Prodi Ekonomi Pembangunan UMM Terbitkan Profil UMKM Kota Malang-Batu
TABLOIDMATAHATI.COM, MALANG – Prodi Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Malang berhasil menyusun sebuah Profil UMKM yang diwujudkan dari survei UMKM di wilayah Kota Malang dan Batu. Profil UMKM tersebut merupakan satu dari output yang direncanakan sebelumnya pada bulan Juli bersama pemerintahan setempat. Kaprodi Ekonomi Pembangunan, Muhammad Sri Wahyudi Suliswanto, SE., ME, menyampaikan bahwa hasil tersebut tidak akan terwujud tanpa bantuan banyak pihak.
Lahirnya profil UMKM Kota Malang dan Kota Batu yang diprakarsai oleh Laboratorium Ekonomi Pembangunan (Lab EP) merupakan wujud dari menghadirkan data statistik yang terukur.
“Tujuan penulisan Profil UMKM Kota Malang dan Kota Batu adalah untuk memberikan gambaran umum kondisi UMKM di walayah tersebut. Meliputi sifat usaha berdasarkan musim dan jenis kelamin pemilik, distribusi usia pemilik, tingkat pendidikan, status badan hukum dan ijin usaha, penggunaan internet, inovasi, kendala, pengeluaran, pendapatan serta permodalan.” Ujar Kaprodi EP UMM merincikan.
Sambung Wahyudi, bersama dengan para surveyor dari mahasiswa praktikum dibantu dengan Dosen Pendamping Lapang (DPL), semua bersemangat mengumpulkan data di lapangan. Keterlibatan mahasiswa tersebut sebagai aksi dari MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) untuk menerapkan ilmu yang sudah didapatkan.
Wahyudi menjelaskan, responden yang disasar dalam profil tersebut adalah UMKM warga Muhammadiyah serta dikelola masyarakat yang bersedia mendapatkan pendampingan dari Muhammadiyah sebanyak 206 responden UMKM. Beberapa contohnya, ada UMKM yang membuat kerajinan seperti rajutan tas, kain, souvenir, makanan, dan minuman serta masih banyak lagi.
Adapun indikator yang patut diperhatikan dari hasil survei ada empat hal. Pertama yaitu mengenai Status Hukum yang dimana sebanyak 197 UMKM menyatakan belum memiliki badan hukum dikarenakan belum berkembang secara masiv. Kedua yaitu sedikitnya yang memiliki Status Ijin Usaha karena minimnya informasi yang dimiliki UMKM.
Ketiga yaitu permasalahan yang sering dihadapi adalah perihal pemasaran yang tidak meluas yang disusul dengan permodalan dan persaingan usaha. Terakhir yaitu masih banyak UMKM yang belum mendapatkan pelatihan seperti manajerial, ketrampilan/teknik/produksi, pemasaran, dan AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan).
“Disadari bahwa publikasi ini masih perlu dilengkapi dan disempurnakan, oleh karena itu saran dari pembaca dibutuhkan untuk melengkapi kekurangan atas publikasi ini di masa yang akan datang. Semoga profil UMKM ini dapat bermanfaat tidak hanya untuk pemerintah saja, namun untuk peneliti serta bagi dunia usaha yang membutuhkan,” pungkas Wahyudi. (hamara)