Problematika Tenaga Kerja Non-Formal di Pantai Jembrana Bali
Oleh: Shinta Ramdani, Mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan, Universitas Muhammadiyah Malang
TABLOIDMATAHATI.COM, MALANG-Pantai Jembrana adalah salah satu pantai yang terletak di Kabupaten Jembrana, Bali, Indonesia. Pantai Jembrana juga menjadi tempat yang populer untuk berselancar, ombaknya yang cukup besar dan kencang menjadikan Pantai Jembrana sebagai surga bagi para surfer. Selain berselancar, wisatawan juga dapat menikmati keindahan Pantai Jembrana dengan berjalan-jalan, berenang, atau hanya sekedar bersantai di pinggir pantai. Pantai Jembrana juga memiliki keunikan yang berbeda dari pantai-pantai lain di Bali. Di pantai ini, wisatawan dapat menemukan “traditional fishing boats” atau perahu nelayan tradisional yang unik dan menjadi ciri khas dari Pantai Jembrana. Selain itu, wisatawan juga dapat menemukan aktivitas nelayan yang sedang mencari ikan di laut dengan menggunakan perahu tradisional mereka. Beberapa pekerjaan non formal yang terdapat di daerah pesisir pantai Jembrana pekerja pariwisata, nelayan, petani, dan pedagang. Pantai Jembrana juga memiliki banyak pedagang yang menjual berbagai macam barang, seperti makanan, minuman, pakaian, dan suvenir khas Bali. Problematika dari pekerja non formal di daerah pesisir pantai Jembrana, Bali dapat meliputi beberapa hal berikut:
- Keterbatasan lapangan kerja: Di daerah pesisir yang tergantung pada sektor pertanian dan perikanan, terdapat keterbatasan lapangan kerja yang dapat mempengaruhi tingkat pengangguran atau pekerjaan yang tidak terjamin bagi penduduk setempat.
- Rendahnya pendapatan: Pekerja di daerah pesisir sering kali menghadapi pendapatan yang rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh minimnya lapangan kerja formal, keterbatasan keterampilan, dan kurangnya akses ke peluang ekonomi yang lebih baik.
- Ketidakpastian pekerjaan: Di daerah pesisir, pekerjaan sering kali terkait dengan sektor yang sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca dan perubahan iklim. Pekerja di sektor perikanan, misalnya, dapat menghadapi ketidakpastian dalam hasil tangkapan ikan dan kondisi laut yang tidak stabil, yang dapat berdampak negatif pada keberlanjutan penghidupan mereka.
- Kondisi kerja yang tidak aman: Pekerja di sektor perikanan dan sektor lainnya di daerah pesisir sering kali beroperasi dalam kondisi yang berisiko tinggi, seperti cuaca buruk, gelombang tinggi, dan alat tangkap yang tidak aman. Hal ini dapat menyebabkan kecelakaan dan cedera kerja yang serius.
- Rendahnya akses ke layanan kesehatan dan sosial: Di daerah pesisir yang terpencil, akses terhadap layanan kesehatan dan sosial sering kali terbatas. Pekerja mungkin menghadapi tantangan dalam mendapatkan perawatan kesehatan yang memadai dan dukungan sosial yang diperlukan.
- Dampak perubahan iklim: Perubahan iklim, seperti peningkatan tingkat laut dan cuaca yang ekstrem, dapat mengancam keberlanjutan pekerjaan di daerah pesisir. Banjir, abrasi pantai, dan kerusakan lingkungan lainnya dapat mengganggu mata pencaharian pekerja dan menyebabkan kerugian ekonomi.
Untuk mengatasi problematika ini, diperlukan langkah-langkah seperti diversifikasi ekonomi untuk menciptakan lapangan kerja yang lebih beragam, peningkatan akses ke pelatihan dan pendidikan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat setempat dalam mendapatkan sebuah pekerjaan yang lebih layak dan mendapatkan pendapatan yang terjamin dan pengembangan infrastruktur yang memadai, serta perlindungan sosial dan kesejahteraan bagi pekerja di daerah pesisir. Selain itu, perlu adanya program adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat setempat. (*)
Penulis: Shinta Ramdani, Nim: 202110180311043, Prodi Ekonomi Pembangunan Kelas 4B, Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2021, Artikel ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah ESDM (Ekonomi Sumber Daya Manusia), Dosen Pengampu Drs, Afrida Boedirochminarni, MS.