Upacara Adat Bakar Batu di Desa Tsinga
TABLOIDMATAHATI.COM, MALANG-Tanah Papua membanggakan berbagai kelompok dan budaya, yang mencakup daratan tinggi, pegunungan,lemba daratan rendah, dan pesisir pulau.Dikenal sebagai “surga kecil yang jatuh ke bumi”, Papua terkenal dengan kekayaannya tidak hanya dengan sumber daya alam saja, tetapi juga dengan keanekaragaman budaya.
Dengan lebih dari 466 kelompok etnis unik yang tersebar di seluruh wilayah tanah Papua, setiap suku memiliki adatdan tradisi yang berbeda-beda. Terlepas dari perbedaan geografis, ada kesamaan antar suku, karena semua orang Papua memiliki nenek moyang yang sama, diciptakan kekuatan ilahi dan tersebar di berbagai bentang alam Papua. Kesamaan atau kemiripan yang dibahas meliputi kesamaan budaya upacara bakar batu, perkawinan, pemakaman, budaya perang, budaya damai, budaya makan tradisional, dan masih banyak lagi persamaan lain yang dimiliki oleh kerabat suku papua.
Salah satu contoh kesamaan budaya yang yang tercantum di atas adalah budaya suku orang papua. Budaya akar batu adalah budaya adat tradisional yang dimiliki oleh beberapa suku di daratan tinggi pegunungan tengah papua. Mereka memiliki tradisi yang sama (budaya bakar batu) dengan beberapa suku orang papua seperti Amungme,Damal,Dani,Yali,Mee, dan beberapa suku lainnya, mereka memiliki tradisi yang sama seperti (budaya bakar batu). Metode atau tahapan-tahapan dalam pelaksanaan budaya bakar batu juga sama.
Upacara adat bakar batu sudah dipercaya sebagai suatu identitas dan jati diri suku orang papua di pegunungan tengah papua, sebagaimana manusia yang beradab, berbudaya memiliki budi atau akal dan solidaritas serta jiwa sosial yang tinggi.
Budaya bakar batu sudah menjadi kebudayaan turun-temurun karena dimana setiap kali ada pelaksanaan acara, seperti syukuran atau upacara adat bakar batu maka masyarakat setempat akan mengadakan bakar batu sebagai tanda untuk mengucap syukur.
Secara garis besar, upacara bakar batu merupakan sebuah adat atau tradisi memasak makanan dengan menggunakan batu panas. Batu yang di panaskan di atas bara api dengan tujuan sebagai media untuk memanaskan daging,sayur, umbi-umbian serta segala sejenis makanan yang bisa memasak dengan batu panas tersebut.
A. Budaya Acara Bakar Batu
Upacara adat bakar batu di Desa Tsinga adalah warisan budaya yang diwariskan oleh nenek moyang dari jaman dahulu hingga sampai saat ini dan masih dilestarikan oleh masyarakat setempat, khususnya di dataran tinggi pegunungan.Budaya bakar batu merupakan suatu tradisi memasak daging,sayur-sayuran dan umbi-umbian menggunakan batu panas yang telah dipanaskan dengan bara api.Upacara adat bakar batu dimiliki oleh masyarakat papua khususnya suku-suku di daerah amungme dan damal pegunungan tengah papua, seprti Punjak,Wamena, Pengunungan Bintang,Yahukimo, Jayawijaya,Mimika (Amungme,Damal,dan Dani) dan juga beberapa wilayah lainnya. Budaya bakar batu ini di wariskan dari generasi ke generasi sampai saat ini. Bakar batu sering dilakukan sebagai macam kegiatan untuk memperingati hari besar sepeti upacara adat,syukuran atas keberhasilan, pesta natal, mennyambut tahun baru, dan pesta-pesta lainnya. Upacara bakar batu tidak hanya sebatas bakar batu biasa atau masak-masak saja tetapi bakar batu juga memiliki makna atau nilai yang berdimensi flosofis antara lain, mengandung nilai sosial, nilai ekonomis, dan nilai religi. Dari pandangan flosofis secara keseluruhan dengan bakar batu memaknai membawa kesehatan jiwa manusia dan persatuan.
B.Proses Persiapan dan Kesiapan Bakar Batu
Dalam proses melakukan bakar batu, bahan-bahan yang harus disiapkan paling utama kayu, batu, rumput (alang-alang) dan dedaunan. Selain itu bahan makanan seperti daging babi, sayur-sayuran dan umbi-umbian dengan sejenisnya. Dalam trdisi bakar batu tidak hanya memasak daging babi atau jenis umbi-umbian tertentu saja, tetapi bebas mau masak dengan daging ayam atau yang lainnya juga bisa. Tetapi khusus untuk upacara adat harus menggunakan daging babi.Setelah semua sudah siap, tidak lupa juga gali tahan untuk buat kolam berbentuk wajan dengan sesuai kebutuhannya yang telah disiapkan kurang lebih 40-60 cm.
Barikut ini, adalah tahap dan proses untuk bakar batu yaitu.
Paling Utama:
a.Siapkan kayu bakar sesuai kebutuhan.
b.Siapkan batu yang bulat sesuai kebutuhan secukupnya.
c.Siapkan cepit kayu untuk mengangkat batu panas.
d.Siapkan daun pisang dan alang-alang untuk alas pada dasar kolam.
e.Susun kayu bakar dan batu yang telah sudah disiapkan tadi selah itu membakar kayu yang sudah disusun tadi (otomatis batu akan panas).
f.Gali tahan berbentuk wajan dengan kedalaman kurang lebih 40-60 cm sesuai kebutuhan.
Setelah semua udah disiapkan masuklah ke tahapa berikut yaitu tahap dimana menyusun lapisan demi lapisan bahan yang akan dimasak sebagai berikut:
Lapisan pertama : Alas rumput/alang-alang pada dasar kolam yang sudah di gali tadi lalu di atas alang-alang tarulah daun pisang.
Lapisan kedua : Menggunakan cepit kayu angkat batu panas dan tarulah batu panas yang telah sudah dipanaskan di atas daun pisang.
Lapisan ketiga : Alas daun pisang lagi di atas batu panas yang telah tadi ditaruh.
Lapisan keempat : Letakan umbi-umbian,singkong,ubi jalar,keladi dan sejenis makanan yang lain.
Lapisan kelima : Kemudian, tutup lagi dengan daun pisang secukupnya.
Lapisan keenam : Di atas daun pisan tarulah sayur-sayuran yang telah sudah disiapkan tadi dengan secukupnya.
Lapisan ketujuh : Pada lapisan ke tujuh ini taruh daging babi di atas sayur yang tadi sudah di taruh.
Lapisan kedelapan : Mengangkat batu panas dengan menggunakan cepit kayu dan di bungkus dengan daun pisang lalu tarulah dibawa sela-sela daging babi,samping dengan secukupnya.
Lapisan kesembilan : Setelah itu tarulah sayur-sayuran di atas daging babi yang telah taru tadi.
Lapisan kesepuluh : Bungkus batu panas lagi menggunakan daun pisang dan tarulah di atas daging babi dan sayur yang telah tadi taru, dan mengelilingi batu panas di seluruh permukaan daging babi dan sayur-sayuran. Agar daging dan sayur-sayuran masak dengan baik.
Lapisan Kesebelas : Setelah itu di taruh sayur semua dan daging ayam serta bahan makanan lainnya.
Lapisan keduabelas : Kemudian di tutup dengan daun pisang diatasnya.
Waktu yang perluh untuk menungguh bahan bakar batu selesai masak yaitu kurang lebih 2 jam. Jika proses dari awal benar sesuai dengan tahapan dan aturan yang baik(dengan teliti) maka hasilnya pun pasti akan baik dan enak. Proses bakar batu ini membutuhkan kerja sama (kerja kelompok dan kelompokan) lebih dari satu atau dua orang. Dengan kerja sama dari banyak orang maka prosesnya akan berjalan dengan baik dan cepat.
1.Nilai-Nilai Kehidupan Dari Bakar Batu
A.Nilai Sosial
Pada dasarnya manusia adalah mahkluk sosial. Manusia tidak bisa hidup seorang diri saja,karena membutuhkan bantuan dari orang lain. Berdasarkan hakikat tersebut maka relevan dengan budaya bakar batu.Karena melaksanakan upacara adat bakar batu dibutuhkan kerja sama atau kelompok, baik perempuan maupun laki-laki atau gabungan suku masyarakat desa setempat. Jarang ditemukan dalam acara bajar batu besar-besaran dilakukan oleh satu atau dua orang saja karena biasanya bersama-sam,berbondong-bondong dalam jumlah orang yang banyak. Dengan bakar batu bisa membangkitkan rasa kebersamaan, kekompakan, solidaritas antara masyarakat desa setempat satu dengan yang lainnya. Perdamaian juga bisa ditempuh dengan upacara bakar batu. Setiap kelompok orang atau setiap suku yang mempunyai masalah, jika perdamaian mereka akan melakukan upacara adat bakar batu dan makan bersama sebagai symbol perdamaian.
B.Nilai Ekonomis
Bakar batu dalam dimensi nilai ekonomi menggambarkan bahwa masyarakat memiliki kecukupan dalam kebutuhan hidupnya dan dengan ritual bakar batu mereka akan diberikan kelimpahan atas kekayaan alam dan sisinya dari Sang Maha Pencipta. Nilai ekonomis yang lainnya, dan setelah bakar batu hasilnya bisa dibagikan kepada orang lain atau mengundang masyarakat desa lain untuk hadir di acara bakar batu yang kita buat maka dengan begitu suatu saat nanti kita akan mendapatkan balas budi dari orang lain (timbal balik). Dengan bisa secara langsung ataupun tidak langsung.
C.Nilai Religi
Adakan budaya upacara adat bakar batu manusia dapat berinteraksi dengan alam (leluhur) dan disisi lainnya, tradisi bakar batu juga merupakan bentuk persembahan dan ucapan syukur terhadap Sang Maha Pencipta sebab masyarakat percaya dengan upacara bakar batu akan mendapatkan kedamaian, kesuburan, kekayaan alam yang melimpah, kesehatan,berkat bagi kehidupan masyarakat desa setempat,dan hal positif lainnya. Dengan bakar batu juga dipercayai dapat mengusir roh-roh jahat atau setan. Jadi dalam melakukan bakar batu hewan yang menjadi kurban adalah babi. Babi sebagai simbol persembahan kurban dengan sesuai ajaran budaya masing-masing tempat tersebut yang telah diakui dan dilakukan sesuai turun-temurun nenek moyang mereka.
2.Manfaat Dari Bakar Batu
Dengan bakar batu dapat mempersatukan semua suku bangsa papua yang tersebar di dataran tinggi,lembah pegunungan tengah maupun pesisir pantai pulau papua. Dari awal memulai mempersiapkan bahan-bahan sampai pada saat proses pembagian hasil masakan, dibutuhkan kelompok atau bekerja sama yang baik. Dengan bakar batu dapat meningkatkan solidaritas antar masyarakat suku yang berbeda, terpecah karena mempunyai masalah perang antar suku bisa dapat kembali berdamai dengan cara bakar batu. Pada saat ini upacara bakar batu sudah dilakukan di tempat umum,bersama-sama dengan seluruh masyarakat papua (berbagai suku dan bangsa).
Suku yang lain dari wilayah adat yang lain juga bisa bergabung ikut bakar batu dan bisa makan bersama disitulah menciptakan nilai sosial antara seluruh masyarakat papua pada umumnya.
Kesimpulan
Dengan demikian, berdasarkan hasil pembahasaan di atas, dapat disimpulkan bahwa bakar batu merupakan sebuah upacara adat yang tidak hanya daging babi,sayur atau umbi-umbian saja tetapi budaya bakar batu memberikan manfaat dan mempunyai nilai yang bermakna. Bakar batu mempunyai nilai-nilai positif yang terkandung di dalamnya yang berdimensi flosofit seperti nilai sosial, nilai ekonomis, nilai religi dan masih banyak lagi. Kita patut bangga karena kekayaan budaya merupakan anugerah pemberian dari Tuhan kepada umat manusia yang diciptakan sama dan serupa
dengan –NYA . Maka manusia terlihat lebih beradab dan lebih maratabat layak seorang manusia karena memiliki budi/akal yang digunakan untuk menciptakan sesuatu karya yang baik (Budaya).
Saran
Dengan membaca artikel di atas ini, budaya adat bakar batu dan nilai-nilai dalam kehidupan seluruh masyarakat papua, harapannya para pembaca bisa dapat menanbah wawasan, pengetahuan dan informasi mengenai budaya adat bakar batu di papua. Khususnya untuk masyarakat papua yang mempunyai budaya bakar batu wajib melestarikannya. (*)