Problematika Tenaga Kerja Perkebunan Kelapa Sawit Sulawesi Barat
oleh: Rahmat Akbar Dwifebrian, Mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Muhammadiyah Malang
TABLOIDMATAHATI.COM, MALANG-Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting di Indonesia. Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia dengan luas lahan perkebunan kelapa sawit mencapai sekitar 16 juta hektar pada tahun 2021. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia banyak terdapat di wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Kelapa sawit menjadi salah satu andalan ekonomi Indonesia karena memberikan kontribusi yang signifikan terhadap ekonomi nasional dan menciptakan lapangan kerja bagi jutaan orang.
Hingga saat ini, di daerah pedesaan, usaha perkebunan tetap menjadi opsi utama bagi masyarakat untuk meningkatkan perekonomian keluarga mereka. Oleh karena itu, minat masyarakat terhadap pembangunan perkebunan masih sangat tinggi. Pembangunan subsektor kelapa sawit berfungsi sebagai penyedia lapangan kerja yang signifikan dan sumber penghasilan bagi para petani. Komoditas kelapa sawit memainkan peran penting dalam menciptakan pendapatan asli daerah, produk domestik bruto, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas penting dan strategis di Kabupaten Mamuju Tengah karena peranannya yang cukup besar dalam mendorong perekonomian rakyat, terutama bagi petani perkebunan. Kelapa sawit merupakan tanaman primadona masyarakat pedesaan di Mamuju Tengah. Hal ini cukup beralasan karena kabupaten Mamuju Tengah memang cocok dan potensial untuk pembangunan pertanian perkebunan
Kegiatan perkebunan kelapa sawit memberikan dampak positif bagi wilayah sekitarnya. Saat ini, program pembangunan petani di pedesaan telah berdampak besar pada kehidupan masyarakat di pedesaan akibat dari pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, masyarakat desa dan khususnya petani harus menanggapi dan menerima tekanan bergelombang yang berasal dari luar desa untuk tetap bertahan.
Semua tingkatan pemerintahan, termasuk di Sulawesi Barat, menghadapi tantangan dalam menyediakan lapangan kerja. Oleh karena itu, penciptaan lapangan kerja adalah satu-satunya pilihan alternatif yang dapat diambil. Mengelola perkebunan kelapa sawit membutuhkan tenaga kerja yang cukup besar karena tenaga kerja merupakan faktor penting dalam menghasilkan panen berkualitas. Kualitas panen kelapa sawit sangat tergantung pada keahlian dan profesionalisme para pekerja yang bertugas. Dalam tahap pembangunan kebun kelapa sawit, penggunaan tenaga kerja adalah sarana produksi utama. Terutama dalam kegiatan panen seperti mengambil buah dari pohon dan mengangkutnya, dibutuhkan sekitar 1-2 orang tenaga kerja untuk setiap 1-2 hektar lahan.
Dalam hal Tenaga kerja, pengaruhnya terhadap tingkat Pendapatan sangat signifikan karena nilai signifikansi hanya sebesar 0,204 yang kurang dari 0,05. Temuan ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa Tenaga kerja berpengaruh positif terhadap peningkatan Pendapatan petani kelapa sawit. Namun, keberadaan Tenaga kerja yang terampil dapat meningkatkan produktivitas, sehingga meningkatkan peluang menghasilkan pendapatan yang memuaskan dan berdampak pada tingkat Pendapatan petani secara positif.
Namun, dibalik sisi positif tersebut, terdapat beberapa problematika dalam tenaga kerja pada perkebunan kelapa sawit di Sulawesi Barat, diantaranya yaitu :
- Upah yang rendah: Upah yang diberikan kepada pekerja perkebunan kelapa sawit di Sulawesi Barat tergolong rendah, bahkan di bawah upah minimum regional yang ditetapkan. Hal ini menyebabkan banyak pekerja yang mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan memperbaiki kondisi ekonomi mereka.
- Jam kerja yang panjang: Sebagian besar pekerja perkebunan kelapa sawit di Sulawesi Barat bekerja dalam sistem shift, dengan jam kerja yang cukup panjang dan melelahkan. Hal ini dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental pekerja, serta mengurangi produktivitas kerja mereka.
- Kondisi kerja yang berbahaya: Pekerja perkebunan kelapa sawit di Sulawesi Barat sering kali terpapar dengan bahan kimia dan pestisida yang dapat berdampak buruk pada kesehatan mereka. Selain itu, kondisi kerja yang panas dan lembap juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti dehidrasi dan heat stroke.
- Kurangnya pelatihan dan pendidikan: Sebagian besar pekerja perkebunan kelapa sawit di Sulawesi Barat memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan kurang mendapatkan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka. Hal ini dapat menghambat kemampuan mereka dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja.
- Kurangnya jaminan sosial: Banyak pekerja perkebunan kelapa sawit di Sulawesi Barat tidak memiliki jaminan sosial yang memadai seperti asuransi kesehatan dan jaminan pensiun. Hal ini membuat mereka rentan terhadap risiko kecelakaan kerja dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan jangka panjang seperti biaya pendidikan anak dan persiapan masa pensiun.
Dalam mengatasi problematika ini, diperlukan kerja sama antara pemerintah, pengusaha, dan pekerja untuk menciptakan kondisi kerja yang aman, sehat, dan produktif bagi pekerja perkebunan kelapa sawit di Sulawesi Barat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan upah dan memberikan jaminan sosial yang memadai untuk pekerja, serta memberikan pelatihan dan pendidikan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka. Selain itu, juga perlu dilakukan pengawasan terhadap penggunaan bahan kimia dan pestisida yang lebih aman dan ramah lingkungan untuk mengurangi dampak buruk pada kesehatan pekerja.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dra. Arfida Boedirochminarni, M.S. yang telah memberikan tugas dalam mata kuliah ESDM & Ketenagakerjaan, karena dengan adanya tugas ini saya dapat mengetahui seperti apa problematika tenaga kerja pada perkebunan kelapa sawit di daerah Sulawesi barat dan dapat menambah pengetahuan penulis.