Sekaten dan Islam
ditulis Mohammad Awwaluddien ‘Azmil Fajri, mahasiswa prodi Ekonomi pembangunan UMM
TABLOIDMATAHATI.COM, MALANG- Bulan Rabiulawal merupakan bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW, tepatnya pada tanggal 12 Rabiulawal. Pada tanggal tersebut umat islam, khususnya umat islam Indonesia, merayakan hari kelahiran Rasulullah SAW. Perayaannya disebut dengan maulid nabi. Setiap daerah memilki bermacam ciri khas dalam merayakan maulid nabi, orang islam di Indonesia sangat senang bila berjumpa dengan hari kelahiran Rasulullah SAW, karena banyak festival – festival di setiap daerah di Indonesia. Semua kalangan sangat senang, dengan adanya festival ini dapat sebagai hiburan untuk masyarakat. Dengan berbagai macam jenis festivalnya, ada hal yang unik dan bersejarah pada salah satu festival di suatu derah. Festival ini memiliki sejarah eksistensi yang unik dan berbeda dari festival yang lain, yaitu Sekaten.
Mataram Islam merupakan kerajaan salah satu kerajaan besar di Jawa, namun terbelah menjadi dua dengan adanya Perjanjian Giyanti. Mataram barat dan timur menjadi kerajaan mataram yang terbelah, saat ini kerajaan tersebut disebut dengan Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Jadi festival sekaten ini menjadi ciri khas perayaan maulid nabi pada daerah Yogyakarta dan Surakarta. Satu budaya dalam wilayah yang berbeda merupakan akibat dari terpecahnya kerajaan Mataram Islam.
Sebelum masa terpecahnya kerajaan Mataram Islam, yang lebih tepatnya pada wilayah Kerajaan Demak yaitu pada masa Walisanga. Ada salah satu sunan yang termasuk dalam Walisanga yang sebagai pencetus adanya festival Sekaten. Beliau merupakan sosok yang amat senang dengan kebudayaan, yang menjadikan budaya sebagai sarana menyiarkan agama islam. Raden Said atau biasa kita ketahui sebagai Sunan Kalijaga, beliau membuat acara sekaten untuk mengislamkan orang-orang di daerah tersebut. Namun cara islamisasinya tidak frontal, namun dengan tahapan – tahapan. Sekaten merupakan salah satu proses dialektika dalam pribumisasi islam atau membumikan islam, adanya kebudayaan yang terlbat dalam acara ini.
Terminologi dari sekaten berasal dari kata syahadatain yang artinya persaksian yang dua, dan mengalami perluasan
- Sahutain : menghentikan perkara dua (lacur dan menyeleweng)
- Sakhatain : menghilangkan perkara dua (watak hewan dan sifat setan)
- Sakhotain : menanamkan dua perkara (memelihara budi suci atau budi luhur yang selalu mendambakan diri pada tuhan)
- Sekati : seimbang
- Sekat : orang harus membatasi diri untuk berlaku jahat
Korelasi antara sekaten dengan islam sangat kuat, dengan menyajikan gamelan dan budaya jawa yang lain membuat masyarakat jawa tertarik dengan festival ini. Saat ini sekaten diselenggarakan pada tanggal 5 -11 Rabiulawal dan ditutup pada tanggal 12 Rabiulawal
Sekaten memiliki nilai – nilai yang beragam, tidak hanya pada sisi agama namun juga pada segala aspek kehidupan
- Keagamaan
Dengan menggunakan gamelan untuk berdakwah, yang membuat masyarakat islam di jawa tertarik pada acara ini. Disaat masyarakat telah berkumpul, Sunan Kalijaga menyampaikan dakwahnya.
- Pendidikan
Menjadi sarana pembelajaran generasi muda dalam mempelajari budaya di Indonesia, generasi muda dapat mengenal dan mengetahui nilai – nilai luhur dari pendahulu.
- Ekonomi
Seiring perkembangan zaman, sekaten dimanfaatkan dalam sektor dagang, karena menjadi lading masyarakat untuk berdagang. Para pengunjung dapat membeli berbagai makanan, minuman, souvenir dan berbagai macam barang lainnya. Serta pada acara sekaten terdapat pertunjukan – pertunjukan yang dapat kita tonton dengan membeli tiket. Oleh karena itu sekaten dapat memberikan pemasukan yang besar untuk masyarakat.
- Social
Dengan acara Sekaten ini sangat berdampak pada sisi sosial, karena sebagai ajang interaksi sosial masyarakat. Semua dapat merayakan Sekaten tanpa adanya memandang status sosial. Solidaritas dan perdamaian dapat terjalin pada festival ini, mampu menyatukan berbagai individu menjadi satu dalam acara ini. Hingga sampai saat ini, dimana zaman sudah sangat modern, yang mampu merubah karakter bangsa. Namun budaya Sekaten ini terus dilestarikan dan tidak pernah ditinggalkan, karena walaupun adanya teknologi yang membuat setiap individu hanya fokus untuk dirinya saja, namun dengan Sekaten tiap individu akan terasa solid dan rukun ketika merayakan maulid nabi bersama dalam acara Sekaten. (*)