Teliti Bekantan Mahasiswa Prodi Kehutanan Raih Wisudawan Terbaik Ke Tiga UMM
LANDUNGSARI-Prodi Kehutanan Fakultas Pertanian Peternakan (FPP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), memang menjadi salah satu lumbung prestasi FPP. Salah satu prestasinya adalah mampu mengantarkan mahasiswa mendapatkan nilai terbaik urutan ke tiga dalam wisuda kali ini. Siapa mahasiswa tersebut? Agus Firmansyah, S.Hut.
“Alhamdulillah untuk saat ini saya diberi predikat oleh universitas lulusan terbaik ketiga dengan IPK 3,95 dan terbaik di fakultas pertanian dan peternakan,” aku mahasiswa angkatan 2015 ini.

Rencana ke depannya, Agus-nama panggilan Agus Firmansyah-setelah menimba ilmu di UMM mempunyai rencana untuk melanjutkan studi bidang ilmu kehutanan di luar negeri. Pilihannya di Wageningen University and Research, Belanda atau Angkara University, Turki. Dua universitas ini dianggap Agus mempunyai nilai plus dalam bidang manajemen hutan, mengelola dan merencanakan hutan yang baik dan benar.
Inilah yang melatarbelakangi Agus untuk mengambil skripsi dengan tema Pemodelan Spasial Kesesuaian Habitat Bekantan (Nasalis Larvatus Wurmb) di IUPHHTK-RE PT Ekosistem Kathulistiwa Lestari, Provinsi Kalimantan Barat.

Pengambilan tema atau judul skripsi ini, kata Agus merupakan sumbangsih dana dari PT Ekosistem Kathulistiwa Lestari (EKL) untuk mencari habitat yang sesuai Bekantan di Kalimantan Barat. Selama dua bulan, Agus mengamati perilaku Bekantan di habitatnya.
Sehingga dari penelitian ini, kata Agus bisa dikelompokkan Bekantan yang sesuai habitatnya berapa persen, yang kurang sesuai berapa persen, dan yang tidak sesuai habitatnya berapa persen. Harapannya dari penelitian ini, habitatnya yang statusnya kurang sesusai dan tidak sesuai bisa ditingkatkan menjadi sesuai. Sehingga Bekantan bisa hidup di suatu lokasi, sebab Bekantan merupakan salah satu primata yang sensitif terhadap kerusakan lingkungan.
Supaya Bekantan tersebut tetap ada, lanjut Agus, harus dianalisis terlebih dulu. Misalnya Bekantan yang habitatnya kurang sesuai faktor apa penyebabnya. Apakah illegal logging, atau aktivitas masyarakat setempat. Nah, Bekantan ini akan diarahkan ke habitat sesuai sehingga Bekantan itu bisa hidup tenang tanpa ada gangguan manusia.
Hasil dari penelitian skripsi ini, Agus menemukan beberapa hal. Yaitu Bekantan merupakan salah satu indikator hutan mangrove yang masih alami. Sebab Bekantan tidak bisa hidup di dalam hutan mangrove yang rusak atau yang di dalamnya ada aktivitas masyarakat. Apakah itu mencari kepiting atau penebangan liar, Bekantan tidak bisa hidup dalam kondisi seperti itu. “Itu sebabnya, jika ingin mengetahui hutan mangrove alami atau lestari, cukup melihat habitat Bekantan apakah ada di hutan tersebut atau tidak,” aku mahasiswa asal Sulawesi Barat.
Agus menjelaskan, Bekantan merupakan salah satu dari 25 spesies dilindungi baik nasional maupun internasional, sebab populasinya terancam punah. Hal itu terbukti ketika Agus meneliti di lokasi penelitiannya hanya menemukan sekitar 35 ekor Bekantan.

Menariknya Agus mengungkapkan hasil penelitiannya sebagai dasar PT EKL untuk menyusun rancangan pengolahan hutan ke depannya. Bukan itu saja PT EKL dan WWF (LSM luar negeri) juga menggunakan basis penelitian Agus untuk fokus menentukan daerah mana saja habitat Bekantan yang sesuai. Hasil penelitian Agus setebal 65 halaman ini pada tanggal 19-21 September 2019 akan diseminarkan di kongres primata di Jogyakarta.
Apa resepnya dapat IP tinggi? Agus mengaku tidak ada tips khusus untuk dapat nilai terbaik. Hanya saja dia lebih memaksimalkan di dalam kelas. Misalnya 2 SKS sekitar 2 jam, ketika dosen menerangkan dia benar-benar mendengarkan lalu menulis bagian-bagian yang kurang paham di sela luar jam kuliah biasanya mencari jawaban yang belum mengerti itu melalui internet. Ketika tidak menemukan jawabannya barulah Agus mencari jawaban itu kepada dosen pengajarnya. (don)
Prestasi Agus Firmansyah:Teliti habitat Bekantan, Membuat furniture dari limbah plastik.