Penggolongan Dalam Tenaga Kerja
oleh: Fero Fahrani B.C.P., Mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Muhammadiyah Malang
TABLOIDMATAHATAI.COM, MALANG- Menurut Imam Sopomo, perburuhan atau ketenagakerjaan adalah suatu himpunan, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang berkenaan dengan kejadian saat seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah.
Menurut Molenaar, perburuhan atau ketenagakerjaan adalah bagian segala hal yang berlaku, yang pokoknya mengatur hubungan antara tenaga kerja dan pengusaha, antara tenaga kerja dan tenaga kerja.
Tenaga kerja merupakan orang yang melakukan pekerjaan di suatu perusahaan maupun non perusahaan dengan tujuan mendapatkan hasil agar dapat memenuhi kebutuhan keluaraga.
Tantangan berat dalam ketenagakerjaan yang diahadapi saat ini adalah besarnya tingkat pengangguran, lapangan kerja yang belum mencukupi, dan meningkatnya jumlah angkatan kerja yang melebihi pertambahan jumlah lapangan kerja.
Beberapa tujuan pengembangan ketenagakerjaan sebagai berikut :
- Mengoptimalkan penggunaan tenaga kerja.
- Akses yang sama terhadap kesempatan kerja dan pekerjaan yang sejalan dengan
- pembangunan nasional atau daerah.
- Melindungi pekerja dalam mengejar kemakmuran.
- Meningkatkan kesejahteraan karyawan dan keluarganya.
Berdasarkan penggolongannya, ketenagakerjaan dapat dibagi menjadi beberapa aspek diantaranya adalah tenaga kerja terdidik, tenaga kerja terlatih, dan tenaga kerja tidak terdidik.
- Tenaga Kerja Terdidik (Skill Labour)
Tenaga kerja terdidik merupakan tenaga kerja yang memiliki skil atau keahlian dalam bidang tertentu melalui pendidikan formal maupun informal. Contohnya, dokter, akuntan, dan psikiater.
- Tenaga kerja terlatih (Trained Labour)
Secara garis besar, tenaga kerja terlatih mampu amenguasai skill maiupun keahlian tanpa melalui pendidikan yang tinggi atau bisa disebut juga dengan pendidikan non formal seperti mengikuti pelatihan kerja yang pada umumnya meneyediakan sertifikat yang dibutuhkan pekerja dan pengalaman kerja dalam waktu jangka panjang.Contohnya chef, montir, dan sopir.
- Tenaga Kerja Terlatih (Unskill Labour)
Tenaga kerja terlatih merupakan tenaga kerja yang tidak memerlukan pendidikan formal maupun nonformal, pekerjaan dapat dilakukan berdasarkan keinginan pekerja serta tidak memiliki keterampilan maupun keahlian dalam bekerja. Contohnya kuli bangunan dan asisten rumah tangga,
Beberapa keuntungan dan keelemahan dalam memilih tenaga kerja terdidik yang perlu diperhatikan, sebagai berikut :
- Keuntungan
- Pekerja tidak terampil, harganya relatif lebih murah karena mereka tidak memiliki banyak daya tawar atas kompensasi atau upah yang diinginkan.
- Jumlah tenaga kerja tidak terampil yang relatif besar tersedia di masyarakat, memungkinkan perusahaan untuk memilih karyawan yang lebih fleksibel yang sesuai dengan kebutuhan dan memiliki potensi untuk memajukan bisnis.
- Tenaga kerja yang tidak berpengalaman lebih mudah dibentuk dan dipimpin sejalan dengan tujuan organisasi.
- Kelemahan
- Perusahaan harus membuat program pelatihan tertentu kepada tenaga kerja yang belum berpengalaman agar benar-benar terampil dan menguasai di bidangnya.
- Perusahaan harus rela mengeluarkan dana untuk membiayai program pelatihan yang direncanakan.
- Transformasi tenaga kerja terdidik menjadi terlatih memerlukan proses waktu jangka panjang agar hasil yang dicapai oleh perusahaan tidak seperti ketika merekrut tenaga kerja terlatih.
Menjadi tenaga kerja terdidik bukanlah sesuatu yang mudah untu menjadi pekerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan, diperlukan perjuangan dalam memperolehnya seperti dokter yang harus kuliah beberapa tahun agar mendapatkan beberapa gelar yang sesuai dengan persyaratan dan ketentuan untuk menjadi seorang dokter secara resmi. Selain itu, dalam prosesnya tentunya mengeluarkan banyak biaya dan kemampuan berpikir dalam menerima serta menempuh pendidikan tersebut.
Pengangguran di kalangan angkatan kerja terdidik hanya terjadi pada masa penantian lulusan, yang disebut sebagai pengangguran friksional. Waktu tunggu bervariasi sesuai dengan tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan tenaga kerja maka waktu tunggu semakin lama. Kesempatan kerja harus diperluas. Hal ini merupakan upaya untuk mengembangkan sektor yang menawarkan kesempatan kerja dengan produktivitas rendah yang tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti jumlah dan perkembangan tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi, dan produktivitas tenaga kerja, serta kebijakan untuk memperluas kesempatan kerja.
Kesimpulan
Pendidikan dianggap sebagai sarana untuk mendapat SDM berkualitas karena pendidikan dianggap mampu menghasilkan tenaga kerja yang bermutu tinggi, memiliki pola pikir dan cara bertindak modern. Dalam realita, khususnya pendidikan tinggi yang tidak atau belum mampu menghasilkan lulusan seperti yang diharapkan. Lulusan perguruan tinggi tidak otomatis terserap oleh lapangan pekerjaan, sehingga menimbulkan pengangguran tenaga kerja terdidik Terjadinya gejala ketimpangan antara pertambahan persediaan tenaga kerja dengan struktur kesempatan kerja menurut jenjang pendidikan, menunjukkan terjadinya gejala, semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin besar angka penganggur potensialnya.
Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepeada Ibu Dra. Arfida Boedirachminarni, M.S. yang telah memberikan tugas dalam mata kuliah ESDM & Ketenagakerjaan karena dengan adanya tugas ini saya dapat mengetahui dan memahami penggolongan dalam tenaga kerja beserta permasalahan dan contohnya serta dapat memperluas pengetahuan penulis. (*)