Bir Pletok Khas Betawi
TABLOIDMATAHATI.COM, MALANG-Pada masa penjajahan Belanda di Indonesia, banyak orang Betawi, seperti kebanyakan orang Barat, yang tergoda untuk minum bir. Namun, hal itu berdampak buruk, karena memabukkan dan juga melanggar ajaran agama. Sejak orang Betawi dikenal sebagai muslim yang taat, berapa banyak orang Betawi yang mencoba membuat bir yang menghangatkan badan tapi tidak membuat mabuk. Akhirnya lahirlah Bir Pletok yang rasanya enak, dapat menghangatkan tubuh dan memiliki khasiat lain yang menyehatkan tubuh.
Bir Pletok atau Bir Betawi merupakan minuman khas masyarakat Betawi dan sudah populer sejak zaman penjajahan. Minuman ini terbuat dari rebusan 13 macam bumbu yaitu jahe, jahe merah, serai, kunyit, kayu sekanga, kayu manis, lada hitam, daun pandan, daun jeruk, pala, kapulaga, pala dan cengkih beserta gula dan garam.
Karena banyak sekali pengrajin yang bisa membuat Pletok Bir, maka tidak ada yang bisa mengklaim bahwa karya seorang pengrajin itu asli.Karena perubahan waktu dan cuaca, setiap pengrajin menggunakan 13 bumbu yang berbeda, namun ada juga yang tidak. Bahkan, ada beberapa pengrajin Bir Pletok yang menggunakan cabai arei atau lada jawa sebagai bahannya. Sedangkan untuk menggunakan pemanis ada yang menggunakan gula pasir, gula aren atau madu hutan. Namun biasanya para perajin menggunakan gula pasir agar harga jualnya terjangkau dan terjangkau oleh masyarakat awam. Pada saat yang sama, untuk mencapai khasiatnya digunakan gula aren atau madu hutan.
Namun konsumen Bir Pletok juga harus memperhatikan ada atau tidaknya pengrajin Bir Pletok menggunakan garam dengan memasak dalam proses produksinya. Karena garam yang dimasak akan merusak khasiat rempah-rempah dan antara lain menjadi racun penyebab tekanan darah tinggi. Ketika gula ditambahkan ke bir pletok setelah direbus, itu menjadi mineral yang dibutuhkan tubuh
Ternyata bir Pletok Betawi memiliki banyak manfaat yang baik untuk tubuh dan kesehatan Loh. Bir pletok dipercaya dapat meredakan masuk angin, sakit perut dan gejala flu, menambah nafsu makan dan membantu menurunkan tekanan darah
Artikel ini ditulis Aldo Kelviano mahasiswa semester 2 Prodi Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Malang. Bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia oleh Ibu Dra. Afrida Boedirochminarni, MS.