Analisis Faktor Mempengaruhi Pendekatan Level Harga Pada Nilai Tukar di Suatu Negara
Oleh: Shafa Alodya Ramadhani, Mahasiswa Ekonomi Pembangunan, Universitas Muhammadiyah Malang
TABLOIDMATAHATI.COM, MALANG-Pendekatan level harga adalah salah satu cara untuk menganalisis nilai tukar mata uang. Pendekatan ini berasumsi bahwa harga-harga di berbagai negara haruslah sama ketika diukur dalam mata uang yang sama. Dalam konteks nilai tukar, pendekatan level harga mengatakan bahwa nilai tukar antara dua mata uang seharusnya sebanding dengan rasio harga dari barang yang sama di kedua negara tersebut. Dalam pendekatan kali ini, nilai tukar dipengaruhi oleh perbedaan level harga antara dua negara. Jika suatu negara memiliki level harga yang lebih tinggi dibandingkan negara lain, maka nilai tukar mata uangnya cenderung melemah. Hal ini terjadi karena barang-barang di negara tersebut menjadi lebih mahal, sehingga permintaan terhadap barang tersebut menurun dan mata uangnya kehilangan daya tarik. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pendekatan level harga dalam nilai tukar.
Faktor Pertama: Inflasi
Pendekatan level harga dalam nilai tukar dipengaruhi oleh inflasi, yang terjadi ketika harga barang dan jasa meningkat secara signifikan dalam jangka waktu tertentu. Faktor permintaan dan penawaran adalah dua faktor yang dapat mempengaruhi tingkat inflasi suatu negara. Faktor permintaan dikaitkan dengan peningkatan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, sedangkan faktor penawaran dikaitkan dengan ketersediaan barang dan jasa di pasar.
Selain itu, inflasi juga dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis, seperti inflasi demand-pull, cost-push, dan inflasi struktural. Inflasi demand-pull terjadi saat permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa meningkat cepat daripada peningkatan produksinya. Sedangkan inflasi cost-push terjadi ketika biaya produksi barang dan jasa meningkat, sehingga harga jualnya juga meningkat. Terakhir, inflasi struktural terjadi akibat ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran jangka panjang di suatu sektor ekonomi.
Jika tingkat inflasi suatu negara tinggi, maka nilai tukarnya akan menurun karena nilai mata uangnya menjadi kurang berharga. Sebaliknya, jika tingkat inflasi suatu negara rendah, maka nilai tukarnya akan naik karena nilai mata uangnya lebih berharga. Oleh karena itu, pemerintah seringkali mengambil kebijakan untuk mengendalikan tingkat inflasi di negaranya, seperti menaikkan suku bunga atau mengurangi jumlah uang yang beredar di pasar. Dalam hal ini, dapat dipastikan bahwa kebijakan tersebut berhasil menekan inflasi dan meningkatkan nilai tukar mata uang negara tersebut.
Faktor Kedua: Kondisi Ekonomi
Kondisi ekonomi suatu negara adalah faktor penting yang mempengaruhi level harga dalam nilai tukar. Saat suatu negara memiliki ekonomi yang kuat, investor akan cenderung tertarik untuk membeli mata uang negara tersebut, sehingga nilai tukar akan meningkat. Di sisi lain, saat suatu negara mengalami kondisi ekonomi yang lemah, investor akan enggan membeli mata uang tersebut, sehingga nilai tukar akan mengalami penurunan.
Namun, kondisi ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh faktor internal dan juga faktor eksternal, misalnya fluktuasi harga minyak dunia, pertumbuhan ekonomi global, dan kebijakan perdagangan internasional. Contohnya, saat harga minyak dunia naik, negara-negara produsen akan memperoleh keuntungan yang besar, sehingga ekonomi mereka akan menjadi lebih kuat. Namun, negara-negara yang mengimpor minyak akan mengalami tekanan ekonomi karena harus mengeluarkan biaya yang lebih tinggi. Oleh sebab itu, faktor-faktor eksternal ini juga harus diperhatikan dalam memperkirakan perkembangan kondisi ekonomi di suatu negara dan dampaknya terhadap nilai tukar negara tersebut.
Faktor Ketiga: Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pendekatan level harga dalam nilai tukar. Kebijakan ini dijalankan oleh bank sentral di suatu negara yang bertujuan mengatur dan mengelola jumlah uang beredar dalam perekonomian. Tak hanya itu, kebijakan moneter juga dapat berpengaruh pada tingkat inflasi, suku bunga, dan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dalam kebijakan moneter, bank sentral suatu negara dapat menaikkan atau menurunkan suku bunga. Jika bank sentral menaikkan suku bunga, maka nilai tukar di suatu negara akan naik, karena investor akan tertarik untuk membeli mata uang negara tersebut yang menawarkan suku bunga yang lebih tinggi. Dalam kondisi sebaliknya, jika bank sentral menetapkan penurunan suku bunga, nilai tukar akan cenderung mengalami penurunan. Investor akan enggan membeli mata uang negara tersebut karena suku bunga yang ditawarkan menjadi kurang menarik.
Kebijakan moneter juga dapat digunakan untuk menangani masalah ekonomi di suatu negara. Misalnya, jika suatu negara mengalami inflasi yang tinggi, bank sentral dapat menetapkan kenaikan suku bunga yang bertujuan untuk menekan laju inflasi. Namun, kebijakan moneter tidak selalu berhasil dalam mengatasi masalah ekonomi. Terkadang, faktor lain seperti kebijakan fiskal dan perubahan kondisi global juga dapat mempengaruhi kinerja ekonomi suatu negara. Kelebihan dari pendekatan level harga adalah sederhana dan mudah dipahami. Pendekatan ini juga memperhitungkan macam-macam faktor yang dapat mempengaruhi nilai tukar, misalnya inflasi dan biaya produksi. Namun, pendekatan level harga hanya berfokus pada satu jenis barang sebagai acuan, sehingga tidak mencakup seluruh aspek ekonomi yang mempengaruhi nilai tukar. Selain itu, pendekatan ini juga mengabaikan perbedaan kualitas dari barang yang diukur.
Namun, jika kita memperluas cakupan pendekatan ini, kita dapat memperhitungkan faktor lain yang berpengaruh terhadap nilai tukar, contohnya seperti permintaan pasar dan tren ekonomi global. Pendekatan level harga dapat dikombinasikan dengan pendekatan lainnya, seperti pendekatan paritas daya beli dan pendekatan neraca pembayaran, untuk memberikan gambaran yang lebih holistik tentang nilai tukar. Selain itu, dengan memperluas jenis barang yang diukur, kita dapat mencakup aspek ekonomi secara lebih luas dan memberikan berbagai informasi yang lebih komprehensif tentang nilai tukar. Meskipun pendekatan level harga memiliki kelemahan, konsep dasarnya masih dapat digunakan dalam konteks yang lebih luas dan kompleks. Berdasarkan pendekatan level harga, nilai tukar antara dua mata uang akan sebanding dengan rasio harga dari barang-barang yang sama di kedua negara tersebut. Misalnya, jika di Amerika Serikat satu unit produk A dijual seharga $10 dan di Indonesia produk yang sama dijual seharga Rp150.000, maka nilai tukar antara dua mata uang tersebut bisa dihitung dengan membagi harga di Amerika Serikat dengan harga di Indonesia.
Namun, walaupun sederhana dan mudah dipahami, pendekatan ini memiliki kekurangan karena hanya berfokus pada satu jenis barang sebagai acuan dan mengabaikan perbedaan kualitas. Oleh karena itu, pendekatan level harga, tidak dapat menjadi faktor utama yang mempengaruhi nilai tukar. Selain itu, faktor lain seperti kebijakan moneter, stabilitas politik, dan kondisi ekonomi global juga bisa mempengaruhi nilai tukar mata uang. Sebagai contoh, jika suatu negara mengalami krisis politik atau ekonomi yang membuat investor khawatir, maka nilai tukar mata uang negara itu dapat turun karena investor mencari tempat yang lebih stabil untuk menanamkan modal mereka. Dengan demikian, meskipun pendekatan level harga dapat memberikan gambaran umum tentang nilai tukar antara dua mata uang, namun tidak bisa dijadikan acuan tunggal karena banyak faktor lainnya yang perlu diperhatikan lagi.
Namun, ada sejumlah variabel lain yang dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang yang meliputi politik, ekonomi, dan sosial budaya dari kedua negara tersebut. Misalnya, tingkat inflasi, keamanan politik, dan kebijakan pemerintah mengenai perdagangan internasional dapat memengaruhi penawaran dan permintaan mata uang di pasar internasional. Selain itu, perbedaan dalam gaya hidup dan kebiasaan konsumsi di masing-masing negara dapat berdampak pada penawaran dan permintaan mata uang di pasar internasional. Oleh karena itu, penting bagi pelaku pasar untuk memperhatikan berbagai variabel yang dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang. Dengan memahami faktor-faktor tersebut, pelaku pasar dapat mengambil keputusan yang lebih tepat dalam melakukan transaksi mata uang pada pasar internasional.
Penulis: Shafa Alodya Ramadhani, NIM: 202110180311045, Prodi Ekonomi Pembangunan Kelas 4B, Universitas Muhammadiyah Malang, Angkatan 2021, Artikel ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Internasional dengan dosen pengampu Happy Febrina, S.P., M.Si