Staf Khusus Menkeu-Dekan FEB UMM Bahas Bisnis Ritel Untuk Kemandirian Dakwah
TABLOIDMATAHATI.COM, MALANG– Hadirnya dua nara sumber ahli ekonomi menarik perhatian ratusan peserta Pembibitan Bisnis Retail Seluruh Cabang Muhammadiyah Kabupaten Malang dengan mengusung tema Ekonomi Berdaya Dakwah Berjayapada Ahad (23/7) kemarin.
Dua nara sumber tersebut adalah Staf Khusus Menteri keuangan RI, Prof. Dr. Candra Fajri Ananda, SE, M.Sc, dan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang, Dr. Idah Zuhroh, MM.
Menurut Prof Chandra-begitu Candra Fajri Ananda disapa-, apa yang dilakukan MEBP Kabupaten Malang ini merupakan upaya jihad ekonomi untuk mewujudkan dakwah yang bersifat mandiri. Salah satu caranya dengan berniaga.
Nah, tandas Prof Chandra, pilihan perniagaan yang diusung MEBP adalah bisnis ritel sudah tepat. Sebab selaras dengan transaction costyang nol. Pemikiran tersebut bisa terealisasikan jika ada loyalitas yang kuat yang harsu dilaksanakan atau ditemukan di Muhammadiyah.
Apa yang sedang di-programkan MEBP Kabupaten Malang ini mirip pengalaman pengalaman empiris Prof Chandra ketika berada di luar negeri. Ada suatu komunitas dakwah yang sukses jihad ekonomi sedangkan hasil dari berniaga digunakan untuk mengadakan pengajian atau berdakwah. Agar dalam berniaga dapat terus berlangsung harus MEBP harus menjaga trust kepercayaan dari mitar bisnisnya. Inilah yang disebut sebagai transaction cost.
“Bisnis dengan cara-cara yang tidak benar tidak akan sustain, pendorongnya adalah iman kita dan hasilnya untuk dakwah seperti zakat, infaq,” ujar Komisaris Bank Jatim ini.
Di tempat sama, Dekan FEB UMM, Dr. Idah Zuhroh, MM, apa yang digagas MEBP Kabupaten Malang ini menjadi cita-cita dakwah yang mandiri. Sebab hasil dari berniaga yang berkelanjutan bisa menghidupi dakwah. Sebagai contohnya beberapa hal yang sudah dilakukan seperti ketika UMM mengakuisisi BPRS Rinjani hingga menjadi Bank Syariah Artha Sinar Sejahtera Syariah yang meraih predikat terbaik nasional tahun 2022.
Kata Idah, bisnis ritel bersaing dari harga karena mendapatkan barang dengan harga yang murah tidaklah mudah. Itu sebabnya dirinya mengingatkan pengurus MEBP agar tetap berhati-hati, meskipun ada potensi belum tentu bisa terealisir, karena potensi-potensi tersebut harus dikelola sedemikian rupa untuk bisa terwujud. Termasuk pemasaran yang kuat.
“Bagaimanapun juga kita membutuhkan SDM yang besar, entrepeneurship harus kuat, kalau tidak, banyak pengalaman ada yang gagal dan berhasil. Jika dibangun dengan loyalitas yaitu di dalamnya ada warga Muhammadiyah yang tentu perlu komitmen yang kuat,” tegas Idah.
Sebelum melangkah jauh, tambah Idah perlu adanya keterpaduan manajemen yang mungkin dinilai belum sinkron. Perlu adanya satu sistem informasi yang bisa mendata terpusat sebagai fungsi pendistribusian di masing-masing cabang.
“Perlu ada perencanaan yang matang, barangkali ada pendampingan juga dalam mengisi keuangan. Tidak kalah penting, ada jiwa entrepreneur kuat mulai dari perencana-an yang kuat dan pengorganisasian kerja. Sebab diantara yang penting dipersiapkan yaitu finansial,” imbau Idah.
Idah juga mengingatkan beberapa hal tentang bisnis retail di negara ini kenapa mudah runtuh, karena tidak ada modal yang kuat untuk bisa langsung berhubungan dengan distribusi center (DC) karena ada biaya untuk masuk DC. Itu sebabnya tentang siapa yang menjadi penjamin harsu ada. Bahkan ada kendala apakah apakah atas nama pribadi atau pimpinan Muhammadiyah. (reporter: hamara/editor: doni osmon)