Dari Tidak Produktif Menjadi Inovatif: Transformasi Karang Taruna Desa Tegalweru Berkat Briket Kulit Jeruk Tim PKM-PM UMM
TABLOIDMATAHATI.COM, MALANG – Terobosan inovatif datang dari Tim PKM-PM (Program Kreatifitas Mahasiswa-Pengabdian Masyarakat) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang berhasil menciptakan briket dari limbah kulit jeruk. Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang digelar oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2024. PKM-PM merupakan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) pada bidang Pengabdian Masyarakat yang menjadi ajang bagi para mahasiswa untuk mengaplikasikan pengetahuan mereka dalam menciptakan solusi bagi permasalahan lingkungan dan ekonomi pda masyarakat.
Berawal dari observasi sederhana terhadap potensi limbah kulit jeruk yang melimpah di perkebunan Desa Tegalweru, Tim PKM-PM Universitas Muhammadiyah Malang yang terdiri dari empat mahasiswa antara lain, Berlinda Amalia Diami, Aisyah Leilani Salsabilah, Nadhea Aurelie Salsabila, dan Hanum Salsabila Djirimu dengan Bapak Dr. Dana Marsetiya Utama ST, MT, sebagai Dosen Pembimbing yang melihat peluang besar untuk mengubah limbah tersebut menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis. Kulit jeruk yang selama ini hanya dibiarkan menumpuk hingga mengganggu warga sekitar ternyata memiliki kandungan bahan organik yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif.
Sebelum program ini dimulai, Karang Taruna Desa Tegalweru dikenal dengan kegiatan yang minim dan kurang produktif. “Kami merasa kurang memiliki arah yang jelas dalam kegiatan kami, sehingga banyak anggota yang kurang antusias,” kata Yudha, salah satu anggota Karang Taruna. Namun, segalanya berubah ketika Tim PKM-PM UMM datang untuk menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi.
Tim PKM-PM UMM yang terdiri dari empat mahasiswa melihat potensi besar dalam limbah kulit jeruk yang melimpah di desa tersebut. Mereka kemudian mengembangkan teknologi sederhana untuk mengubah kulit jeruk ini menjadi briket bahan bakar yang ekonomis dan ramah lingkungan. “Kami ingin memberikan solusi yang tidak hanya mengatasi masalah limbah tetapi juga memberdayakan masyarakat desa, khususnya Karang Taruna,” ujar ketua tim, Berlinda.
Proses produksi briket melibatkan pengeringan kulit jeruk, pembakaran, pencampuran dengan bahan pengikat alami, pencetakan, dan pengeringan akhir. Tim PKM-PM UMM memberikan pelatihan kepada anggota Karang Taruna mengenai seluruh proses ini. “Kami memastikan bahwa semua anggota Karang Taruna memahami dan bisa melakukan semua tahapan produksi briket,” jelas Berlinda.
Setelah mendapatkan pelatihan, Karang Taruna Desa Tegalweru mulai memproduksi briket secara mandiri. Mereka tidak hanya memproduksi untuk kebutuhan lokal tetapi juga mulai memasarkan produk mereka ke desa-desa sekitar. “Sekarang, kami tidak hanya aktif tetapi juga produktif. Kami bisa menghasilkan uang dan membantu lingkungan sekaligus,” ungkap Yudha dengan bangga.
Ketua Karang Taruna, Faizun, sangat mengapresiasi inisiatif ini. “Kami sangat bersyukur atas inovasi dari Tim PKM-PM UMM ini. Mereka tidak hanya memberikan solusi untuk masalah limbah tetapi juga menghidupkan kembali semangat dan produktivitas Karang Taruna kami. Ini sangat berarti bagi kami,” katanya.
Program ini membuktikan bahwa dengan ide dan semangat yang tepat, kelompok masyarakat yang sebelumnya tidak produktif bisa berubah menjadi inovatif dan produktif. Briket kulit jeruk yang dihasilkan tidak hanya membantu mengurangi limbah tetapi juga memberikan sumber energi alternatif yang murah dan ramah lingkungan.
Universitas Muhammadiyah Malang melalui Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat terus berkomitmen untuk menciptakan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat. Transformasi Karang Taruna Desa Tegalweru ini adalah salah satu contoh nyata bagaimana kolaborasi antara mahasiswa dan masyarakat dapat menghasilkan perubahan positif yang signifikan. (tim pkm pm umm/don)