Pro Kontra “Masjid Dijual”
Oleh: Yolanda Almadea Putri, mata kuliah Bahasa Indonesia, dosen pengampu Bu Afrida BR, Dra, MS
TABLOIDMATAHATI.COM, MALANG-Masjid, sebuah kata yang sudah tidak asing lagi bagi warga indonesia terutama kaum muslim. Tempat peribadahan kaum muslim yang banyak dijumpai di kota – kota besar dan tak jarang juga dijumpai di daerah perkampungan namun dengan penyebutan yang berbeda, yaitu mushola, untuk mushola sendiri lebih cenderung dengan luasan yang tidak terlalu besar, atau lebih kecil ruang lingkupnya dari masjid.
Setiap masjid memiliki ciri khas masing – masing, seperti Masjid Nabawi di kota Madinah yang memiliki ciri khas bagian atap berbentuk kubah yang bisa ditutup dan dibuka, baik secara manual maupun otomatis. Begitu juga dengan Masjid Putih Darus Sholihin yang berlokasi di Kota Batu dengan alamat lengkap Jl. Patimura No.47, Temas, Kec. Batu, Kota Batu, Jawa Timur 65315. Selain dominasi warna putih pada masjid ini yang semakin menambah suasana sejuk di Kota Batu, ada juga ciri khas lain pada masjid ini. Masjid yang menuai kontroversi karena sempat “dijual” dan viral pada tahun 2012 ini kini telah berdiri megah.
Pada tahun 2012 banyak sekali orang yang salah paham dengan “masjid dijual”. Masjid ini langsung menuai pro dan kontra semenjak didirikannya papan reklame bertuliskan “Dijual seharga 1 juta/M²”. Terdapat pihak pro yang setuju akan “dijualnya” masjid ini, karena mereka mengetahui latar belakang “dijualnya” masjid ini. Alasan “dijualnya” masjid ini adalah karena galang dana untuk biaya proses pembangunan. Alih – alih meminta sumbangan atau donasi secara terang terangan, pengurus masjid justru memasang papan reklame sehingga membuat para pengguna jalan kebingungan atas “dijualnya” masjid tersebut sehingga menarik perhatian mereka dan mencari tahu lebih lanjut tentang masjid ini. Sedangkan pihak kontra, yaitu yang belum mengetahui maksud jelas dari “dijualnya” masjid ini. Mereka beranggapan bahwa agama dijadikan bisnis. Padahal faktanya, kata “dijual” hanyalah sebuah permainan kata dari pengurus masjid yang ditujukan kepada seseorang yang ingin donasi atau mewakafkan harta mereka di masjid tersebut. Saat ada yang membeli tanah di masjid ini, mereka akan mendapatkan sertifikat sebagai bukti bahwa mereka telah mewakafkan harta yang telah mereka setujui jumlahnya di masjid ini.
Penggalangan dana tersebut dapat dikatakan berhasil, terbukti pada tahun 2023 masjid ini telah berdiri kokoh, dengan ciri khas menara dengan tinggi sekitar 99 meter yang menurut takmir masjid melambangkan asmaul husna yang berjumlah 99. Tak jarang menara tersebut dimanfaatkan oleh pengunjung untuk melihat suasana Kota Batu dari ketinggian. Tak jarang juga, masjid ini dijadikan tempat beristirahat bagi orang yang sedang bepergian karena halamannya yang luas dan berada di dalam area masjid sehingga digunakan sebagai tempat parkir bagi orang yang sedang beribadah sekaligus beristirahat, mengingat bahwa Kota Batu merupakan Kota Wisata yang banyak dikunjungi orang dari luar Kota Batu. Letaknya yang strategis membuat masjid ini menarik perhatian dan tidak pernah sepi. (*)