Pengembangan Usaha Di Kampung Sate Ponorogo
ditulis oleh: Vina Amiliana, Mahasiswi Prodi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Muhammadiyah Malang
TABLOIDMATAHATI.COM, MALANG-Tahun 1950-an melihat pembangunan Kampung Sate di Ponorogo, sebuah pemukiman di pemukiman Nologaten. Tidak hanya pembuat sate yang dapat ditemukan di daerah ini, tetapi juga produk terkait seperti sate dan bumbu sate. Di desa ini juga dibangun perumahan biasa berdampingan dengan perumahan produktif. Ada sekitar 17–20 rumah produktif di desa ini secara keseluruhan. Kampung Sate Ponorogo Ponorogo (sebelumnya bernama Gang Sate) berkembang menjadi wisata kuliner pada awal tahun 1990-an. Bukan hanya di Ponorogo, tapi juga di kota-kota lain, Gang Sate mulai tenar. Awal Januari 2013, pemerintah resmi membuka Gang Sate yang kini menjadi Kampung Sate Ponorogo dan salah satu daya tarik wisata kota tersebut.
Namun kali ini, kita harus fokus pada tujuan pembangunan berkelanjutan di tahun 2015. Kebutuhan akan pembangunan berkelanjutan saat ini telah diakui secara luas dalam skala global. Ini berdampak pada banyak aspek kehidupan manusia, termasuk pembangunan rumah. Fokus pada topik perumahan dan permukiman, biasanya melibatkan industri bangunan, alam, dan hubungan manusia di dalam permukiman (Burtland, 1987). Untuk mencapai tujuan ini dan memajukan kemajuan kita, kita harus memperhatikan aspek sosial dan ekonomi lingkungan. Bagaimana memperbaiki kerusakan lingkungan tanpa membahayakan kebutuhan akan pertumbuhan ekonomi dan keadilan sosial merupakan salah satu isu yang harus diperhatikan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Bagi sebagian besar orang, menemukan cara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menemukan cara untuk menumbuhkan ekonomi melalui waktu tanpa mengurangi sumber daya alam. Namun, karena ada sumber daya yang terbatas di planet ini, kebanyakan orang menganggap gagasan pertumbuhan ekonomi itu sendiri bermasalah.
Industri utama Kampung Sate Ponorogo adalah ekonomi. Namun, kebijakan ekonomi tetap tidak peduli dengan kelembaban planet. Pembuat sate di Kampung Sate masih menggunakan peralatan tradisional untuk melakukan kegiatan ekonomi. Selain itu, keruntuhan ekonomi dapat terjadi di desa saat ini jika tidak ada strategi yang tepat bagi kedua belah pihak untuk mengejar keseimbangan antara kepentingan ekonomi dan lingkungan.
Terimakasih khusus saya sampaikan kepada Ibu Dra. Arfida Boedirochminarni, M.S. selaku dosen mata kuliah ESDM dan Ketenagakerjaan. (*).