Dosen Peternakan UMM Latih Siswa SMKM 1 Batu-SNAKMA Sengkaling Malang, Inovasi Cegah Penyakit dan Pemeriksaan Kesehatan Ayam
TABLOIDMATAHATI.COM, MALANG – Dalam upaya meningkatkan pemahaman dan kompetensi siswa di bidang peternakan, khususnya terkait pencegahan penyakit dan pemeriksaan kesehatan ayam, tim dosen dari Program Studi Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengadakan pelatihan intensif. Kegiatan yang dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Peternakan UMM ini dihadiri oleh 20 peserta, terdiri dari siswa SMK Muhammadiyah (SMKM) 1 Batu dan SMK SNAKMA Sengkaling Malang.
Hal ini dijelaskan tim Prodi Peternakan UMM Dr. Akhis Soleh Ismail, bahwa pelaksanaan kegiatan terkait Tri Dharma Perguruan Tinggi tersebut pada tanggal 26 Agustus 2023 lalu. Selain dirinya saat pelatihan tim Prodi Peternakan UMM dipandu oleh tim dosen UMM yang berkompeten di bidang kesehatan unggas, yakni Prof. Aris Winaya, Prof. Lili Zalizar, dan Ir. Suyatno, M.Si.
Menurut Akhis Soleh Ismail, kegiatan ini diharapkan dapat menambah wawasan siswa tentang berbagai aspek penting dalam menjaga kesehatan unggas serta pencegahan penyakit yang sering kali menyerang ternak ayam.
Akhis Soleh Ismail saat melakukan kegiatan salah satu pendekatannya adalah pendekatan holistic. Yakni memadukan teori, diskusi, dan praktik langsung, pelatihan ini memberi siswa gambaran komprehensif tentang bagaimana menangani kesehatan unggas. Mereka bisa melihat langsung bagaimana cara mengenali tanda-tanda penyakit dan langkah-langkah pencegahan yang bisa diambil.
Pelatihan Dimulai dengan Evaluasi Pengetahuan Awal
Sebagai bagian dari metode pelatihan, setiap peserta mengikuti pretest dan posttest untuk mengukur pengetahuan dan pemahaman mereka sebelum dan setelah pelatihan. Metode evaluasi ini bertujuan untuk memantau efektivitas pelatihan, serta mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan dalam pengajaran.
Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan yang signifikan pada pengetahuan peserta. Sebelum pelatihan, rata-rata nilai pretest mencapai 50,5, mencerminkan pengetahuan dasar yang relatif rendah mengenai kesehatan ayam dan pencegahan penyakit. Namun, setelah pelatihan, nilai rata-rata meningkat hingga 69, menunjukkan adanya peningkatan pemahaman. Bahkan, dua peserta berhasil mencapai nilai sempurna, yakni 100, sebuah pencapaian yang menunjukkan keberhasilan metode pelatihan yang digunakan.
Metode Penyampaian Efektif dengan Diskusi Mendalam
Keberhasilan pelatihan ini tidak lepas dari metode penyampaian yang efektif dan partisipatif. Dalam pelatihan ini, para dosen menggunakan pendekatan berbasis diskusi, yang memungkinkan siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar. Dengan adanya diskusi kelompok, peserta dapat saling bertukar pengalaman dan pengetahuan mengenai tantangan dan kasus-kasus kesehatan unggas yang mereka hadapi.
Sementara itu, Prof. Lili Zalizar mengatakan melalui diskusi, para siswa tidak hanya memahami teori tetapi juga mendapatkan kesempatan untuk mempelajari pengalaman rekan-rekan mereka. Diskusi ini menciptakan lingkungan belajar yang dinamis, sehingga setiap peserta dapat memperkaya pemahamannya melalui perspektif yang berbeda-beda.
Selain diskusi, para dosen juga menerapkan studi kasus sebagai bagian dari pelatihan. Melalui pendekatan ini, peserta diajak untuk mengkaji kasus-kasus nyata yang dihadapi oleh para peternak, sehingga mereka dapat memahami konteks praktis dari teori yang dipelajari.
Studi kasus ini memberikan gambaran konkret tentang bagaimana penyakit unggas dapat muncul dan apa saja langkah-langkah yang bisa diambil untuk mengatasinya.
Praktikum Nekropsi: Pengalaman Langsung Memeriksa Kesehatan Unggas
Salah satu elemen penting dalam pelatihan ini adalah kegiatan praktikum nekropsi, di mana peserta berkesempatan untuk secara langsung memeriksa organ dalam unggas yang sehat dan yang sakit. Proses nekropsi ini memberikan pemahaman mendalam kepada peserta mengenai perbedaan antara organ-organ ayam yang sehat dengan organ yang mengalami infeksi atau penyakit.
Dalam kegiatan praktikum ini, peserta mempelajari bagaimana cara melakukan nekropsi secara benar, mulai dari membuka organ dalam ayam hingga mengenali perbedaan tanda-tanda penyakit yang muncul di organ tertentu. Peserta diberikan kesempatan untuk membandingkan kondisi organ dalam ayam yang sehat dengan ayam yang mengalami sakit, sehingga mereka dapat melihat langsung dampak penyakit pada sistem tubuh unggas.
Di tempat sama, Prof. Aris Winaya menjelaskan, pengalaman praktikum ini sangat penting karena melalui pengalaman langsung, siswa dapat melihat secara fisik apa yang terjadi pada ayam yang terinfeksi. Ini merupakan bagian dari pembelajaran yang tidak bisa didapatkan hanya melalui teori saja.
Meningkatkan Pemahaman melalui Pendekatan Holistik
Pelatihan ini mengintegrasikan berbagai metode pembelajaran, mulai dari teori, diskusi, studi kasus, hingga praktikum langsung. Pendekatan holistik ini terbukti memberikan dampak positif bagi pemahaman siswa. Mereka tidak hanya belajar teori mengenai kesehatan unggas, tetapi juga memiliki kesempatan untuk menerapkan pengetahuan tersebut dalam praktik. Ini menciptakan pengalaman pembelajaran yang utuh dan memperkuat pemahaman siswa mengenai berbagai aspek pencegahan penyakit pada unggas.
Meningkatkan Motivasi dan Antusiasme Peserta
Kegiatan pelatihan ini juga berperan dalam meningkatkan motivasi dan antusiasme para siswa untuk mendalami dunia peternakan, khususnya dalam bidang kesehatan unggas. Dengan mengkaji kasus-kasus nyata dan mengaplikasikan pengetahuan dalam praktikum, para siswa merasa tertantang dan semakin termotivasi untuk mempelajari lebih dalam lagi.
Salah satu peserta pelatihan, Rian, siswa kelas XI SMKM 1 Batu, mengatakan sangat terbantu dengan pelatihan ini. Selain teori siswa bisa langsung praktik, sehingga lebih mudah memahami apa yang dipelajari. Sehingga siswa optimis menghadapi tantangan di lapangan nanti.
Dampak Jangka Panjang dan Peningkatan Kualitas Pendidikan Peternakan
Pelatihan ini tidak hanya memberikan peningkatan kompetensi pada siswa dalam jangka pendek, tetapi juga diharapkan memberikan dampak jangka panjang bagi pendidikan peternakan di Indonesia. Dengan bekal pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan dari pelatihan ini, para siswa diharapkan dapat menjadi peternak atau profesional kesehatan unggas yang kompeten di masa depan.
Ir. Suyatno, M.Si, salah satu dosen pengampu pelatihan, menambahkan kegiatan ini sejalan dengan misi UMM dalam mendukung pendidikan praktis yang relevan dengan kebutuhan industri peternakan. “Kami berharap para siswa ini bisa mengaplikasikan ilmu yang didapat di lapangan dan menjadi peternak atau praktisi yang andal di bidangnya,” ujar Suyatno.
Kesimpulan dan Capaian Pelatihan
Secara keseluruhan, pelatihan ini berhasil mencapai tujuan utamanya untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam penanganan kesehatan unggas. Hal ini ditunjukkan oleh peningkatan signifikan pada hasil posttest peserta, yang mencerminkan pemahaman yang lebih baik setelah pelatihan. Selain itu, kegiatan ini juga berhasil menciptakan lingkungan pembelajaran yang interaktif dan menarik bagi para siswa, sehingga mereka dapat memperoleh pengetahuan secara efektif.
Dengan keberhasilan ini, diharapkan pelatihan-pelatihan serupa dapat terus dilakukan untuk mendukung pengembangan pendidikan peternakan di tingkat sekolah menengah. Program pelatihan yang menggabungkan teori, diskusi, dan praktik seperti ini diyakini mampu memberikan dampak positif dalam mencetak generasi muda yang berkompeten di bidang kesehatan unggas, yang pada akhirnya akan berkontribusi pada sektor peternakan Indonesia. (tim pkm prodi peternakan umm/don)