Pengajian-Parenting AUM Sumberrejo Tempel Bedah Makna 11 Tembang Jawa
TABLOIDMATAHATI.COM, TEMPEL– Bertempat di SMP Muhammadiyah 1 Tempel, (22/10) sukses digelar Pengajian Ahad Legi dan Parenting bagi orang tua siswa atau wali yang dilaksanakan secara bersama oleh TK ABA Gendol, SD Muhammadiyah Gendol 1, SMP Muhammadiyah 1 Tempel dan SMK Muhammadiyah 2 Tempel.
Acara diawali dengan bacaan Al Qur’an oleh 2 siswa SMP Muhammadiyah 1 Tempel mengambil Surat Ar Rahman ayat 1-25.
Dalam sambutannya dihadapan 300-an orang tua siswa didampingi guru dan karyawan ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Tempel, H. Samsul Alam, M.Si menyampaikan “ apresiasi kepada AUM (Amal Usaha Muhammadiyah) di wilayah Sumberrejo Tempel Sleman yang telah berkolaborasi dengan bagus bagi kemajuan pendidikan terutama kerjasama dengan orang tua siswa untuk mencapai tujuan pendidikan yakni mewujudkan anak-anak yang sholih dan sholihah atau berkarakter Islami”.
Untuk itu ketua PCM Tempel berharap program ini kedepan untuk terus berlanjut dan ditingkatkan dengan baik dan bermanfaat bagi masyarakat terutama warga sekolah dan lingkungan sekitar. Selanjutnya dalam pengajian parenting menghadirkan pembicara Inti yakni Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sleman H. Harjaka, S.Pd, S.Ag, M.A, disampaikan bahwa “Pendidikan itu sangat penting dalam kehidupan sehari-hari baik bagi anak-anak dan terlebih juga bagi orang tua”.
Tembang-tembang jawa macapat masih relevan yang terdiri 11 (sebelas) dan pas atau sesuai dengan tingkat perkembangan danperjalanan manusia dari lahir sampai mati yakni tembang macapat terdiri dari 11 jenis tembang
Ada sebelas macam Tembang Macapat. Maskumambang menceritakan tentang fase pertama kehidupan manusia yaitu pada saat masih berada di dalam kandungan. Karakter tembang ini menggambarkan kesedihan, ketidakberdayaan, serta sikap cemas menghadapi kehidupan.
Mijil melambangkan tentang suatu bentuk sebuah biji atau benih yang lahir ke dunia. Atau secara filosofis tembang ini menggambarkan tentang kelahiran manusia di dunia. Tembang Mijil memiliki watak pengharapan, belas kasih, dan ketabahan menjalani hidup.
Kinanthi berasal dari kata kanthi yang berarti tuntunan. Tembang ini memiliki makna tentang pembentukan jati diri, cita-cita serta makna diri. Tembang Kinanthi memiliki watak penuh cinta kasih dan senang.
Sinom secara bahasa Sinom berarti daun muda. Atau memiliki makna yaitu penggambaran masa muda manusia yang sedang tumbuh dan berkembang. Tembang Sinom memiliki watak gembira dan senang.
Berikutnya Asmarandana jenis tembang yang menceritakan kehidupan manusia ketika sedang kasmaran dengan lawan jenisnya. Makna dari tembang ini adalah tentang kisah cinta yang dialami anak muda yang sedang membara. Watak dari tembang Asmarandana adalah kasmaran, cinta kasih, sedih dan prihatin.
Gambuh menceritakan tentang bagaimana menjalin hubungan antar manusia. Selain itu tembang ini juga mengajarkan kita untuk membangun hubungan dengan Tuhan. Tembang Gambuh juga banyak menceritakan tentang kebersamaan, toleransi, dan juga rasa persaudaraan. Watak dari tembang Gambuh adalah ramah kepada siapa pun serta menjalin persaudaraan yang erat.
Dhandhanggula memiliki makna pengungkapan cita-cita dan harapan kepada manusia. Tembang ini mengajarkan kita untuk selalu bersyukur terhadap nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan. Watak dari tembang Dhandhanggula yaitu kerja keras, kegigihan dan perjuangan.
Durma menggambarkan sifat dan karakter manusia yang sedang lalai dan ingin menang sendiri. Masa tersebut biasanya dialami oleh manusia dewasa yang telah mampu mendapatkan kesuksesan dan kejayaan hidupnya. Tembang ini memiliki watak keras, sombong dan angkuh.
Pangkur memiliki makna yaitu sebagai pengingat manusia untuk mengenang masa lalunya yang buruk dan mengajaknya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Pangkur berasal dari kata ‘mungkur’ yang berarti mundur, menjauhkan diri dan pergi. Tembang Pangkur memiliki watak gagah, bersemangat serta ketulusan hati yang besar.
Megatruh dari kata Bahasa Jawa yaitu ‘megat’ yang artinya berpisah dan ‘ruh’ yang artinya jiwa. Tembang Megatruh memiliki makna berpisah dengan jiwa lalu menuju alam keabadian. Watak tembang Megatruh adalah kesedihan yang mendalam dan berduka.
Pocung di urutan terakhir dalam 11 fase tembang macapat. Tembang Pocung menceritakan tentang perjalanan hidup manusia yang paling akhir. Makna dari tembang ini adalah agar kita dapat selalu mengingat kematian. Watak dari tembang Pocung yaitu berisi nasehat dan bahagia.
Disampaikan Ketua PDM Sleman bahwa orang tua harus memiliki sikap diantaranya gandes, luwes, pantes, mentes dan kewes. “Semoga kita dimudahkan dalam melaksanakan ajaran Islam, dimudahkan dalam membimbing anak-anak, dijadikan anak-anak yang sholih dan sholihah,” tuturnya. (arief hartanto)