Peringatan HUT Kota Trenggalek, Dimeriahkan Upacara Adat Kirab Pusaka
TABLOIDMATAHATI.COM, MALANG-Kirab Pusaka adalah salah satu tradisi yang diadakan menjelang peringatan Hari Jadi Kota Trenggalek. Acara ini rutin diadakan pada tanggal 30-31 Agustus, yang bertujuan untuk menandai adanya Kota Trenggalek. Acara ini dilaksanakan selama 2 hari, pada tanggal 30 Agustus, satu per-satu pusaka akan dibersihkan oleh petuah. Pusaka yang dibersihkan diantaranya adalah Payung Songsong Tunggal Naga, Songsong Tunggal Wibawa, 2 buah Tombak Naga Korowelang, Parasamya Purna Karya Nugraha, dan Panji Lambang Kabupaten. Kemudian, pusaka yang sudah dibersihkan selanjutnya dipindahkan dari Pendapa Manggala Praja Nugraha menuju Balai Desa Kamulan untuk disemayamkan selama semalam. Karena mengingat pusaka-pusaka tersebut kebanyakan ditemukan di Desa Kamulan.
Sore harinya setelah pusaka-pusaka tersebut diletakkan di Balai Desa Kamulan, Bupati dan jajarannya berziarah ke makam-makam leluhur, salah satunya makam Adipati Menak Sopal yang dikenang oleh masyarakat sampai sekarang karena penataan irigasi Dam Bagong yang dapat membantu para petani dan penanggulangan banjir. Dan beberapa makam leluhur lain yang pernah menjadi bagian dari sejarah Kota Trenggalek. Ziarah makam bertujuan untuk napak tilas kepemimpinan dan jasa para leluhur serta melestarikan sejarah.
Keesokan harinya, pusaka-pusaka tersebut akan dikirab dari jln. RA Kartini menuju ke Pendapa Manggala Praja Nugraha oleh Bupati Trenggalek beserta jajarannya. Sesampainya di depan pintu gerbang pendapa rombongan kirab akan di sambut oleh beberapa penari dan diiringi menuju kedalam pendapa. Selanjutnya, Bupati Trenggalek dan dalam jajarannya memasuki pendapa dan duduk di tempat yang telah didisediakan. Kemudian, penyerahan pusaka yang telah di arak dari Kepala Dinas Pariwisata kepada Bupati Trenggalek dan diletakkan pada tempat yang telah disediakan. Selanjutnya, di tampilkan tarian pembukaan yaitu tari Bedhaya Nitisari setelah tarian pembuka kemudian sambutan dari Bupati dan Wakil Bupati. Setelah adanya sambutan-sambutan tersebut acara selanjutnya yaitu, para Bupati dan jajarannya membasuh muka secara bergantian dengan 7 air yang berasal dari 7 sumber mata air yang ada di Kota Trenggalek, yang telah diletakkan dalam kendi-kendi yang telah disediakan di plataran Pendapa. Setelah selesai membasuh muka Bupati dan jajarannya kembali ke tempat duduk yang telah disediakan di Pendapa.
Acara selanjutnya diisi dengan pertunjukan lantunan tembang Jawa dan tari-tarian tradisional Trenggalek. Setelah acara pertunjukan tersebut selesai kemudian acara Kirap Pusaka ini di tutup oleh Bupati. Terimakasih kepada Ibu Arfida BR., Dra., M.S. selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia sehingga penulis dapat menyusun artikel ini untuk memenuhi tugas yang diberikan. (*)