Avilla Arek EP UMM Bagi Story Unik Study Poznan Polandia
TABLOIDMATAHATI.COM, MALANG-Salah satu keuntungan berkuliah di luar negeri adalah mendapat kesempatan memaknai arti toleransi lebih dalam. Baik dari perbedaan budaya maupun agama. Hal tersebut dirasakan oleh Avilla Nadhif Firjatullah, mahasiswa Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang mendapatkan beasiswa dari Erasmus. Sekarang, ia tengah menjalani pertukaran mahasiswa di WSB University, Polandia hingga beberapa bulan ke depan
Villa, sapaan akrabnya menceritakan bagaimana ia belajar toleransi di sana dengan menjadi minoritas. Sejak kecil, ia memang dibesarkan di lingkungan masyarakat mayoritas muslim. Hal itu bertolak belakang dengan apa yang ia alami di Polandia yang memiliki banyak gereja. Beberapa terlihat klasik karena merupakan bangunan bekas peninggalan sejarah.
Ia bahkan mendapatkan pengalaman menarik. Pernah suatu ketika ia diajak untuk datang ke gereja, karena temannya tidak pernah melihat Villa pergi ke gereja. Padahal alasan ia tidak ke gereja karena ia adalah seorang muslim.
“Saya juga sempat mengobrol dan sesekali bercanda dengan mereka yang beribadah di sana. Menurut saya, kota Poznan adalah kota yang tidak begitu besar. Penduduknya hanya sekitar 500 ribuan. Meksi begitu, saya jatuh cinta dengan Poznan, dengan suasananya dan toleransinya,” kata mahasiswa asal Tuban itu.
Saat punya waktu luang, Villa menyempatkan diri untuk mengunjungi beberapa destinasi dan mencoba berbagai makanan lokal. Salah satu yang ia sukai adalah pierogi, makanan khas yang sering dihidangkan untuk menerima tamu atau ada acara adat.
“Pierogi di Indonesia itu mirip seperti pastel yang dijual di pasar. Biasanya diisi dengan kentang, daging ayam, dan sayur-sayuran. Kadang juga berisi selai buah-buahan seperti stroberi, prem, lainnya. Alhamdulillah rasanya bisa saya terima di lidah saya,” ujarnya.
Selama di Poznan, Villa lebih sering memasak sendiri. Hal itu tidak lepas dari mayoritas penduduk yang menganut agama non-Islam. Sehingga ia sangat berhati-hati dalam memilih makanan. Beruntung, ia cukup mudah mencari bahan yang halal dan sehat di sana. Bahkan beberapa makanan juga diimpor dari negara-negara muslim.
Menjalani hari jauh dari rumah juga tidak semenyeramkan yang ia bayangkan sebelumnya. Apalagi saat tahu biaya hidup di sana cukup terjangkau. Ditambah dengan akses, transportasi, dan fasiliyas yang membuatnya hobi menjelajahi kota. Bahkan hingga keluar kota Poznan. Ia juga berpesan ke anak-anak muda untuk berani mencoba hal baru dan tidak takut gagal. Siapa tahu hal yang awalnya dikira gagal, malah membawa ke keberhasilan. “Harus bisa melewati proses dan berani mencoba. Kalau tidak dicoba, kita mana bisa tahu hasilnya akan seperti apa. Bahkan kita mungkin bisa mencapai hal yang sebelumnya dianggap mustahil,” tegasnya mengakhiri. (humas umm/editor: doni osmon)