Sesepuh Persyarikatan Beri Wejangan Peran Ideologi Muhammadiyah Konteks Bangsa
TABLOIDMATAHATI.COM, DAU-sebagai salah satu pemateri pada Madrasah Ideologi atau sekolah ideolog PDA Kota Malang di Rayz Hotel UMM kemarin (31/10/2020) adalah Dewan Penasehat PDM Kota Malang yang juga Ketua FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Kota Malang KH. Taufik Kusuma.
Dijelaskan ustadz Taufik peran ideologi Muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa mengacu pada Al Qur’an surah Al Maidah ayat 51 mengisyaratkan tentang landasan atau perintah teologis untuk melakukan gerakan pengembangan dan kemajuan. “Secara umum, semua gerakan di Muhammadiyah sesuai dengan amanah yang terkandung dalam Al Qur’an, termasuk dalam perspektif kenegaraan,” ucapnya.
Ustadz Taufik mengatakan konsep negara dalam Al Qur’an dapat dianalogikan sebagai negeri yang penduduknya semua beriman kepada Allah dan berakhlakul karimah. Negeri yang tanahnya subur dan menghasilkan, negeri yang memiliki penduduk yang sehat fisik dan ilmunya.

“Dari sini maka secara ideologis, bentuk negara itu sesuai dengan tuntunan Al Qur’an. Maka jika saat ini ada sekelompok orang anti negara, berarti langkah tersebut tidak sesuai dengan Al Qur’an,” tegas Mundir Ponpes Muhammadiyah Al Munawarah ini.
Keberagaman yang ada dalam kenegaraan menurut ustadz Taufik merupakan sunatullah. Dan hal itu tertuang dalam kitab suci Al Qur’an. “Maka Islam dan Al Qur’an tidak alergi terhadap kebangsaan, perbedaan etnik, bahasa dan suku. Yang membedakan adalah ketaqwaannya. Dalam Al Qur’an pun tidak mementingkan nasab (keturunan). Nasib tidak bergantung pada nasab. Namun nasib kehidupan orang itu tergantung pada kasab (prestasi),” jelasnya.
Dalam konteks kenegaraan, kata ustadz Taufik, Muhammadiyah tidak alergi terhadap kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Muhammadiyah akan selalu taat pada aturan yang ada di negara tersebut. Dalam bergaul harus berbaur, tidak menjaga eksklusivisme personal. Bernegara berarti dalam rangka menegakkan perintah Al Qur’an. Perkara bentuknya, tak masalah, karena sudah bersinggungan langsung dengan aspek muamalah. NKRI bagi Muhammadiyah adalah bentuk yang paling ideal, karena di situlah Muhammadiyah bisa merealisasikan dan mengaplikasikan visi dan misinya.
Secara historis, ustadz Taufik memaparkan dalam melakukan perlawanan terhadap kaum penjajah, maka Muhammadiyah menerapkan prinsip sosial budaya dan pendidikan. Pada dewasa ini pun Muhammadiyah berpandangan bahwa negara adalah wadah untuk mengemban misi dan visi sesuai Al Qur’an. Pada intinya, Muhammadiyah tidak alergi dalam berpolitik. Negara Pancasila merupakan wahana untuk berdakwah. Oleh karena itu, mestinya masyarakat Indonesia harus berpola pikir futuristik, berorientasi ke masa depan. Hal lain yang perlu ditekankan di sini adalah mengoptimalkan kreatifitas yang kita miliki untuk berkarya lebih baik. (foto/reporter: irfan wahyu setyawan/editor: doni osmon)