Yosika Alumni Fisioterapi UMM Sukses Karir Scientist CG-MERC Taiwan
TABLOIDMATAHATI.COM, MALANG-Keberhasilan seseorang mendapatkan pekerjaan pertama begitu tuntas dari pendidikan universitas selalu menarik untuk dikupas. Seperti yang terjadi pada salah satu alumni Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang (FIKES UMM) ini. Yosika Septi Mauludina, BSC (PT), MS, atau kerap dipanggil Yosika, merupakan generasi pertama jebolan Prodi Fisioterapi UMM yang saat ini menjadi Peneliti di Chang Gung Medical Education Research Centre (CG-MERC).
Berawal dari Agustus 2017, dimana sosok peneliti muda itu mendapatkan gelar sarjana, hingga tak berselang lama di tahun berikutnya, Yosika berhasil mendapatkan beasiswa fully-funded untuknya kuliah S2 di negara Formosa. Sempat menjalani hari yang tak mudah “reels life is not real life” katanya begitu berkisah tentang perjuangan menuntaskan thesis penelitian S2 di Institute of Injury Prevention and Control, Taipei Medical University, Taiwan.
Awal kesulitan Yosika merampungkan penelitian di bidang kualitatif, kini membuahkan kesuksesan hingga dirinya berhasil menduduki posisi Peneliti bergengsi sejak Maret 2021.
“Selain perkara akademis di dalam kelas, soft skills yang didapatkan dari institusi yang memberi gelar sarjana Saya dulu sangat bermanfaat dalam mempersiapkan diri Saya sebagai mahasiswa Internasional dan sebagai foreign worker di Taiwan” begitu pungkasnya saat ditanya tentang bekal yang didapatnya selama belajar di Fisioterapi UMM.
“Saya pribadi merasa turut terlibat dalam perkembangan Prodi kala itu, dimana menjadi angkatan pertama, membuat saya terdorong lebih bertanggung jawab, memiliki kekeluargaan yang erat, mandiri, juga berinisiatif tinggi,” tambahnya.
Lebih jelasnya Yosika pun menerangkan “baik akademis dan soft skills, keduanya harus beriringan. Secara global, tanpa akademis yang mumpuni, seseorang akan sulit untuk berkompetesi, namun hal lain semacam yang tidak terlampir di ijazah, seperti sikap misalnya, juga tak kalah berharga” karena menurut Yosika, belajar di tempat yang sama tak menjamin kadar setara dalam penyerapan skill seseorang.
Peneliti tersebut juga menyampaikan keterlibatannya dulu dalam berbagai macam organisasi. Hal tersebut diakuinya penting untuk memupuk perwujudan diri menjadi versi paling baik, menumbuhkan jiwa kepemimpinan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Sebab, manfaatnya tak diragukan menurut Yosika “bisa dalam hal karir, sosial, relasi, juga kehidupan sehari-hari”.
Sementara itu, Yosika yang bergelut dengan projek-projek penelitian mengemukakan bahwa “Menjadi research assistant membuat saya diberikan tanggung jawab mengeksekusi proses penelitian hingga publikasi. Bahkan bisa dibilang, saya adalah key person untuk setiap project yang sedang saya handle. Saat ini pun ada 3 projek yang sedang saya jalankan, mau tak mau, multi-tasking skills saya pun meningkat”.
Segudang capaian dan penghargaan pun sudah Yosika dapatkan sedari bangku perkuliahan S1. Diantaranya, berhasil mendapat pendanaan PKM-KC yang dibimbing oleh Kaprodi Fisioterapi UMM kini, pun menjadi Asisten Laboratorium pada 3 mata kuliah di Prodi Fisioterapi. Keberhasilannya dalam hal memimpin pun tak bisa diragukan, menjadi Ketua dari suatu Seminar Nasional Fisioterapi, kala itu membuat Yosika mampu mendatangkan 500 peserta. Bahkan saat dirinya sedang mengenyam Pendidikan S2 di Taiwan, ia pun berhasil menjadi delegasi di World Youth Forum, Sharm El-Sheikh, Mesir secara fully funded selama lebih dari seminggu.
Meski begitu Yosika menuturkan, perjalanan keberhasilannya tak lepas dari pengalaman yang sudah ia mulai sejak dini. Sempat tergabung dalam tim riset yang dipimpin oleh Bapak Rakhmad Rosadi, SST.Ft., M.Sc., PhD., guna menyelesaikan tugas akhirnya. Yosika pun menimba pengalaman bagaimana bekerjasama dengan solid, serta gigih untuk menyelesaikan projek sesuai kesepakatan.
“Tak semua negara di Asia mewajibkan skripsi sebagai tugas akhir ketika Sarjana. Beruntungnya kita yang menyelesaikan Pendidikan tinggi di Indonesia, kesempatan merampungkan skripsi membuat kita lebih mudah mendapatkan bekal untuk menyelesaikan thesis ketika S2” terangnya.
Pengalaman mini riset di bawah kawalan Bapak Rakhmad diakui Yosika memiliki pengaruh terhadap persiapannya menjadi mahasiswa internasional kala itu. “ada pengaruh dalam self-development saya, lebih tepatnya untuk belajar bekerjsasama dan memposisikan diri di dalam tim, paham job desk, serta bertanggungjawab atas tugas yang diberikan” begitu tutup Yosika. (sam/humas fikes umm/adv)