Prodi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Muhammadiyah Malang
TABLOIDMATAHATI.COM, MALANG-Ledre pisang merupakan makanan khas yang paling terkenal di Bojonegoro, yang terbuat dari olahan pisang raja. Makanan ledre pisang ini sudah tidak asing lagi bagi kalangan masyarakat bojonegoro. Tidak hanya di Bojonegoro saja tetapi ledre pisang ini juga tidak asing lagi di kota Tuban, Lamongan, dan juga Gersik. Makanan ledre pisang ini sudah ada sejak indonesia belum merdeka. Industri ledre pisang ini sudah menjadi usaha turun temurun dari nenek moyang pada tahun 1930. Kabupaten Bojonegoro ini juga termasuk kedalam kabupaten penghasil pisang terbesar ke tiga sejawa timur yaitu sekitar 78,364 MT (10%) setelah penghasil pisang terbesar dari Malang dan Lumajang. Di bojonegoro terdapat 110 unit industri usaha produksi pisang ledre. Tempat produksi ledre di bojonegoro ini sendiri terletak di kecamatan padangan yang berjarak sekitar 25 km dari arah barat kabupaten Bojonegoro.
Ledre pisang ini makanan yang berbentuk serupa seperti astor, kue stik, maupun semprong. Ledre pisang ini berwarna kecoklatan yang memiliki cita rasa manis dengan aroma yang pekat dari pisang raja. Makanan ledre pisang ini semacam gulungan yang memiliki Panjang kurang lebih 20 cm serta dengan diameter sekitar 1,5 cm. Jenis rasa pada makanan ledre pisang terdapat berbagai ragam pilihan rasa seperti original, nanas, strawberry, durian serta nangka. Tidak hanya rasa buah buahan namun juga terdapat rasa susu dan coklat yang paling banyak digemari oleh kalangan masyarakat.
Pada proses pembuatan makanan ledre pisang ini menggunakan bahan yang alami tentunya aman dari zat pengawet yang berbahaya, dalam hal ini menjadi salah satu keunggulan dari produk ini. Proses dalam pembuatannya dimulai dari membuat adonan terlebih dahulu kemudian menuangkan adonannya ke wajan yang sudah diolesi mentega supaya tidak lengket nantinya. Proses selanjutnya dengan membuat lembaran yang dipipihkan yang biasanya disebut “ngeledre”. Dengan adanya istilah ngeledre tersebut menjadi awal mula makanan ini disebut ledre.
Makanan ledre pisang dijual dengan harga yang relatife terjangkau dari harga Rp23.000/box hingga Rp 35.000/box. Setiap box berisis kemasan yang berbeda ada yang 500 gr dan 1.000 gr. Ledre pisang ini memiliki tekstur yang kering sehingga memiliki daya awet yang cukup lama, jika dalam penyimpanan ledre pisang disimpan pada wadah yang tertutup maka memiliki keawetan sekitar dua sampai tiga bulan. Umur simpan pada produk pangan merupakan suatu informasi yang penting bagi konsumen. Dalam hal ini pencatuman umur simpan sangat penting karena berkaitan dengan keamanan pada produk pangan untuk memberikn jaminan mutu sampai ketangan konsumen.
Pemasaran ledre pisang di bojonegoro berada di perkotaan yang terdapat di pusat kegiatan lokasi promosi (PKLP) yang terbagi menjadi delapan daerah yaitu Dander, Sumberejo, Baureno, Ngraho, Ngasem, Kedungadem, Padangan dan Temayang. Tidak hanya di bojonegoro saja pemasaran ledre juga tersebar di kota kota besar seperti, semarang, Surabaya, jakata, jogyakarta bahkan hingga luar pulau jawa. Strategi pemasaran untuk menyebar kejaringan yang lebih luas dilakukan melalui media sosial seperti Twitter, Youtube, WhatsApp serta Facebook. Dalam proses pemasaran ledre pisang khas bojonegoro terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dengan meningkatkan penetrasi pasar dengan adanya dukungan pemerintah, serta menjaga suatu kualitas produk yang digemari pasar serta adanya pegadaan fasilitas pusat penjualan ledre pisang yang mudah untuk dijangkau konsumen dan produsen. Sehingga dalam hal ini dapat meningkatkan daya beli masyarakat. Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap ledre pisang sangat membuka peluang lebar dalam menambah tingkat penjualan produk. Semakin meningkatnya suatu pendapatan maka daya beli masyarakat terhadap produk ledre pisang seiring juga mengalami peningkatan.
Dalam proses produksi ledre pisang tentunya membutuhkan tenaga kerja. Tenaga kerja tersebut paling banyak berjenis kelamin perempuan dengan kisaran usia 41 – 50 tahun dengan mayoritas Pendidikan terakhir SMP dan lama bekerja sekitar 30 – 40 tahun. Hal ini dikarenakan usaha ledre pisang merupakan usaha yang turun temurun dari nenek moyang. Kualitas dari Sumber Daya Manusia (SDM) dapat dilihat melalui keterampilan dan pengetahuaanya masih sangat rendah karena minimnya keterampilan dan pengetahuan serta kompetensi dalam dunia usaha dan tenaga kerja. Rendahnya keterampilan dan pengetahuan tersebut dapat disebabkan oleh rendahnya suatu tingkat Pendidikan dan usia yang sangat beragam yang tidak merata. Dalam hal ini tenaga kerja sangat berpengaruh pada keunggulan kompetitif utama bagi pelaku usaha. Maka dalam hal ini pelaku usaha mengadakan program pelatihan tenaga kerja supaya dapat meningkatkan keterampilan bagi tenaga kerja. Mengucapkan terima kasih penulis sampaikan kepada khususnya Ibu Dra. Afrida Boedirochminarni, MS. Selaku dosen pemaku mata kuliah ESDM & Ketenagakerjaan.
Oleh: Della Nurisa Agustin – 202110180311014 Artikel ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Manusia dan Ketenagakerjaan dengan dosen pengampu Dra. Arfida BR, M.S. (*).