PUAP PCM Gudo Jombang, Gus Nurbani Bahas Sejarah NKRI-Muhammadiyah
TABLOIDMATAHATI.COM, JOMBANG– Pengajian Umum Ahad Pagi (PUAP) Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Gudo Jombang kembali hadir dengan tajuk kajian ngopi pagi pada (22/1) di Masjid Nurul Fallah Godong Gudo. Melalui Sekretaris PCM Gudo, ustadz Sunaji, menyampaikan intisari dari kajian kali ini.
Mengundang aktivis Muhammadiyah kultural, Dr. Nurbani Yusuf, M.Si, dikenal Gus Nurbani sebagai pemateri kajian dengan menjelaskan tema dakwah kultural. Beberapa poin penting yang disampaikan antara lainnya mengenai sejarah NKRI dengan Muhammadiyah dan kerukunan hidup beragama.

Menurut Gus Nurbani, membangkitkan kembali cerita-cerita sejarah yang jarang diketahui banyak orang termasuk warga Muhammadiyah. Gus Nurbani menyebut bahwa NKRI itu sejarahnya Muhammadiyah, dibuktikan dengan presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno yang merupakan kader Muhammadiyah dengan nomor bakunya 384 yang merupakan salah satu santri ngintil KH. Ahmad Dahlan.
Kedua yaitu istri Bung Karno, Fatmawati yang menjahit bendera merah putih merupakan putri dari Buya Hasan Dim yang merupakan Konsul Muhammadiyah Bengkulu (Ketua PWM Bengkulu). Ketiga disebutkan juga tentang sila pertama Pancasila yang pernah diubah dengan persetujuan Ki Bagus Hadikusumo yang saat itu Ketua Hoofdbestuur Muhammadiyah.
Sambung Gus Nurbani, menceritakan sosok orang pertama yang mendirikan rumah sakit di Indonesia yaitu Kyai Muhammad Sudjak yang juga orang Muhammadiyah. Diceritakan saat rapat pengurus besar Hoofdbestuur, Kyai Sudjak mengusulkan mendirikan rumah sakit dan ditolak hampir 50 persen pengurus muhammdiyah karena dianggap mengikuti cara pengobatan orang kafir. Tetapi sekarang semua menerapkannya.
Gus Nurbani bercerita, ketika dirinya berada di Jombang selalu teringat dengan tiga orang. Pertama adalah Gus Dur yang pernah mengatakan kalau dirinya orang Muhammadiyah yang dititipkan di NU. Kedua Cak Nur Kholis Majid dan Ketiga Cak Nun Nadjib. Gus Dur pernah mengatakan kemenangan Muhammadiyah atas NU adalah kemenangan dialektik atau yang artinya pada awalnya dibantah atau disesatkan terus ditiru ramai-ramai. Apapun yang Muhammadiyah lakukan 30 tahun lalu sekarang dilakukan semua umat Islam.

“InsyaAllah warga Muhammadiyah ini adalah warga yang nasionalis. Jangan meragukan nasionalisme kami, kalau meragukan kami keliru,” ujar Gus Nurbani yang juga merupakan pendiri Komunitas Padhang Makhsyar ini.
Poin terakhir yang ditekankan adalah hidup rukun beragama. Menurut Gus Nurbani orang Muhammadiyah berfastabiqul khoirot dengan saudara-saudara lainnya seperti NU, Al’Irsyad, dan seterusnya. Tidak perlu saling mencela karena perbedaan bukan sesuatu yang harus diperuncing tapi dicari titik temu dengan saling menghormati. Jangan sampai menyatakan yang paling benar karena masing-masing mempunyai hujjah. (reporter: hamara/editor: doni osmon)