Sexual Harrasement Salah Siapa?
oleh: Tiar Wigatiningrum,Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, Universitas Muhammadiyah Malang
Banyak kita ketahui bahwa pelecehan sexual bukan lagi merupakan hal yang baru dan masih menjadi pemasalahan yang kompleks. Sepertinya hampir semua perempuan pernah mengalami pelecehan seksual apapun levelnya. Dari yang cuma mendapatkan catcalling waktu lagi jalan ke kampus atau kantor, mendapatkan bercandaan seksis dari teman atau atasan, bahkan bisa sampai ke pemerkosaan. Namun mau senyata apapun fakta di yang terjadi di realita pasti akan selalu ada terumatama laki-laki yang mencoba menampik hal tersebut. Pertama, tidak semua pria melakukan hal seperti itu tapi bukan berarti tidak ada. Karena seperti hal di atas, banyak perempuan yang mengalami pelecehan seksual dan hal tersebut dilakukan oleh pria. Tidak semua laki-laki seperti itu bukan berarti sexual assault yang dilakukan tidak terjadi.
Sexual harassement merupakan hal serius yang harus diperhatikan. Meskipun kesannya sepele dan hal kecil, tapi pelecehan seksual bisa berdampak besar bagi korban yang mengalaminya, baik itu dampk secara fisik maupun mental. Dari segi psikologi sang korban bisa menjadi depresi, cemas, merasakan isolasi dan rendah diri hingga bahkan trauma. Sayangnya sering kali kasus pelecehan seksual banyak diremehkan dan tidak ditangani dengan baik di Indonesia. Masalahnya adalah karena kurangnya pemahaman tentang pelecehan seksual itu sendiri, sampai sejauh apakah perbuatan yang dianggap melecehkan.
Mengacu pada Kompas.com, Jumat (28/02/2020) Seperti yang terjadi pada mahasiswi Universitas Indonesia pada februari 2020 ini. Dia mendapat perlakuan yang tidak mengenakkan dari segerombol pria. Sehingga mahasiswi tersebut bergegas meninggalkan tempat tersebut dan menuju ke pos Pengamanan Lingkungan Kampus (PLK) UI. Mahasiswi tersebut berusaha mencari perlindungan dengan melaporkan pelecehan sexual yang terjadi pada dirinya. Petugas-petugas PLK UI di pos itu segera bertanya mengenai siapa pelaku pelecehan seksual itu. Petugas PLK UI di pos itu segera bertanya mengenai siapa pelaku pelecehan seksual itu. Akan tetapi para pelaku mengelak dan enggan mengakui perbuatannya. Setelah itu apa yang terjadi? Para petugas PLK tersebut justru malah menyalahkan Mahasisiwi tersebut dengan mengatakan bahwa dia dihimbau agar tidak berjalan sendirian.
Itu merupakan salah kasus pelecehan sexual yang terungkap. Sebab tidak semua orang mau mengungkapan bahwa ia mengalami sexual harassemet, masih banyak yang beranggapan apabila mereka pengalami pelecehan sexual itu merupkan sebuah aib sehingga mereka malu untuk mengungkapkan. Selain itu kurang adanya tindakan yang tegas dari para penegak hukum akan kasus sexual harasseement membuat para wanita enggan untuk berbicara karena tidak adanya ketegasan. Lalu apa solusi yang bisa mereka berikan jika respon mereka terhadap pelecehan seksual diabaikan seperti itu. Poin apa yang mereka coba berikan dengan respon seperti itu? Mereka mau bilang bahwa orang yang mengalami sexual harassement lagi apes aja? (*)