Hubungan Olahraga dan Serangan Jantung
Oleh: dr. Dedy Irawan, Sp.JP, Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang
TABLOIDMATAHATI.COM, MALANG– Penyakit jantung masih menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Pada beberapa kasus, penyakit jantung terjadi pasca berolah raga. Apakah benar olahraga memiliki hubungan dengan terjadinya serangan jantung? Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang (FK UMM), dr. Dedy Irawan, Sp.JP. memberikan penjelasan. Ia mengatakan benar adanya bahwa olah raga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan serangan jantung.
Hal tersebut lantaran olahraga adalah aktivitas fisik yang menyebabkan aktivitas jantung meningkat. Meski demikian, tidak bisa dikatakan bahwa olahraga yang menyebabkan kematian. “Perlu diperhatikan, tidak semua olahraga yang dilakukan itu sudah benar. Jenis olahraga orang yang sehat dengan dengan yang tidak sehat pasti berbeda. Maka dari itu ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan saat ingin berolahraga,” ucap Dedy.
Pertama, ketika berolahraga harus memilih yang sesuai dengan kemampuan. Bagi individu yang masih muda serta memiliki fisik yang kuat dan sehat bisa melakukan olahraga apapun. Berbeda dengan orang yang memiliki riwayat penyakit jantung. Kedua, olahraga rutin dan bertahap. Saat pertama kali berolahraga, kita tidak boleh langsung melakukan olahraga yang berat.
“Jika kita memaksakan berolahraga di luar kemampuan, maka jantung tidak akan kuat dan hal ini merupakan salah satu penyebab terjadinya serangan jantung,” tambahnya.
Ketiga, penuhi cairan dan nutrisi. Saat berolahraga, seseorang pasti akan kehilangan banyak cairan sehingga menyebabkan dehidrasi dan gangguan elektrolit. Jika terjadi gangguan elektrolit, maka akan terjadi gangguan irama jantung dan dapat menyebabkan serangan jantung. Gangguan irama jantung ialah kondisi dimana ritme jantung tidak teratur.
“Terakhir yang mungkin terjadi adalah, memiliki faktor resiko lainnya sehingga menyebabkan orang tersebut meninggal saat berolahraga,” tambahnya.
Dedy berkata bahwa belum dapat dipastikan dengan baik penyebab serangan jantung di Indonesia, dikarenakan kurangnya data. Tidak seperti di luar negeri yang memiliki data lengkap pasiennya, terutama data kematian pada atlet.
“Memang ada atlet yang meninggal dikarenakan serangan jantung, namun tidak banyak. Penyebabnya bisa karena gangguan irama jantung, gangguan di struktur jantung, serta kelainan lain seperti konsumsi obat-obatan secara berlebih,” jelas Dedy.
Gangguan struktur jantung ini dapat berupa jantung bocor, otot jantung menebal, atau pembengkakkan otot jantung. Gangguan struktur jantung ini dapat karena faktor bawaan dari lahir maupun karena faktor umur. Kelainan lain yang menyebabkan serangan jantung ialah mengonsumsi obat-obatan melebihi dosis yang diresepkan, merokok, serta karena pola hidup tidak sehat.
Dedy menjealskan, mereka yang memiliki penyakit jantung dan ingin memilih olahraga, harus melakukan medical check up dan melakukan pemeriksaan yang dilakukan denga treadmill test sembari dipasangkan alat-alat. Misalnya seperti Elektrokardiogram (EKG). Setelah itu akan muncul resep yang disingkat dengan FITT (Frequency, Intensity, Type, Time).
Frekuensi (frequency) ialah idealnya kita harus berolahraga berapa kali dalam seminggu. Intensitas (intensity) yang di maksud ialah berapa target detak jantung yang harus dicapai pada saat berolaharaga. Lalu, tipe (type) olahraga apa yang cocok dengan kondisi kita. Semisal memiliki penyakit jantung, maka olahraga yang dianjurkan adalah olahraga yang agak aerobik untuk meningkatkan detak jantung.
Kemudian, waktu (time) ialah seberapa lama idealnya kita berolaharaga. Olahraga dilakukan secara rutin, yang awalnya dilakukan sekitar 30 menit maka ditingkatkan lagi menjadi 40 menit. Treadmill test ini untuk penilaian kemampuan awal. Hal ini berkelanjutan dan rutin sembari ditingkatkan pelan-pelan intensitasnya.
Di akhir, Dedy menyampaikan bahwa penyakit jantung tidak bisa diprediksi dan dapat terjadi dimana saja. “Karenanya, masyarakat Indonesia harus bisa menguasai dan melakukan Bantuan Hidup Dasar (BHD.red), agar tidak bingung saat mengahadapi orang yang tiba-tiba terkena serangan jantung,” pungkasnya. (humas umm)