Cap Go Meh Singkawang 2023 Beraksi, Para Tatung Bikin Ngeri
Oleh: Salsabila Nur Husnia, mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Malang. Tulisan ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang diampu Dra. Arfida.
TABLOIDMATAHATI.COM, MALANG-Cap Go Meh berasal dari kata Tiociu atau Hokkien yaitu 15 hari atau 15 malam setelah perayaan Imlek. Cap yang berarti 10 sedangkan Meh adalah 5. Dalam Bahasa mandarin Cap Go Meh biasanya juga disebut dengan panggilan Shang Yuan Cieh atau Yuan Hsiao Cieh. Pada abad ke-17 masa Dinasti Xie Han ( 206 SM – 221 M ), tujuan perayaan Cap Go Meh adalah untuk menghormati Dewa Thai Yi yang termasuk dewa tertinggi dilangit. Pada saat pemerintahan Dinasti Han Kegiatan upacara ini dilakukan secara tertutup karena hanya untuk kalangan istana. Lampion menjadi ornamen yang tak terpisahkan pada perayaan Imlek serta Cap Go Meh karena perayaan upacara ini dilakukan pada malam hari. Tetapi saat masa pemerintahan Dinasti Tang yang memimpin China perayaan upacara ini sudah dikenal serta dirayakan oleh masyarakat umum. Hal ini menjadi sebuah perayaan festival masyarakat untuk bersenang-senang.
Adapun rangkaian acara untuk menyambut Upacara Adat Cap Go Meh 2023 di kota Singkawang, diantaranya adalah:
- Festival Lampion
- Hari Kasih Sayang
- Tarian Barongsai dan Liong
- Kue Keranjang
- Lontong Cap Go Meh
- Permainan Tebak-tebakan
- Ritual Cuci Jalan
- Pawai Tatung
- Dan Onde-onde
Di Indonesia, perayaan Cap Go Meh memang baru popular belakangan ini. Kota Singkawang di Kalimantan Barat adalah daerah yang tak pernah ketinggalan untuk merayakan perayaan Cap Go Meh, karena ras Tionghoa yang menjadi penduduk mayoritas di daerah singkawang, jadi tidak heran jika perayaan tersebut sangat kental bagi masyarakat di daerah tersebut. Tidak hanya perayaan Cap Go Meh tetapi ada juga perayaan seperti Imlek, Ceng-ceng, dan Pawai Tatung. Sekertaris Majelis Agama Buddha Tri Dharma Indonesia (MAGABUTRI) Provinsi Kalimantan Barat menjelaskan Awal mula adanya perayaan yang disebut Cap Go Meh di daerah Singkawang karena adanya wabah penyakit cacar air yang melanda kota Singkawang, maka dari itu para tabib-tabib atau sering disebut tatung berkumpul untuk m’elakukan ritual untuk mengusir roh-roh jahat. Setelah diadakan ritual tersebut wabah penyakit cacar lenyap, seluruh masyarakat mempercayai bawa tabib-tabib yang melakukan ritual tersebut telah berhasil. Ada beberapa ritual yang dilakukan saat peryaan Cap Go Meh, salah satunya adalah ritual cuci jalan yang dilakukan para tatung, dalam ritual tersebut para tatung melakukan berbagai macam atraksi kekebalan tubuh menggunakan senjata tajam yang diyakini untuk mengusir roh-roh jahat yang mengganggu kota. Hal ini menjadi daya tarik tradisi dan menjadi kearifan local yang dapat menarik wisatawan local maupun mancanegara. Pawai tatung di Singkawang Kalimantan Barat merupakan pawai tatung terbesar didunia. Selama parade tatung 2023, pertama kali akan berkeliling mengitari Kota Singkawang. Rute awal dimulai dari Jalan Diponegoro, Jalan Niaga (depan café rusen), Jalan Budi Utomo, Jalan Hasan Saad, Jalan Setia Budi, Jalan Niaga (depan Pekong Tengah), Jalan Sejahtera, dan berakhir di perempatan Hotel Prapatan.
Kota Singkawang memiliki masyarakat dari berbagai etnis, salah satunya adalah etnis Tionghoa yang memiliki tradisi leluhur yang sangat kental. Dengan adanya tradisi leluhur maka pada saat penyambutan Cap Go Meh diadakan penampilan para Tatung. Tatung melakukan ritual “Cuci Jalan”, maksud dari Cuci Jalan adalah membersihkan jalan dari roh-roh jahat. Ritual upacara Cuci jalan dimulai saat pagi hari pukul 05:30 WIB pada hari ke-14. Dengan adanya seorang dukun yang sudah kerasukan oleh roh leluhur maka persiapan pekong atau kelenteng sudah siap dan apawai tatung dapat dilakukan. Menjadi Tatung adalah diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya, namun tidak semuanya bisa menjadi tatung karena hanya orang-orang tertentu yang dapat kerasukan roh leluhur. Pada saat melakukan ritual cuci jalan, tatung mengelilingi kota sambal membacakan do’a pengusir roh-roh jahat dan melakukan atraksi kemampuannya dalam ketahanan terhadap benda-benda yang tajam dan runcing, seperti duduk diatas pisau atau kapak yang tajam, wajah yang ditusuk dengan besi atau kawat, dan menginjak barang-barang yang tajam. Karena mempunyai keunikan tersebut membuat ratusan serta ribuan orang dalam ke kota Singkawang. (*)