Pengendalian Uang dan Suku Bunga Terhadap Inflasi
TABLOIDMATAHATI.COM, MALANG-Keutamaan kebijakan moneter yang dilakukan oleh BI guna mencapai kestabilan nilai rupiah, menjaga stabilitas sistem pembayaran, serta Menjaga kestabilan sistem keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Usaha mencapai tujuan ini , BI mencetuskan sebuah kebijakan moneter yang di juluki Inflation Targeting Framework (ITF) mulai tahun 2005 pada tanggal 1 juli. Konteks ini, inflasi menjadi sasaran utamanya. BI terus berupaya meningkatkan efektivitas kebijakan moneternya. Ini Dicetuskan agar BI dapat menyelesaikan tantangan per ekonomian yang selalu bermacam- macam.
BI melqakukan kebijakan moneter yaitu Inflation Targeting Framework (ITF). ITF di laksanakan dengan indeks politik sebagai signal kebijakan moneter dan suku bunga overnight di pasar uang antar bank di Indonesia. Menetapkan inflasi sebagai sasaran yang di infokan secara jelas dan transparan, BI memberi sinyal kepada seluruh masyarakat dan pelaku pasar perihal komitmen bank sentral guna menjaga stabilitas harga danmembuat masarakat semkin yakin. Berlandaskan pengalaman tersebut, BI menguatkan ITF menjadi Flexible ITF.
FLEXIBLE ITF ITU APA?
Yaitu Pengembangan dari kebijakan moneter ITF dengan tetap mempertahankan inti dari ITF. Flexible ITF yaitu kebijakan bank sentral yang memperkokoh peranan bank sentral untuk mengurus stabilitas pada sistem keuangan secara terkredibility dan bertugas mendapat stabilitas harga.
Bagaimana FLEXIBLE ITF diterapkan?
Flexible ITF yakni suatu kebijakan dari bank sentral guna memperkokoh, bank sentral memiliki peranan yakni mengurus kestabilan sistem keuangan dengan cara ter kredibility demi tercapai nya stabilitas harga. 2016 bulan Agustus tahun 2016, demi menaikkan transmisi kebijakan moneter, Bank Indonesia mencetuskan BI7DRR (BI 7-Day Reverse Repo Rate).
TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER
Hal yang utama dari kebijakan moneter yakni untuk memastikan serta menjaga kestabilan nilai tukar rupiah yang tercermin antara lain pada Inflasi yang stabil danjuga rendah. Nilai tukar rupiah yang meningkat daapt menyebabkan harga dari impor bisa menjadi lebih rendah, di sisi lain harga pada barang ekspor menjadi lebih tinggi menjadikannya kurang memiliki nilai saing, hal tersebut tentunya dapat mendorong nilai impor tetapi juga akan menurunkan nilai Ekspor.
KOORDINASI PENGENDALIAN INFLASI
Pe-ngendalian inflasi begitu penting bagi perekonomian Indonesia. Inflasi yang rendah dan stabil sangat diperlukan demi tercapainya masyarakayt yang sejahtera dn juga beriringan oleh Kebijakan Makro. Tapi demikian, sumber shock Inflasi tidak cuma dari sisi demand yang di kendalikan oleh BI, akan tetapi juga berasal dari penawaran yang terkait dengan distribusi serta produksi.
Tidak hanya itu, Shock Inflasi juga dapat timbul di karenakan peraturan yang dibuat oleh pemerintagh yang mempengaruhi bebrapa barang yang termasuk harga yang diatur (kelompok barang yang harganya diatur oleh pemerintah). Oleh karena itu diperlukan bauran kebijakan yang komprehensif dan terintegrasi untuk mencapai tujuan kebijakan makro.
Oleh sebab itu, dalam mengendalikan inflasi, Pemerintah dan BI bercolaborasi membentuk Tim Pemantau Inflasi (TPI). TPI di tingkat pusat dibentuk pada tahun 2005 dan diperkuat sejak tahun 2008 dengan terbentuknya TPI di tingkat daerah. Kerjasama ini bertujuan untuk mengendalikan inflasi baik di tingkat nasional maupun tingkat otonom (daerah).