Tegas Dakwahnya, Cerdas Pemikirannya, Pengarang Buku Tematik
Seorang santri di Ponpes Al Munawarah, Kedungkandang, tiba-tiba menghampiri salah satu bangunan di ponpes. Dia tertarik nama gedung tersebut Dja’far Sudjarwo. Lantas diapun bertanya pada pengajar ponpes, siapa Dja’far Soedjarwo? Pertanyaan itu langsung dijawab salah satu pengajar ponpes, Hamzah Utomo.
Hamzah-begitulah Hamzah Utomo dipanggil- menjelaskan siapa Dja’far Soejarwo, yang tidak lain adalah ayah kandungnya. Menurut Hamzah, Dja’far Sudjarwo yang dikenal dengan nama Kyai Jarwo merupakan putra ketiga dari tokoh Nahdatul Ulama (NU) Kasin, Malang, KH Abdul Mukti.
Kiprahnya di Ponpes Al Munawwarah dimulai sekitar tahun 1980, ketika Kyai Djarwo mengasuh majelis ilmu di masjid Muhammadiyah setempat. Saat Kyai Djarwo membedah kitab Al Muftadaah Karya Ibnu Taimiyah dan Tafsir Maraghi. Majelis ini dari tindaklanjut majelis santri kalong di masjid Al Mukarah, jalan Arif Margono 4, Kasin.
Melihat semakin bertambahnya santri yang hadir dalam kajian kitab tersebut, akhirnya Kyai Djarwo membebaskan tanah di sekitar ponpes agar dakwah dan kajian ilmu bisa lebih luas menampung banyak santri.
Antusias santri dalam mengikuti kajian Kyai Djarwo, lanjut Hamzah, disebabkan penyampaian materi kyai Djawo yang mudah ditangkap oleh santri. Metode penyampaian yang tegas dan cerdas dalam pemikiran ini didapat Kyai Djarwo ketika menjadi santri ‘terbang’ di berbagai ponpes. Seperti Ponpes Brongkal, Gondanglegi, Ponpes Jampres Sidosermo, Surabaya, dan Ponpes Gontor, Ponorogo.
Ilmu agama yang didapat di ponpes, dikatakan Hamzah, dipadukan dengan ilmu ilmiah yang didapat ketika kuliah ‘terbang’ di Universitas Erlangga, Surabaya, IAIN Syarifhidayatullah, Jakarta, serta IAIN Sunan Ampel, Surabaya. Menariknya pada saat kuliah di IAIN inilah, Kyai Djarwo diterima kerja di USIS Konsulat Amerika, Surabaya. Namun tak lama, sekitar tahun 1961 Kyai Djarwo mendaftarkan diri sebagai anggota TNI Angakatan Darat. Diterima sebagai TNI AD Kyai Djarwo bertugas di bagian Bintaldam (bimbingan Islam dan mental) Kodam v Brawijaya.
Berada di lingkungan militer membuat Kyai Djarwo ketika dakwah sangat tegas terhadap praktik maksiat dan kemusrikan. Sikapnya yang kuat memegang aqidah itu dituangkan dalam buku karangannya. Seperti Ketuhanan Yang Maha Esa Menurut Islam, Wali Allah dan Wali setan, Bersihkan Tauhid Anda dari Noda Syirik, Menyingkap Tabir Subhat, dan Al Janibul Illahi. Sementara itu Bahrul Ulum, putra tertua Kyai Djarwo menambahkan, ketika Kyai Djarwo muda sebagai mahasiswa di Unair tahun 1955, menjadi aktifis dakwah islam. Ketika itu mengadakan konferensi mahasiswa Asia-Afrika. Saat acara, salah satu organisasi mahasiswa anti islam datang menghajar Kyai Djarwo. Alasannya tidak diizinkan mengikuti kegiatan. Akibatnya kepala sebelah kirinya luka hingga usia tua. Tahun 1990 atas inisiatif keluarga dilakukan operasi batok kepala di RS Syaiful Anwar Malang. Tujuh tahun kemudian pada 5 Mei 1997, Kyai Djarwo wafat.
Nama : Kapten (Purn) KH Dj’far Soedjarwo
Tempat/Tgl Lahir : Malang 28 Agustus 1932
Pendidikan : Ponpes Brongkol, Gondanglegi, Kab Malang
-Ponpes Jampres, Kediri
-Ponpes Sidosermo, Surabaya
-Ponpes Gontor, Ponorogo
-FE Universitas Erlangga, Surabaya
-Fak Usuluddin, IAIN Syarifhidayatullah, Jakarta
-Fak Usuludin, IAIN Sunan Ampel, Surabaya
Karir : USIS Konsulat Amerika, Surabaya
-TNI AD 1961 – 1988
Organisasi : PC Muhammadiyah, Kedungkandang, 1990-1995
Karya Buku : Ketuhanan Yang Maha Esa Menurut Islam
-Wali Allah dan Wali Setan
-Bersihkan Tauhid Anda dari Noda Syirik
-Menyingkap Tabir Subhat
-Al Janibul Ilahi (kitab terjemahan)
Karya Tulis : Maksiat Sumber Kriminalitas
-Shirotol Mustaqim
Sumber: Dokumen keluarga besar Kyai Dja’far Soedjarwo