Solusi Tujuh Sapi-Zakat Hadapi Resesi
TABLOIDMATAHATI.COM, MALANG-Minus sekitar 5 persen pada kwartal kedua di negara ini warning dekatnya resesi tinggal selangkah lagi. Masyarakat mikro tingkat keluarga khususnya muslim harus mempunyai solusi menghadapai resesi jika terjadi. Selain berhemat apalagi yang harus ditempuh umat muslim? Dikatakan pengamat ekonomi yang juga pegiat Ekonomi Syariah Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Dr. Rahmad Hakim, mengatakan secara mikro adalah memangkas kebutuhan yang tidak diperlukan.
Berikutnya? Rahmad Hakim disapa Rahmad mengungkapkan akan ada masa-masa krisis. Menariknya krisis ekonomi seperti ini bukan hanya terjadi pada jaman global seperti saat ini saja. Sebab jaman Nabi Yusuf juga pernah terjadi krisis ekonomi hebat, populer dengan kisah tafsir mimpi raja tentang sapi.

Rahmad mengatakan tafsir mimpi tersebut ada 7 sapi gemuk dan 7 sapi kurus. Dari balik tirai penjara sang raja, akhirnya Nabi Yusuf berhasil menafsirkan mimpi tersebut dan diangkat sebagai bendahara Mesir langsung mengeluarkan kebijakan pada rakyat, agar menanam selama 7 tahun dalam keadaan surplus lalu di saving, untuk persiapan 7 tahun berikutnya menghadapi masa defisit.
Dalam konteks saat ini, kata Rahmad, APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) menganut sistem hutang. Jadi seluruh pendapatan ditotal terlebih dulu, ketika penerimaan tidak cukup diambillah kebijakan hutang. Nah hutang inilah yang juga dipilih negara untuk menangani dampak pandemi bidang ekonomi.
Ketika jaman nabi, tandas Rahmad ada baitul mal (cadangan keuangan negara) ketika negara dalam keadaan resesi diambil anggaran dari baitul mal. Sekarang dalam konteks republik ini, adalah memangkas atau realokasi kebutuhannya. Tingkat makro maka peran lembaga amil zakat berperan sebagai jangkar penahan resesi.
Pada ekonomi keadaan normal, Rahmad menyebutkan lembaga amil zakat tidak dilirik sebab sumber pendapatan negara aman, misalnya APBN, ekspor impor, namun sekarang minus semua. Peran lembaga zakat ini, sesuai dengan sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wassallam bahwa zakat itu diambil golongan yang kaya diantara suatu kelompok yang diberikan golongan miskin dari suatu kelompok.
Ini sebenarnya ekonomi keumatan, tandas Rahmad, bahkan ke depan akan semakin dibutuhkan. Saat ini negara tidak bisa menyangga ekonomi umat maka peran zakat sangat dibutuhkan. (don)