Cegah Bunuh Diri Ala Ngopi RSIA Malang
TABLOIDMATAHATI.COM, MALANG – Maraknya kasus bunuh diri yang terjadi di Kota Malang menjadi dasar pembahasan Ngobrol Pintar (NgoPI) RSI Aisyiyah Malang hari ini (14/6). Seperti biasanya acara dapat disaksikan secara live di akun Instagram @rsiaisyiyahmalang. Mengundang narasumber Spesialis Kesehatan Jiwa, dr. Tutik Nur Kasiani, Sp.KJ., mengulik apa itu bunuh diri seperti faktor penyebab dan cara mengatasinya.
Akrab disapa dokter Tutik, mendefinisikan bunuh diri sebagai tindakan yang secara sengaja untuk menghilangkan nyawanya. Bunuh diri menjadi salah satu isu penting di dunia kesehatan yang bahkan WHO memprediksi akan menjadi penyebab kematian terbesar. Selain itu menurut data dari Asosiasi Pencegahan Bunuh Diri Indonesia (INASP) ada 670 kasus bunuh diri yang dilaporkan dan 300 lebih yang tidak dilaporkan. Meskipun begitu angka tersebut masih belum pasti karena beberapa kasus tidak diketahui secara luas dan menjadi cerita masing-masing.
NgoPi kali ini yang membawa tema SAFE (Suicide Awaraness For Everyone) berkesempatan untuk mengedukasi masyarakat. Karena menurut dokter Tutik masih banyak masyarakat yang belum aware atau peduli dengan isu ini. Dengan memahami kondisi masing-masing diharapkan dapat menjadi cara intervensi agar tidak terjerumus untuk bunuh diri.
Sambung dokter Tutik, bunuh diri termasuk dalam salah satu kegawatdaruratan psikiatri. Sehingga dibutuhkan bantuan profesional (psikiater) untuk membantu mengembalikan kondisi ke situasi yang lebih baik dan terkontrol.
“di tempat praktik saya 20% mengeluhkan untuk bunuh diri. Rata-rata mereka adalah remaja dengan kepribadian emosional yang belum stabil. Mereka berpikiran untuk self harm atau menyakiti diri sendiri secara fisik untuk menghilangkan sakit mentalnya yang dapat menyebabkan kematian” Ungkap dokter Tutik berdasarkan pengalamannya.
Dokter Tutik menyebutkan beberapa faktor kuat penyebab orang memilih untuk bunuh diri. Pertama adalah karena adanya depresi berkepanjangan. Depresi tersebut menempatkan pikirannya yang menganggap dirinya tidak dibutuhkan dan tidak berguna sehingga memilih untuk menghilang dengan cara bunuh diri. Kedua adalah karena kondisi Skizofrenia yang menimbulkan halusinasi yang pada beberapa kasus halusinasinya mendorong untuk bunuh diri. Ketiga adalah penggunaan narkoba yang dapat merusak akal sehat sehingga mampu berperilaku secara ekstrem termasuk bunuh diri.
Ada tips yang dianjurkan oleh dokter Tutik untuk mencegah terjadinya bunuh diri. Pertama adalah dengan berani mendatangi psikiater terdekat. Dengan melakukan terapi secara profesional akan lebih mudah terkontrol. Kedua yaitu berdamai dengan diri sendiri atau legowo yang artinya bisa menerima setiap kondisi yang terjadi pada diri masing-masing. Dengan melakukan terapi dan menerima diri sendiri apa adanya akan mempermudah kesembuhan pasien.
“Bunuh diri dapat dicegah, seperti tema kita saat ini yaitu sayangi diri sendiri” terang Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa RSIA Malang.
Orang awam juga bisa menjadi pelopor pencegah bunuh diri dengan cara menjadi pendengar yang baik. Hal tersebut mampu membantu subjek uantuk lebih yakin bahwa masih ada yang peduli dengannya tanpa menghakimi. Selain itu juga harus support untuk mengantarkan ke psikiater jika memang belum ada perubahan.
Perlu diketahui, Dokter Tutik menegaskan bahwa lama waktu terapi yang dibutuhkan setiap pasien bisa berbeda. Semua tergantung dengan latar belakang masalah masing-masing pasien. Tetapi tidak perlu khawatir, imbuh dokter Tutik, para psikiater akan memberikan terapi obat dan konseling yang tepat menyesuaikan kebutuhan pasien. Selain itu bagi orang awam juga bisa membantu menekan angka bunuh diri dengan cara menjadi pendengar. (hamara)