Produktivitas Pekerja Produksi Alen-Alen di Trenggalek
Oleh : Titis Setya Anggraini, Mahasiswa Ekonomi Pembangunan, Universitas Muhamamadiyah Malang
TABLOIDMATAHATI.COM, MALANG-Alen-Alen merupakan makanan khas daerah Trenggalek yang terbuat dari singkong. Di daerah Trenggalek banyak UMKM yang memproduksi makanan khas ini. Cara pembuatan alen-alen sendiri biasanya cukup sederhana yaitu menggiling tepung tapioka dengan bumbu secara manual sampai menjadi bentuk lonjoran, Lonjoran tersebut kemudian dibentuk menjadi bulatan-bulatan yang menyerupai bentuk cincin setelah itu lalu digoreng.
Akan tetapi membuat alen-alen ini memelukan ketelatenan, yakni dalam membentuk bulatan alen-alen memerlukan waktu yang lama agar mendapat bentuk yang rapi. Saat menggoreng, alen-alen harus terus dibolak-balik untuk menjaga kualitas, terutama agar alen-alen tidak kempis. Proses ini membutuhkan tenaga ekstra, karena alen-alen digoreng dalam jumlah banyak dalam wajan besar. Kegiatan produksi alen-alen yang lama ini menjadi penyebab susahnya mendapat karyawan yang telaten dan sabar sehingga tidak sedikit pelaku produksi alen-alen mengalami kendala dalam mengatasi keadaan keluarnya karyawan lama dan harus mencari karyawan baru.
Akhirnaya Salah satu pelaku produksi alat bantu usaha di Trenggalek sebut saja Edy Susanto akhirnya menciptakan alat semi otomatis untuk pembuatan alen-alen. Edy Susanto mendapat keluhan dari tentangganya yang telah merasakan sendiri bagaimana tidak efisiennya pembuatan alen-alen secara manual selain karena pembuatannya yang lama juga biaya produksinya lebih mahal.
Salah seorang produsen alen-alen, santoso, mengaku proses pembuatan alen-alen menjadi lebih mudah. Jika biasanya proses menggoreng alen-alen dilakukan secara manual untuk produksi 150 kilogram saja alen-alen bisa menghabiskan waktu seharian penuh dengan mengerjakan 10 orang karyawan, yakni 5 orang melakukan pembentukan dan 5 orang bagian penggorengan .
Namun dengan menggunakan alat semi otomatis untuk membuat alen-alen, semua lebih mudah dan cepat. alat ini produksi 170 kilogram alen-alen hanya membutuhkan lima jam saja bisa. Setelah adanya mesin semi ini yang awalnya mempekerjakan 10 karyawan menjadi 4 karyawan 2 orang melakukan pembentukan alen-alen dan 2 lagi bagian penggorengan alen-alen.
Jika dulu hanya bisa melakukan 5 kg dalam satu kali penggorengan maka kini sudah bisa sampai 15 kg dakam satu kali penggorengan. Karena adanya alat ini Jadi adanya alat ini produksi alen-alen meningkat, biaya produksinya lebih hemat, hasil dari alat ini juga bagus sehingga membuat omset mengalami peningkatan.
Alat semi otomatis ini sendiri diciptakan Edy Susanto pada tahum 2019 dan telah mendapat peringkat pertama dalam lomba inovasi teknologi tingkat Provinsi Jatim. Inspirasinya dalam membuat peralatan tersebut bermula dari tetangganya yang juga sebagai pemroduksi alen-alen mengeluh kelelahan ketika membuat hingga menggoreng alen-alen. Lantas tetangganya tersebut memesan seperangkat alat untuk memudahkan pekerjaannya.
Kini para produsen Alen-alen di Trenggalek merasakan sendiri manfaat dari alat semi otomatis. Namun disamping dampak positif adanya alat semi otomatis ini yang bisa meringkas waktu pembuatan alen-alen dan sangat efisien, juga memiliki dampak negative bagi masyarakat sekitar, yakni karena adanya alat semi otomatis ini masyarakat yang tadinya menjadi karyawan pembuatan alen-alen menjadi dikeluarkan dari pekerjaan tersebut karena telah tergantikan oleh alat ini.
Namun mengkesampingkan hal tersebut alat semi otomatis ini harus sangat diapresiasi karena bisa membantu dalam memajukan perekonomian masyarakat di Trenggalek. (*) Artikel ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Manusia yang diampu oleh Drs. Afrida Boedirochminarni, M.S.