Sutiaji Ajak Pemuda Muhammadiyah Gunakan Metode Milenial Dakwah Perjuangan
GEDUNG DPRD KOTA MALANG-Ajakan untuk bersatu dalam perjuangan Indonesia disampaikan Walikota Malang Sutiaji, dalam sambutan pelantikan pengurus daerah Pemuda Muhammadiyah peridoe 2019-2022 di gedung paripurna DPRD Kota Malang.
Sutiaji mengatakan sejak 1908 para pemuda sudah berikrar boleh berbeda dalam ijtihad jalan perjuangan namun satu yang diperjuangkan adalah kemerdekaan Indonesia. Darah para pemuda adalah darah juang darah merah. Tidak ada darah putih, darah biru, semua adalah sama karena putih adalah nurani para pejuang semua. Karena para pejuang adalah diciptakan Allah untuk cenderung melakukan kebaikan untuk semua. Sesungguhnya merah putih adalah jiwa manusia. “Mari kita semangat, namun semangat kita ini adalah semangat yang disetir oleh nurani kita semua,” akunya.

Bayangkan perjuanagan para pemuda tahun 1908, kata Sutiaji, dilanjutkan tahun 1928 dan puncaknya adalah kemerdekaan Indonesia. Sungguh saat itu merah putih dicapai dengan perjuangan berdara-darah. Namun sekarang merah putih dikibarkan begitu saja seperti tidak pernah mengerti sejarah.
Saat ini para pemuda, kata Sutiaji, sesuai dengan slogan pendiri muhammadiyah fastabiqul khairot berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan. Inilah merupakan semangat pemuda semua.
Sutiaji lantas mengingatkan tugas pemuda tidak mudah seperti era tahun 80-an. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassallam menyakinkan bahwasannya kalau komitmen tetap, filosofinya tetap, tujuannya yes, tapi metodologinya harus mengikuti kekinian mengikuti industri 4.0.
Oleh sebab itu, tandas Sutiaji, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassallam meminta kepada umatnya untuk mengerti dengan siapa berbicara. Dakwah pemuda harus sesuai dengan kekinian. Saat ini yang dihadapi adalah orang-oarang yang ingin merusak tatanan kebudayaan dan karakter bangsa. Seperti narkoba.

Narkoba di Malang ini, lanjut Sutiaji, adalah tugas para pemuda muhammadiyah dan pemuda lain untuk mencegah melalui dakwah tentang bahaya narkoba. Itu sebabnya harus idealis dalam memperjuangkan hal ini.
Seperti keyakinan Sutiaji terhadap hasil diskusinya dengan Cak Nun beberapa tahun lalu, bahwa idealisme akan luntur dengan urusan logistik, keimanan akan dijual dengan kepentingan sesaat. Seharusnya pemuda mengingat kisah Lukmanul Hakim, bahwa kemurnian tauhid menjadi kekuatan yang harus diperjuangankan oleh pemuda muhammadiyah.
Sutiaji mengibaratkan bagaimana dengan sikap pemuda, kaderisasi, ibaratnya seperti paku. Paku akan selalu menyesuaikan dengan objek kayu yang dipakunya. Meskipun berbeda-beda kayunya namun paku tetap paku. Inilah kekuatan idealisme dibangun atas dasar Al Qur’an.
Mengacu pada surat Al Baqarah ayat 2, tambah Sutiaji, tipe manusia ada tiga macam. Namun yang paling berbahaya adalah tipe manusia yang hatinya sakit. Sebab tampilan dengan sikapnya berbeda mengacaukan perjuangan bangsa.
Terakhir Sutiaji mengimbau pemuda muhammadiyah mempunyai metodologi kekinian bisa diterima oleh kaum milenial dalam dakwahnya. Tentunya tidak sama bahasa kolonial dan bahasa milenial.
Sekedar diketahui, saat pelantikan pengurus pemuda muhammadiyah hadir perwakilan dari organisasi pemuda seperti Banser, Anshor, Aswaja, KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia),FKPPI, Gusdurian. (don)