Tren Bunuh Diri Bisa Dicegah
Penulis: Salsabila Aghnia Nazzala, mahasiswaFarmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang
TABLOIDMATAHATI.COM, MALANG– Masyarakat Indonesia dikagetkan oleh meningkatnya angka kasus bunuh diri di Indonesia akhir-akhir ini. Peningkatan ini terjadi seiring dengan tren peningkatan angka kasus bunuh diri global. Pemberitaan mengenai bunuh diri banyak menghiasi baik layar kaca ataupun media digital di Indonesia. Bunuh diri merupakan sebuah perilaku maladaptive dari gangguan mental, di mana muncul ketika seseorang tidak mampu menangkap stressor atau masalah yang ada dalam kehidupannya sehingga muncul pemikiran untuk melakukan hal tersebut. Indonesia kini sedang dilanda permasalahan kesehatan mental yang tinggi, dalam kurun waktu Januari-18 Oktober 2023 Polri melaporkan bahwa terdapat 971 kasus bunuh diri di Indonesia. Angka itu sudah melampaui kasus bunuh diri sepanjang tahun 2022 yang jumlahnya 900. Salah satu kasus yang sempat ramai pada bulan Oktober 2023 yaitu kasus bunuh diri mahasiswa dari Universitas di Jawa Tengah, setelah itu muncul kasus bunuh diri lainnya dalam waktu yang berdekatan dan lagi-lagi yang melakukan bunuh diri dari kalangan mahasiswa. Pada akhinya terciptanya “Tren Bunuh Diri”. Tren ini bukan untuk ditiru melainkan tren yang harus diakhiri secepat mungkin.
Banyak faktor yang terlibat dalam peningkatan kasus bunuh diri, dan salah satunya adalah masalah kesehatan mental. Masalah ini sering diabaikan dan dianggap tabu oleh masyarakat kita. Hal ini membuat individu yang menderita sakit mental kesulitan untuk mencari bantuan dan dukungan. Depresi, kecemasan, dan gangguan mental lainnya dapat menjadi pemicu tindakan bunuh diri, dan stigma yang melekat pada masalah ini dapat menghambat individu dalam mencari perawatan. Di samping masalah kesehatan mental, faktor-faktor lingkungan seperti trauma, tekanan akademik, stres ekonomi, putus cinta juga dapat memainkan peran dalam keputusan seseorang untuk melakukan bunuh diri. Dengan meningkatnya kasus bunuh diri kita perlu lebih serius dalam mengatasi masalah kesehatan mental dan memberikan dukungan kepada mereka yang memerlukan.
Kecemasan, depresi, dan gangguan mental lainnya dapat mempengaruhi individu sejak usia dini. Isu ini seringkali terabaikan atau dianggap fase remaja yang biasa, yang dapat memperlambat akses anak untuk mendapatkan pengobatan kesehatan mental yang mereka butuhkan. Kita perlu menghilangkan stigma yang melekat pada masyarakat, dan memastikan anak muda memiliki akses yang memadai untuk pengobatan kesehatan mental dan dukungan. Untuk pencegahan kita juga bisa dengan melakukan self reward, dukungan orang sekitar, memperbaiki ibadah, menambah aktivitas.
Kepedulian terhadap kesehatan mental merupakan salah satu cara mengurangi angka kasus bunuh diri. Kesehatan mental remaja adalah aspek kesehatan yang penting dan seringkali terabaikan. Pada masa ini, remaja mengalami perubahan fisik, emosional, dan sosial yang signifikan. Kesehatan mental yang baik adalah kunci untuk menjalani kehidupan yang seimbang dan berkelanjutan.
Remaja sering kali menghadapi tekanan dari berbagai sumber, termasuk sekolah, teman sebaya, dan ekspektasi keluarga. Pergolakan identitas, pertemanan, dan kebutuhan akan penerimaan sosial dapat menjadi faktor yang memengaruhi kesehatan mental mereka. Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai masyarakat untuk memahami dan memberikan perhatian pada permasalahan ini.
Pertama, pendidikan mengenai kesehatan mental harus menjadi bagian integral dari kurikulum sekolah. Remaja perlu diberikan pemahaman tentang perasaan dan emosi mereka, serta keterampilan mengelola stres dan tekanan. Dengan membekali mereka dengan pengetahuan ini, mereka dapat lebih mampu mengatasi tantangan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, dukungan sosial juga memainkan peran penting dalam kesehatan mental remaja. Keluarga, teman, dan komunitas sekolah dapat menjadi sumber dukungan yang kuat. Memastikan bahwa remaja merasa didengar, dimengerti, dan diterima dapat membantu mereka merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri dan mengurangi risiko masalah kesehatan mental.
Peran teknologi dalam kehidupan remaja juga harus diperhatikan. Penggunaan media sosial yang berlebihan atau paparan terhadap konten yang merugikan dapat memengaruhi kesehatan mental. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pendidik untuk memberikan panduan dan memastikan remaja menggunakan teknologi dengan bijak.
Selain upaya di tingkat pendidikan dan keluarga, masyarakat juga perlu berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental remaja. Masyarakat dapat menyediakan ruang aman di mana remaja merasa nyaman berbicara tentang perasaan mereka tanpa takut dihakimi. Inisiatif seperti penyediaan layanan kesehatan mental yang mudah diakses juga dapat membantu remaja yang membutuhkan bantuan profesional.
Penting untuk diingat bahwa setiap remaja adalah individu yang unik, dan perhatian terhadap kesehatan mental mereka harus disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan masing-masing. Membangun kesadaran dan menghilangkan stigma seputar masalah kesehatan mental dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan peduli.
Kesehatan mental mahasiswa merupakan aspek kritis dalam menjaga keseimbangan hidup mereka. Tekanan akademik, tuntutan sosial, dan ketidakpastian masa depan dapat menjadi beban yang berat. Pentingnya mendukung kesehatan mental mahasiswa tidak bisa diabaikan. Menjaga keseimbangan antara studi, sosial, dan istirahat menjadi kunci utama. Aktivitas fisik, seperti olahraga, dan praktik relaksasi, seperti meditasi, dapat membantu mengurangi stres.
Pentingnya komunikasi terbuka di antara sesama mahasiswa dan dukungan dari lingkungan akademis juga tak kalah vital. Universitas dapat menyediakan layanan kesehatan mental yang mudah diakses dan menghilangkan stigma terkait pencarian bantuan. Pendidikan tentang kesehatan mental seharusnya menjadi bagian integral dari kurikulum untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran.
Kesehatan mental yang baik tidak hanya berdampak pada performa akademis, tetapi juga pada kebahagiaan dan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, membuka diskusi tentang kesehatan mental di lingkungan kampus dan masyarakat umumnya adalah langkah positif dalam menciptakan budaya perhatian dan dukungan bagi mahasiswa.
Dalam kesimpulannya, kesehatan mental remaja merupakan aspek penting yang memengaruhi kualitas hidup mereka. Pendidikan, dukungan sosial, pengelolaan teknologi, dan kontribusi masyarakat adalah faktor-faktor kunci yang dapat membantu menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan kesehatan mental yang positif pada masa remaja. Melibatkan semua pihak dalam upaya ini akan membawa dampak positif jangka panjang bagi generasi yang akan datang. (*)