Outing Class Siswa Sitaya Membatik-Studi Sejarah Museum Panji
TABLOIDMATAHATI.COM, MALANG-Siswa SDIT Ahmad Yani Kota Malang atau populer disebut Sitaya Islamic Character School, kemarin menggelar outclass bersama kelas lima. Menurut Koordinator kegiatan ini Ibu Iftah, S.Pd, siswa Sitaya belajar secara kontekstual tentang budaya yang ada di Kota Malang.
Salah satunya, Ibu Iftah dengan belajar mengenal budaya Kota Malang yakni belajar seni rupa melukis, membatik atau semisalnya. Proses outclass diawali dengan membatik secara langsung dilakukan oleh seluruh peserta.
Menariknya, siswa ketika proses membatik ini dibimbing langsung dari sanggar terbesar di Kota Malang yakni Windyas club yang sudah dipercaya Kemendikbud sebagai sanggar budaya Kota Malang. Sanggar tersebut binaan Bunda Cici.
Saat mendampingi siswa Sitaya, kata Bu Iftah, tim dari sanggar Windays dengan didampingi tim yang berjumlah 10 orang untuk mengarahkan bagaimana cara membatik yang benar.
Sebagai pengenalan, kata Bu Iftah, siswa Sitaya dijelaskan untuk proses membatik memerlukan alat apa saja. Seperti canting, wajan, kompor, meja, dan lainnya
mala (lilin) api. Semua alat tersebut sudah tersedia lalu siswa Sitaya langsung menempati posisi masing-masing membatik. Hasilnya semua karya yang dibuat siswa Sitaya sangat luar biasa.
Karya luar biasa ini tidak lepas dari bimbingan para guru dan pendamping dari sanggar Windyas. Sehingga siswa Sitaya mampu menampilkan sisi budaya yang ditampilkan yakni dengan membatik bermacam-macam model.
Dijelaskan Bu Iftah, kegiatan membatik ini untuk mengingat kembali proses karya batik yang sudah lama tidak dilakukan siswa Sitaya. Pada kesempatan kali ini memang diarahkan untk pengaplikasian profil pelajar pancasila sila ke tiga yaitu mencintai produk dan karya dalam negeri.
Bu Iftah menambahkan, selain outing class membatik, agenda outclass berlanjut pada kunjungan ke museum Panji. Cukup dengan biaya Rp. 10 ribu per orang. Saat berada di musim ini, siswa Sitaya mendapatkan fasilitas lengkap dapat belajar langsung sejarah Kerajaan Singosari melalui diorama.
Karya seni jaman dahulu yang disajikan di galeri seperti keris. topeng malangan, hingga arca dan benda sejarah lainnya menjadi magnet siswa Sitaya untuk belajar sejarah daerahnya. Antusias siswa Sitaya bertambah ketika ada tampilan tari topeng malangan yang yang atraktif.
Hasilnya, Bu Iftah menyebutkan siswa Sitaya dapat bertambah ilmu dan wawasan tentang budaya dan karya nusantara. Bahkan siswa menjadi segar karena di museum Panji ada fasilitas kolam renang. Fasilitas ini dimanfaatkan siswa refreshing berenang bersama semakin kuat rasa cinta produk Indonesia.
Sementara itu, Pembina sanggar Windyas Kota Malang Bu Cici mengungkapkan karya batik seperti yang dibuat siswa Sitaya bila dipoles kembali maka dapat laku terjual dengan harga tinggi di Indonesia maupun di luar negeri. (rilis: humas/adv)