Pengaruh Inflasi, Exspor Impor dan Suku Bunga Terhadap Nilai Tukar Rupiah
Oleh: Leidi Amelia Hasna, Mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan, Universitas Muhammadiyah Malang
TABLOIDMATAHATI.COM, MALANG-Selama beberapa tahun terakhir, ekonomi global mengalami stagnasi akibat ketidakstabilan geopolitik di beberapa negara serta ketidakstabilan di pasar keuangan menyebabkan lambatnya pemulihan ekonomi dunia. Pada tahun 2018, terjadi depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika Serikat. Padahal, pelemahan fluktuasi tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika Serikat justru dimanfaatkan oleh oposisi sebagai alat politik untuk mengkritik integritas pemerintahan rupiah.
Meskipun terjadi pergerakan fluktuasi tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika Serikat yang terjadi pada bulan Oktober 2014, kurs rupiah terhadap dollar AS tidak berubah dan tetap di 12 ribu, tetapi pada awal Mei 2015, nilai tukar terhadap dollar dollar adalah 13 ribu rupiah kemudian meningkat dari bulan ke bulan dan mencapai 14 ribu rupiah yang berlangsung selama tujuh bulan kemudian turun menjadi 13.000 pada Maret 2016. Pasca sempat anjlok, nilai tukar rupiah kini menunjukkan kecenderungan stabil di kisaran 13.500 dan 13.950. Stabilitas ini berlangsung hingga Oktober 2017 dan puncaknya pada Agustus 2018, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS mencapai 15 ribu rupiah.
Terdapat banyak factor yang berpengaruh pada nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diantaranya suku bunga, inflasi, jumlah uang yang beredar dan ekspor impor. Hasil penelitian (Zulkifli, 2011) menyatakan bahwa tingkat suku bunga, inflasi serta jumlah uang yang beredar digunakan secara parsial, tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap perubahan nilai tukar, tetapi bila faktor yang digunakan terintegrasi cukup besar. mempengaruhi hasil yang signifikan.
Menurut teori Purchasing Power Parity (PPP), mata uang suatu negara akan kehilangan nilainya ketika inflasi lebih tinggi dari negara lain. Ketika inflasi Indonesia lebih tinggi dari inflasi AS, dollar AS akan menguat dan rupiah akan melemah yang mengakibatkan hubungan antara inflasi dan nilai tukar menjadi positif. Ketika ekspor meningkat, hal ini menyebabkan penguatan mata uang nasional, yang membuat efek negatif dari hubungan ekspor terhadap nilai tukar. Jika pada saat yang sama permintaan domestik terhadap kenaikan impor produk luar negeri dapat menyebabkan melemahnya mata uang domestic, sehingga hubungan antara impor dan nilai tukar memiliki pengaruh positif (Ktut Silvanita, 2009).
Dampak ekspor bersifat positif dan tidak signifikan dalam waktu dekat, sedangkan dampaknya positif dan signifikan dalam jangka waktu yang lama. Dalam jangka panjang, ekspor berdampak positif dan berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dollar, karena peraturan BI menetapkan bahwa semua transaksi domestik harus menggunakan mata uang rupiah. Hal ini membuat ekspor Indonesia menjadi mahal dari sudut pandang importir yang mengubah nilai rupiah ke mata uangnya sendiri. Permintaan asing untuk produk dalam negeri juga akan menurun jika kelonjakan harga tidak dibarengi dengan adanya inovasi dan perbaikan kualitas barang.
Penulis : Leidi Amelia Hasna NIM : 202110180311078, Prodi Ekonomi Pembangunan Kelas 4B, Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2021, Artikel ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Internasional dengan dosen pengampu Happy Febrina, S.P., M.Si