Problematika Pendapatan Peternak Ikan Koi di Nglegok
oleh: Moch. Barik Zulfikar, Mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Muhammadiyah Malang
TABLOIDMATAHATI.COM, MALANG-Sejak tahun 1990-an Kota Blitar terkenal sebagai salah satu central budidaya Ikan Koi. Ikan yang asalnya dari negeri sakura tersebut terkenal dengan kecantikannya, warnanya yang beragam dan memiliki corak khas tertentu membuat Ikan Koi di gemari sebagai ikan hias, bahkan ikan koi ini menjadi ikon Kota Blitar. Ikan ini banyak di budidayakan di daerah Nglegok, Kabupaten Blitar dan telah dipatenkan. Bahkan hingga tahun 2018 hanya komunitas koi blitar yang bisa mengadakan kontes koi piala presiden.
Ikan Koi cocok di budidayakan di Kota Blitar karena kualitas air nya yang sangat baik dan ikilim yang cocok. Tidak heran bila ikan ini telah dibudidayakan untuk mata pencaharian masyarakat sekitar. Peminatnya tidak hanya orang lokal saja akan tetapi dari manca negara juga banyak peminatnya. Ikan dengan kualitas yang baik akan menjadikan harganya yang sangat mahal. Kesuksesan pembudidayaan ini juga tidak lepas dari peran pemerintah karena sejak tahun 1990-an itu Kota Blitar sudah di rencadakan dan sudah terdaftar dan di Kementerian Kelautan Perikanan Rl sebagai kawasan Minapolitan Ikan Koi satu satunya di Indonesia.
Ikan Koi ini melambangkan kesuksesan dan kemakmuran seseorang, akan tetapi motif dari ikan koi yang beragam memiliki arti yang lebih dari itu misalnya koi dengan motif metalik mempunyai arti kesuksesan dalam berbisnis, koi hitam memiliki makna pemimpin, dan koi dengan motif asagi merah, biru dan abu abu memiliki arti positif.
Bila dulu Ikan Koi hanya di pusatkan di Desa Penataran dan Kemloko Kabupaten Nglegok akan tetapi sekarang budidaya ikan koi sudah merambah di desa-desa lain, bahkan dikarenakan banyak pembudidaya baru sebagian dari para pembudidaya Ikan Koi beralih profesi menjadi pedagang Ikan Koi. Di karenakan pesatnya pertumbuhan budidaya saat ini blitar menjadi rujukan untuk mempelajari iklim dan pemeliharaan ikan koi untuk para pembudidaya lain dari luar kota tersebut.
Hasilnya sekarang bayak daerah di berbagai kota yang membudidayakan Ikan Koi, hal ini sebenarnya membuat semakin padatnya persaingan dalam pemasaran yang mempengaruhi harga dari ikan tersebut. Apalagi disaat virus covid-19 menyebar di Indonesia yang membuat perekonomian mengalami keterpurukan. Para masyarakat banyak yang kehilangan pekerjaan dan banyak juga para perusahaan telah bangkrut akan tetapi hal ini malah membuat Ikan Koi pada saat covid menjadi booming. Penjualan ikan sangat tinggi akan tetapi kebanyakan orang membeli bukan untuk dipelihara sendiri melainkan untuk di jual kembali. Bahkan sebelum booming, koi impor dari Jepang yang masuk Indonesia betul-betul terseleksi baik dari grade-nya maupun ukurannya. Namun, ketika booming, koi dengan kualitas reject ternyata masih laku keras di Indonesia.
Meskipun wabah covid telah berlalu saat ini problem yang di hadapi oleh sebagian besar penjual adalah harga yang sudah menurun tidak seperti dulu karena terlalu banyak penjual dan pembudidaya Ikan Koi ini. Sesuai hukum ekonomi bila terlalu banyak permintaan pada suatu barang tanpa diimbangi dengan penawaran yang tinggi maka secara otomatis harga barang akan turun. Bila hal seperti ini terjadi dan tidak dilakukan tindakan akan menyebabkan hal negatif bagi budidaya dan penjualan ikan koi di Indonesia. Mungkin bila pemerintah memberikan bantuan agar para pembudidaya bisa menjual ikan koi ke luar negeri dengan sekala besar, harga ikan koi di indoneisa akan lebih membaik. Akan tetapi justru Ikan Koi impor dari Jepang yang masuk ke indonesia saat booming.
Saat ini, menurut Peternak Koi di nglegok sejak pertengahan tahun 2022 omset para pembudidaya ini turun hingga 40-50 persen, yang biasanya ikan dijual dengan harga 700 ribu sekarang hanya dijual dengan harga 400 sampai 500 ribu. Dan ikan jumbo yang bisanya berharga 2 juta sampai 5 juta sekarang hanya dijual 1 juta sampai 3 juta. Biasaya para pembudidaya bisa mendapat omset 30 juta per bulan sekarang hanya 10 juta sampai 15 juta.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dra. Arfida Boedirochminarni, M.S. yang telah memberikan tugas dalam mata kuliah ESDM & Ketenagakerjaan, karena dengan adanya tugas ini saya dapat mengetahui seperti apa problematika pendapatan peternak ikan koi di Nglegok dan dapat menambah pengetahuan penulis. (*)