Prodi EP UMM Kupas Tantangan Ekonomi Tradisional Menjadi Green Economy
TABLOIDMATAHATI.COM, MALANG-Prodi Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Malang (EP UMM) menggelar kuliah tamu dalam rangka implementasi MBKM (Merdeka Belajar Kuliah Merdeka) dengan menghadirkan Ketua program Studi Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogjakarta, Prof Dr Endah Saptutyningsih SE, ME, dalam tema Menyongsong Ekonomi Hijau Dalam Tata Kelola SDA Pendekatan
Terkait dengan tema tersebut dalam sambutan opening kuliah tamu ini, Kaprodi Ekonomi Pembangunan UMM, Muhamad Sri Wahyudi, ME, mengatakan kehadiran Prof Endah Saptutyningsih diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa EP UMM pada program MBKM antara UMY dan EP UMM. Sebab mahasiswa maupun dosen dua perguruan tinggi sudah melaksanakan MBKM dengan mengirimkan mahasiswa maupun dosen dari UMM ke UMY demikian juga sebaliknya.
Perlu diingatkan kepada sekitar 80 mahasiswa yang sedang menempuh mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Alam (ESDA) untuk menyimak dan mencatat materi pada kuliah tamu kali ini membahas ekonomi sumber daya alam.
Sehingga harapan Prodi EP UMM lanjut Wahyu dari kuliah tamu ini mahasiswa dapat menambah referensi dari aspek pengetahuan yang sudah diterimanya di kelas reguler sekaligus menambah jejaring mahasiswa.
Sementara itu, Ketua Program Studi Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogjakarta, Prof Dr Endah Saptutyningsih SE, ME, menjelaskan bagaimana menyonsong ekonomi hijau untuk diterapkan dalam keseharian. Mulai tata kelolanya, bagaimana dampaknya jika ada kerusakan lingkungan, pengurangan SDA, serta evaluasi lingkungan-ekonomi.
Menurut Prof Endah dimaksud pada tema yang sudah ditentukan tidak lepas dari Brown ekonomi atau secara umum digambarkan bagaimana masyarakat mengejar pertumbuhan ekonomi tanpa mempertimbangkan dampaknya pada lingkungan. Sebvut saja ekonomi tradisional.
Sehingga akibatnya dari suatu proses ekonomi seperti pencemaran udara, air, udara, hingga tanah longsor dan semisalnya tidak dihitung atau dikalkulasi serta di evaluasi secara ekonomi maupun alam.
Berdasarkan dampak yang semakin meluas inilah, kata Prof Endah sejak tahun 1980-an muncullah konsep Green Ekonomi. Konsep ini untuk menyeimbangkan antara ekonomi dengan kelestarian lingkungan. Bagaimana antara ekonomi dengan lingkungan bisa bertumbuh secara bersamaa-an. Inilah yang sampai saat ini terus menjadi isu global.
Bagaimana caranya menciptakan energi terbarukan yang lestari lingkungan, bukan hanya terkait SDA, termasuk sumber daya sosial dan manusia. Ekonomi hijau tercipta untuk pembangunan berkelanjutan atau populer disebut SDGs (Sustainable Development Goals) bisa dipertahankan untuk kemaslahan masyarakat. Jika satu aspek di masyarakat berubah maka akan mengubah aspek yang lain (circle flow).
Itu sebabnya green economy tidak lepas dari bagaimana menjaga kelestarian lingkungan. Kelestarian ini bisa memperbaiki kesejahteraan manusia dan kesetaraan sosial melalui mengurangi resiko lingkungan dan kelangkaan ekologi. Artinya kegiatan ekonomi tidak boleh mengeksploitasi alam.
Itulah diperlukan valuasi lingkungan. Mengapa perlu valuasi lingkungan tidak lepas dari kegiatan ekonomi agar bisa menciptakan ekonomi hijau. Tujuannya untuk untuk memberikan penilaian moneter terhadap sumberdaya lingkungan.
Bisa dilakukan oleh pemerintah dengan analisis atau mengambil keputusan projet itu ekonomi atau tidak. Desain kebijakan ramah lingkungan, penilaian dampak kerusakan ekonomi, dengan identifikasi dampak lingkungan, dan masyarakat. Penilaian dampak dari proses ekonomi secara lingkungan dan finansial.
Nah, tandas Prof Endah dari sinilah dapat diukur jasa lingkungan atau nilai lingkungan yang dapat dirasakan manusia dan lestarinya alam. Ada beberapa tipe nilai use value dan non use value. Use value meliputi option value, in direct value, dan direct value. Sementara non use value meliputi existence value dan for other. Semua ini berpengaruh pada naik turunnya nilai sumber daya alam dan manusia dalam green economy. (humas epumm/co-editor: hamara)