Santri Babussalam Laksanakan UAS, Semangat Meraih Predikat Mumtaz
TABLOIDMATAHATI.COM, KARANGLOSO-Metode pembelajaran di Ponpes Modern Babussalam Desa Bocek, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, menggunakan pendidikan akademik dan agama yang dipadukan dengan soft skill santri. Setiap santri dimotivasi untuk giat belajar serta mempertanggungjawabkan hasilnya dalam Ujian Akhir Semester (UAS). “Ibarat naik motor atau mobil maka anak–anak yang biasa mengendarainya dengan kecepatan 40 sampai 60 kilometer per jam, sekarang mulai menambah kecepatan sampai 100 hingga 120 kilometer per jam, yang dulu belajarnya biasa-biasa sekarang mulai serius untuk meraih nilai terbaik alias mumtaz,” ujar Pimpinan Ponpes Babussalam, Karangploso, ustadz Tomy Alvanso, M.Ag, kemarin.
Dalam pidato pembukaan UAS Ustadz Tommy berpesan bahwa para santri harus memahami makna ujian yaitu ujian kejujuran. Untuk mraih prestasi memang sangat perlu namun kejujuran dalam meraih prestasi tersebut lebih utama, maka jika ada santri yang berbuat curang akan langsung diberi tindakan tegas.

Dijelaskan ustadz Tomy pelaksanaan UAS ini wajib diikuti santri setelah melewati kurang lebih lima bulan proses pembelajaran di kelas. Seluruh santri Babussalam harus mempertanggungjawabkan usahanya dalam Ujian Akhir Semester (UAS).
Ujian yang berlangsung selama hampir dua minggu ini, kata ustadz Tomy, menjadi pemicu semangat belajar para santri. Sebab setiap santri berlomba meraih nilai terbaik atau mumtaz. Itu sbabnya UAS selain untuk meningkatkan semangat belajar, sekaligus sebagai evaluasi pembelajaran selama satu semester untuk seluruh dewan guru dan pondok.
Agar konsentrasi siswa dapat fokus ada UAS, diungkakan ustadz Tomy seluruh kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan non formal di nonaktifkan sejak satu bulan sebelumnya. Ekstrakurikuler dimaksud mulai dari pramuka, bela diri, olahraga, Ilqo mufrodat (penyampaian kosakata Bahasa Arab dan Inggris), dan beberapa ekstra lainnya. Harapannya santri dapat meraih nilai maksimal setiap pelaksanaan UAS.

Khusus kegiatan tahfidz Al Qur’an, lanjut ustadz Tomy tetap diadakan hanya mengurangi durasinya saja. Pada hari aktif biasa dilaksanakan selama satu setengah jam untuk hafalan dan setoran, namun selama UAS ini dilaksanakan hanya satu jam saja.
Menariknya ustadz Tomy mngatakan demi kelancaran kegiatan ujian, seluruh kelas XI dan XII dilibatkan menjadi pembantu panitia ujian. Hal ini untuk menambah pengalaman dalam pola pendidikan pondok pesantren, serta sebagai salah satu edukasi kepada santri tentang bagaimana menyelenggarakan proses ujian. Tugas santri tersebut adalah menjadi asisten pengawas di ruangan ujian.
Tugas santri tersebut, ucap ustadz Tomy beberapa santri ada yang menjadi numerator, distributor soal–soal, dan konsumtor. Adapula yang menempati beberapa sektor, seperti koperasi, bakery, perpustakaan, dapur, gerbang, dan penjaga rayon. “Sehingga peran santri ini sangat penting dalam suatu proses pendidikan di lingkungan pondok,” aku pria asal Kota Madiun ini. (foto/rilis: toms/editor: doni osmon)