Pengaruh Jumlah Uang Beredar dan Suku Bunga Terhadap Nilai Tukar Rupiah
Oleh : Zahra Hana Fadia, 202110180311047, Program Studi Ekonomi Pembangunan, Universitas Muhammadiyah Malang
TABLOIDMATAHATI.COM, MALANG-Perekonomian yang terbuka dapat menyebabkan kekhawatiran bagi setiap negara karena adanya arus globalisasi yang memiliki dampak padadasar ekonomi yang ada di setiap negara. Bank Indonesia untuk tetap menjaga stabilitas ekonomi, menerapkan kebijakan moneter demi menjaga stabilitas faktor-faktor makroekonomi yang dinantikan akan dapat memperkuat dasar-dasar perekonomian dengan waktu yang lebih lama. Salah satu faktor makroekonomi yang penting adalah jumlah uang beredar, yang dalam pendekatan moneternya didasarkan pada konsep pengembangan teori kuantitas uang. Peran JUB dalam perekonomian negara sangat penting dan memiliki dampak yang signifikan. Apabila terjadi peningkatan yang signifikan pada, ini akan mengakibatkan tekanan terhadap nilai tukar mata uang domestik pada mata uang asing. Peningkatan dalam pasokan uang atau JUB maka akan berdampak pada kenaikan nilai barang diukur dengan satuan uang dan juga akan menyebabkan apresiasi mata uang domestic terhadap mata uang asing (Triyono, 2008).
Tingkat suku bunga merupakan salah satu faktor makroekonomi lain yang juga memengaruhi nilai tukar rupiah. Menurut Madura (2009:130), dalam beberapa masalah, yang dapat mempengaruhi nilai tukar antara dua negara bisa berubah karena suku bunga. Tingkat suku bunga tinggi memiliki potensi untuk menarik masuknya arus modal asing, tetapi tingkat bunga yang tinggi juga dapat mengindikasikan adanya perkiraan inflasi meningkat tinggi. Tingkat inflasi yang melonjak akan memberikan tekanan pada nilai mata uang domestik, ini akan berdampak pada investor asing yang mungkin tidak berminat kembali untuk berinvestasi. Pemahaman di atas membantu dalam melihat tingkat suku bunga riil, yang mengakomodasi tingkat suku bunga nominal dengan memperhitungkan tingkat inflasi.
Menurut Timotius (2009), nilai tukar mengacu pada nilaisuatu mata uang negara yang diukur berdasarkan perbandingan satu nilai mata uang dengan mata uang lain. Ketika terjadi perubahan situasi ekonomi, maka sering kali juga diikuti oleh perubaha yang signifikan pada nilai tukar. Kasus nilai tukar akan ada ketika melakukan transaksi dari satu negara ke negara lain, yang mana setiap negara akan menggunakan mata uangnya sendiri. Dengan demikian, nilai tukar adalah nilai yang harus keluarkan negara domestic demi mendapatkan mata uang negara yang dituju.
Menurut sebuah penelitian yang membahas pengaruh JUB terhadap nilai tukar tahun 2013, disimpulkan bahwa JUB tidak berpengaruh secara signifikan pada nilai tukar Rupiah dan Dollar. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa penambahan jumlah uang beredar tidak dipergunakan secara langsung oleh masyarakat umum atau bisnis, karena jumlah uang beredar harus melewati sistem perbankan terlebih dahulu sebelum mencapai pengguna akhir. Penelitian tersebut menyatakan bahwa JUB tidak memiliki pengaruh yang relevan pada nilai tukar sebab proses penyebaran uang yang cukup menyita waktu cukup lama untuk mencapai masyarakat yang akan menggunakannya dalam mengkonsumsi barang impor. Akibatnya, hal ini menyebabkan nilai tukar mengalami apresiasi. Secara teori, terdapat hubungan negatif antara JUB dan nilai tukar, dimana peningkatan JUB domestik akan mengakibatkan melemahnya mata uang domestik.
Secara teori, terdapat hubungan positif antara tingkat suku bunga dan perubahan nilai tukar yang dapat menghasilkan dampak positif. Apabila suatu negara memiliki tingkat suku bunga yang lebih tinggi, hal ini akan meningkatkan expected return atau tingkat pengembalian yang diharapkan dari investasi keuangan dilakukan di negara tersebut. Akibatnya, aliran dana masuk yang berasal dari luar negeri untuk mencari peluang investasi yang lebih menguntungkan. Hal ini yang pada akhirnya akan menyebabkan apresiasi nilai tukar negara tersebut. Dengan kata lain, suku bunga yang semakin tinggi, akan membuat nilai tukar uang (dalam hal ini Rupiah) memiliki potensi untuk mengapresiasi atau menguat terhadap mata uang asing. Investor akan tertarik untuk memegang mata uang tersebut karena mereka akan memperoleh imbal hasil yang jauh lebih tinggi dari investasi mereka. Seiring dengan meningkatnya permintaan terhadap mata uang negara tersebut, nilai tukar Rupiah cenderung menguat.