Ketidaksiapan Mental Orang Tua Berdampak Buruk Terhadap Tumbuh Kembang Anak
Penulis : Tiffany Hafna Shakila, mahasiswa Pogram Studi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang
TABLOIDMATAHATI.COM, MALANG– Sebelum memiliki anak, calon ayah dan ibu jangan mengabaikan kesiapan mental.Sebagian besar orang tua yang belum siap punya anak berisiko lebih besar mengalami depresi dibandingkan dengan mereka yang memiliki kesiapan psikologis.
Psikolog klinis dan relationship expert Inez Kristanti mengatakan, kesiapan psikologis menjadi hal yang penting bagi suami dan istri ketika memiliki rencana kehamilan dan pasca persalinan. Cara mendidik anak pun akan berpengaruh jika orang tua tidak siap secara mental.
Mental yang matang bertujuan untuk membuat orang tua merasa lebih sejahtera dari sisi pemikiran. Selain itu, persiapan psikologis ini juga berguna untuk mencegah post partum depression atau baby blues bagi seorang ibu yang baru melahirkan. Tak hanya ibu, seorang ayah pun bisa mengalami masalah kesehatan jiwa jika psikologisnya tidak siap. Ditambah lagi dengan masalah finansial yang dapat membuat stres.
Pola asuh yang tidak tepat akan membuahkan perkembangan anak yang tidak optimal. Anak tumbuh jadi pribadi agresif, tidak bisa mandiri, dan tipis rasa percaya dirinya. Menurut Evi Elviati, Psi., banyak hal yang menjadi faktor penyebabnya. Salah satunya adalah ketidaksiapan orang tua mendapatkan buah hati. Ketidaksiapan orang tua memperoleh anak umumnya disebabkan mereka tidak tahu atau tidak memikirkan secara matang bagaimana rencana jangka panjang setelah menikah. Semisal apakah mau punya anak atau tidak. Lalu jika ya, kapan sebaiknya memiliki anak. Apakah segera setelah menikah, ataukah ditunda lebih dulu sampai mereka merasa mapan, baik secara mental maupun finansial.
Secara mental ketidaksiapan orang tua bisa dipicu oleh beberapa penyebab, seperti umur orang tua yang terlalu muda, masih sekolah/kuliah, serta tidak tahu bagaimana caranya mendidik anak. Sementara dari faktor finansial umumnya lebih karena kondisi keuangan keluarga yang belum mendukung. Entah suami belum punya pekerjaan tetap, suami/istri sedang sibuk mengejar karier, melanjutkan pendidikan, ataupun sudah punya banyak anak. Semua hal tersebut bisa menjadi pemicu ketidaksiapan orang tua menerima kehadiran si kecil di tengah-tengah mereka, apalagi mendidiknya.
coba saja bayangkan kalau kita jadi si anak, dilahirkan di dunia hanya untuk merasakan orang tuanya yang belum siap mental, yang masih mood swing dan hidup hanya untuk melihat tingkah laku orangtuanya yang masih labil atau belum dewasa dan tidak siap mental untuk mengurus anaknya.Terlebih jika ia hanya dimarah-marahi karena hal sepele, dibentak-bentak, atau hanya untuk disuruh patuh dan tidak boleh berpendapat. Ingat, anak juga manusia dan semua pola asuh yang orangtua terapkan akan memengaruhi kepribadiannya kelak.
Orangtua yang lebih sering berteriak, marah, maupun melakukan kekerasan fisik pada anak dapat meningkatkan risiko gangguan emosi dan perilaku yang serupa pada anak. Kondisi ini biasanya akan mereka tunjukkan di lingkungan sekolah atau tempat mereka bermain.Hal ini bisa terjadi akibat situasi dan juga lingkungan mereka bertumbuh. Gangguan kecemasan merupakan masalah umum yang dirasakan oleh anak-anak saat orangtua mereka mengalami gangguan kesehatan mental. Bahkan, tidak jarang anak juga dapat mengalami kondisi stres hingga depresi.
Hal yang bisa dilakukan orangtua untuk menjaga kesehatan mental anak adalah dengan menjaga kesehatan dan kestabilan mentalnya sendiri. Dengan begitu, orangtua akan mampu memberikan situasi dan lingkungan yang nyaman untuk anak bertumbuh.
Hal yang perlu diingat orangtua adalah anak akan memperhatikan setiap perilaku dan kebiasaan yang dilakukan orangtua. Jadi, pastikan orangtua memberikan contoh pada anak menghadapi situasi stres dan cara menjaga kesehatan mental yang baik. Dengan begitu, kesehatan mental anak pun tetap terjaga dengan baik. (*)