Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS
TABLOIDMATAHATI.COM, MALANG-Perkembangan perekonomian dunia saat ini ditandai dengan semakin eratnya integrasi dari satu negara ke negara lain. Hal ini didukung oleh pesatnya perkembangan teknologi komunikasi dan informasi di pasar keuangan dunia yang membuat pergerakan modal bergerak lebih cepat dan luas seiring dengan perkembangan ekonomi dan politik negara. Telah terjadi beberapa perubahan dalam sistem nilai tukar Indonesia, sesuai dengan perubahan masa pemerintahan pada Republik Indonesia. Perubahan sistem nilai tukar Indonesia tersebut dilakukan untuk menerapkan system nilai tukar yang disesuaikan dengan kondisi ekonomi secara makri di Indonesia dan hal ini merupakan hasil dari kebijakan pemerintah Indonesia.
Dari Agustus 1970 hingga November 1978, Indonesia menganut sistem kurs tetap. Sistem kurs ini ditentukan dengan cara langsung menghubungkan nilai tukar rupiah dengan dolar AS. Pengenalan sistem didasarkan pada gambaran pembayaran yang kuat selama periode ini. Gambaran pembayaran kuat karena sektor migas berperan penting dalam menghasilkan nilai tukar untuk ekspor, dibantu oleh kenaikan harga minyak (zaman keemasan minyak). Dan dari November 1978 hingga Agustus 1997, sistem kurs di Indonesia berubah dari kurs tetap diubah menjadi sistem nilai tukar mengambang, yang memungkinkan pendapatan devisa dari ekspor diperdagangkan secara bebas dan memungkinkan rupiah untuk menunjukkan beberapa fleksibilitas terhadap dolar AS. Lalu pada bulan Agustus 1997, pemerintah memutuskan untuk mengganti lagi sistem kurs mengambang terkelola dengan sistem kurs mengambang bebas.
Perilaku nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah faktor fundamental maupun nonfundamental. Dimana factor ekonomi atau fundamental ini dapat mempengaruhi adalah monay supply, inflasi, suku bunga, arus masuk dan keluar modal, internasional balance of payments Indonesia dan kebijakan moneter yang diterapkan oleh pemerintah. Sedangkan faktor nonfundamental meliputi faktor social politik, factor psikologis, dan keamanan nasional. Selain dua faktor tersbut, pergerakan rupiah terhadap dolar AS juga dapat dipengaruhi oleh faktor keterbukaan perekonomian.
Inflasi yang tinggi di suatu negara meningkatkan harga produk domestik terkait dengan nilai tukar, mengakibatkan melemahnya daya saing produk tersebut di pasar internasional. Ketika laju inflasi dalam negeri meningkat (dibandingkan dengan inflasi eksternal), hal tersebut menyebabkan peningkatan permintaan impor, yang meningkatkan kebutuhan akan mata uang asing (USD). dan rupiah melemah terhadap dolar AS. Perlambatan laju inflasi di dalam negeri (dibandingkan dengan foreign inflation) menyebabkan permintaan import turun, sehingga kebutuhan mata uang asing (USD) berkurang dan rupiah terapresiasi atau menguat terhadap dolar AS. Pada saat inflasi mengalami percepatan, nilai tukar USD/Rp cenderung meningkat atau menguat, terlihat pada triwulan II tahun 2010, inflasi sebesar 3,95 dengan nilai tukar Rp. 9.148,36 per dolar, kemudian pada triwulan III tahun 2010 inflation meningkat. sebesar 4,70 persen dan nilai tukar Rp 8.975,84 per USD. Seiring dengan melambatnya inflasi, nilai tukar USD/Rp melemah, seperti terlihat pada triwulan I tahun 2010, saat inflasi mencapai 1,03 persen dan nilai tukar Rp 9.173,73 per USD.
Salah satu faktor yang mempengaruhi nilai tukar adalah suku bunga. Perubahan nilai tukar mempengaruhi perubahan permintaan baik dari investor domestik ataupun inverstor asing. Jika tingkat bunga dari mata uang rumah menurun, modal akan meninggalkan negara, lalu dapat menyebabkan nilai mata uang domestic terdepresiasi. Lalu ketika tingkat bunga dari mata uang asal meningkat, modal akan mengalir ke negara tersebut, dan dapat menyebabkan mata uang asal terapresiasi.
Suku bunga ini dihitung berdasar dari teori ekuitas daya beli. Dari penjelasan di atas terlihat bahwa ketika suku bunga naik, nilai tukar USD/Rp turun/jatuh atau terdepresiasi. Hal itu akan terlihat pada triwulan III 2013. Sebaliknya, kurs USD/Rp naik atau menguat sementara suku bunga turun. Hal ini terlihat pada triwulan I tahun 2013. Indeks keterbukaan (opening) perekonomian dapat mempengaruhi beberapa hal salah satunya yaitu nilai tukar. Jadi, apabila semakin terbuka suatu negara, maka akan semakin rentan negara tersebutt menuju ke arah liberalisasi perdagangan. Apabila semakin banyak modal atau mata uang mengalir ke suatu negara, maka akan semakin kuat nilai tukar dari negara tersebut. Volatilitas nilai tukar Rp/USD, dapat mempengaruhi nilai tukar. Jadi nilai tukar masa lalu digunakan untuk membentuk ekspektasi tentang perubahan nilai tukar dimasa depan. Volatiliitas bukan hanya ukuran perubahan, melainkan indikasi faktor risiko pada mata uang. Semakin sensitif pergerakan suatu mata uang (volatile), maka akan semakin besar risiko pada mata uang tersebut. Volatilitas ini dihitung berdasarkan standar deviasi dari nilai tukar nominal. Selanjutnya peningkatan volatilitas memiliki beberapa efek penting. Salah satu dampaknya berkaitan dengan rupiah. Peningkatan ini menyebabkan depresiasi rupiah. Peningkatan volatilitas itu sendiri disebabkan penarikan dana global secara terus menerus, terutama dari negara-negara berkembang. Selain itu, pelemahan nilai tukar dipicu oleh membaiknya perekonomian Amerika dan juga prospek dari kenaikan suku bunga di negara tersebut.
Penulis: Aldita Tyara, NIM: 202110180311064, Prodi Ekonomi Pembangunan Kelas 4B, Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2021, Artikel ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Internasional dengan dosen pengampu Happy Febrina, S.P., M.SI