Gelombang Ekonomi China: Dampak Ekonomi Raksasa Asia Terhadap Perekonomian Indonesia
Penulis: Salsabila Zakia Jinan, mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan, FEB, Universitas Muhammadiyah Malang
Keadaan perekonomian China
Perekonomian China selama beberapa dekade terakhir telah menjadi salah satu penggerak utama dalam ekonomi global, namun, karena berbagai alasan, pada masa sekarang ini, pertumbuhannya melambat. Penyebab peristiwa ini dapat bersifat internal dan eksternal: di antaranya kebijakan yang ketat dari pemerintah, perang dagang dengan negara-negara lain, serta konsekuensi dari pandemi COVID-19 yang bertahan lama. Seperti yang akan ditunjukkan dalam makalah ini, penurunan ini mempengaruhi tidak hanya ekonomi domestik negara tersebut, tetapi juga memiliki konsekuensi global luas, karena peran Tiongkok dalam perdagangan internasional dan rantai pasokan global. Ketidakpastian kebijakan adalah faktor lain yang signifikan berkontribusi pada penurunan ekonomi China. Pemerintah China telah menerapkan serangkaian kebijakan yang bertujuan untuk mencegah pertumbuhan ekonomi yang tidak terkendali, termasuk pengetatan kredit, upaya untuk membatasi spekulasi di pasar properti, dan pengaturan ketat pada sektor teknologi country file link. Sementara kebijakan ini membantu menjaga stabilitas ekonomi jangka panjang, mereka terbukti merugikan pada jangka pendek, karena mereka memperlambat pertumbuhan, menurunkan kepercayaan investor, dan memicu resesi.
Selain itu, perang dagang AS-Tiongkok juga berdampak besar pada perekonomian Tiongkok. Amerika Serikat menerapkan tarif yang lebih tinggi dan mengimpor jumlah yang lebih sedikit dari Tiongkok, yang menjadikan ekspor ke pasar satu-satunya semakin menurun. Ini berdampak buruk pada manufaktur dan aspirasi bisnis ketenagakerjaan. Kedua, pembekuan ekonomi global dan distribusi rantai pasokan karena COVID-19 memperparah situasi, menaikkan ketidakpastian ekonomi. Namun, fenomena ini merambah ke sektor lain, seperti properti dan teknologi. Sektor properti, yang menyumbang pangsa ekonomi China selama bertahun-tahun, mengalami tekanan akibat banyaknya regulasi, pasokan yang terlalu besar, dan permintaan yang terlalu kecil. Sementara itu, keriputan mengancam sektor teknologi, yang pemerintah China mulai mengawasi dengan keras. Jadi, mengingat fenomena ekonomi ini, tidak bisa berbahaya menguraikan akibat jangka panjang dari penurunan ekonomi China, baik bagi ekonomi sendiri maupun bagi dunia. Penurunan ekonomi China, yang cermin dari ekonomi dunia, dapat mengubah ragam perdagangan global, investasi, dan arus modal pada umumnya.

China resmi menyampaikan data Purchasing Manager’s Indeks yang menggambarkan kondisi aktivitas manufaktur versi resmi NBS periode maret 2024. Terlihat dari gambar grafik diatas, pertumbuhan PMI manufaktur China dari bulan Oktober 2023 – April 2024 berada dibawah 50 yang diartikan dapat diartikan jika ukuran PMI dibawah 50, maka indeks dalam sektor manufaktur China berada sedang dalam fase kontraksi. Tetapi pada bulam Maret 2024 pertumbuhan PMI mulai menunjukkan titik terang dimana PMI pada bulan Maret 2024 tersebut

naik menjadi 50,8. Walaupun PMI akhir-akhir ini menunjukan indicator positif namun kemrosotan yang dalam di sektor property ini akan tetap menjadi hambatan besar terhadap pertumbuhan ekonomi China.
Dapat dilihat pada data grafik PDB China diatas padatahun 2023 triwulan ke-3 mengalami kemrosotan hingga mencapai 4.9%. oleh sebab itu pada tahun 2023, pemerintah China telah membuat target dan strategi agar PDB pada tahun 2024 mencapai 5%. Tetapi pada dasarnya target 5% ini mqsih dibawah rata-rata PDB tahunan pada kurun waktu sebelum COVID-19 yakni sebesar 6%. Sektor real estate merupakan salah-satu sektor yang berpengaruh dalam perekonomian China, sebesar seperempat pendapatan China itu di kontribusi oleh sektor real estate. Oleh karena itu ketika sektor tersebut mengalami kontraksi maka perekonomian China pun akan semakin merosot.
Apa Dampak Bagi Indonesia?
Kondisi perekonomian China pada saat ini akan memberikan dampak bagi Indonesia, hal itu terjadi karena China berperan besar dalam perdagangan internasional terutama di ASIA dan merupakan mitra dagang terbesar di negara Indonesia. Saat perekonomian China

mengalami kontruksi maka kemampuan China dalam Impor barang pun akan menurun. 1% penurunan ekonomi China maka akan memberikan dampak penurunan ekspor Indonesia sebesar 0.3%.
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa pada tahun 2023 ekspor Indonesia mengalami kemrosotan yang sebelumnya berjumlah 65.839 menurun menjadi sebesar 64.939. Seperti yang diketahui pada grafik data sebelumnya, penurunan ekspor ini dipengaruhi oleh adanya pelemahan dan penurunan PMI di China yang selanjutnya akan melemahkan kemampuan China dalam mengimpor brang dari luar, termasuk Indonesia dan akan membuat ekspor Indonesia menjadi merosot. Semakin menyusutnya ekspor Indonesia ke China maka total neraca perdangan akan semakin menipis. Begitu juga sebaliknya saat perekonomian China mulai membaik, maka peluang melebarnya surplus neraca perdagangan akan semakin besar dan ekspor Indonesia ke China pun akan mengalami peningkatan.
Kinerja perdagangan antar negara menjadi rentan terhadap kontruksi ekternal dikarenakan adanya ketergantungan ekspor yang berlebihan. China yang merupakan negara sebagai tujuan ekspor terbesar di Indonesia dan merupakan negara yang Tingkat PDB terbesar ke 2 setalah AS, maka akan sangat mempengaruhi perekonomian Indonesia dimana Indonesia sangat menggatungkan mayoritas ekspor perdagangannya ke China.
Selain berdampak pada neraca perdagangan Indonesia, melemahnya perekonomian China juga bisa berdampak pada Tingkat Investasi asing di Indonesia. Saat surplus neraca perdagangan yang semakin menyempit, maka hal ini akan menimbulkan dampak pada transaksi berjalan Indonesia yang defisit, sehingga akan memperburuk pandangan Investor yang kurang baik terhadap Indonesia. Terlihat pada grafik data diatas, bahwa pada tahun 2023 pertumbuhan investasi di Indonesia merosot yang sebelumnya pada tahun 2022 sebesar 34,0% menjadi sebesar 17,5% pada tahun 2023. Hal ini berrati bahwa Indonesia mempunyai tantangan baru dimana perlambatan ekonomi China akan memberikan pengaruh pada kinerja investasi serta ekpor Indonesia saat ini.
Solusi Indonesia Dalam Mengatasi Permasalahan Ini
Untuk mengatasi permasalahan dan tantangan yang baru tersebut pemerintah harus membuat kebijakan dan strategi baru. Pertama, meningkatkan fokus pada investasi dalam negeri. Tidak dapat disangkal bahwa pertumbuhan penanaman modal dalam negeri terukur stabil. Terlihat pada tahun 2022 dan 2023 investasi dalam negeri mengalami peningkatan, yaitu sebesar 21,8% pada tahun 2022 dan meningkat menjadi 22,1% pada tahun 2023. Kondisi ini akan mmepengaruhi pelaku ekonom domestic untuk berinvestasi di Indonesia, yang tentu saja kan didukung oleh rancangan insentif dan keluasan investasi sebagai daya minat.

Kedua, menopang pertumbuhan ekonomi dengan focus pada kenaikan konsumsi rumah tangga. Sektor konsumsi rumah tangga merupakan salah satu pendorong pergerakan ekonomi nasional selain penanaman modal, sehingga daya beli Masyarakat yang ada dalam negeri akan terjaga. Diharapkan konsumsi rumah tangga ini akan tumber hingga menyentuh angka 5,02% pada triwulan 1 2024 lebih tinggi dari triwulan 4 2023 yaitu sebesar 4,47%. Hal ini dimungkinkan terjadi karena adanya dorongan dari Tingkat daya beli Masyarakat, akibat meningkatnya bansos serta UMK.
Ketiga, menganalisis potensi melandainya tingkat ekspor akibat kontraksi ekonomi global, terkhusus dengan mitra dagang utama, yaitu adanya kondisi deflasi China. Analisis pengukuran ini sangat penting, disini pemerintah harus memulai menjelajah dan menganalisis mitra ekspor baru, guna menghentikan adanya ketergantungan ekspor dari satu negara saja dan mengurangi resiko eksternal dari perdagangan luar negeri.
Daftar Pustaka
Bagaimana kondisi ekonomi China pada 2024_ – ANTARA News. (n.d.).
Ekonomi China Mulai Menggeliat, RI Bisa Untung Apa dari Sang Naga_. (n.d.).
Ekonomi China Siap Tancap Gas, Indonesia Bakal Ketiban Cuan_. (n.d.).
Info Singkat-XVI-4-II-P3DI-Februari-2024-230. (n.d.).Kontraksi China Makin Gak Karuan, Indonesia Patut Waspada! (n.d.).