Prodi Kehutanan UMM Kembalikan Peran Hutan Sebagai Mitigasi Pemanasan Global
TABLOIDMATAHATI.COM, UMM CORNER-Peningkatan suhu bumi berdampak pada berbagai sektor penting akibat perkembangan industri dan teknologi dengan penggunaan bahan-bahan kimia yang dapat memperburuk pemanasan global. Misalkan saja industri penghasil kendaraan bermotor dengan penambahan kendaraan setiap tahunnya yang menghasilkan karbondioksida yang berasal dari asap kendaraan di mana hal tersebut menjadi salah satu faktor peningkatan pemanasan global. Dampak pemanasaan dapat membengaruhi berbagai sektor.
Berbagai sektor tersebut yang terdampak akibat pemanasan global diantaranya pertanian, kehutanan, pencairan es di kutub, dan rusaknya trumbu karang. Banyak sektor yang dirugikan dengan adanya peningkatan pemanasan global hingga saat ini. Di berbagai negara banyak melakukan dan mencari cara mengatasi pemanasan global bisa mengalami penurunan. Macam peningkatan pemanasan global (global warming) Gas Metana (CH4), Dinitrogen Oksida (N2O), dan Karbondioksida (CO2).

Karbondioksida di udara berasal dari proses pembakaran dari kendaraan bermotor, pembakaran sampah, kebakaran hutan dan lainnya. Tingkat kelahiran di Indonesia yang tinggi hingga dibuat program keluarga berencana untuk mengurangi kelahiran anak di mana dengan peningkatan kelahiran tersebut diikuti dengan peningkatan kebutuhan masyarakat untuk memiliki kendaraan yang memiliki sumbangsih peningkatan karbondioksida di Indonesia. Berbagai masalah lain peningkatan karbondioksida berasal dari kebiasaan masyarakat yang menyikapi sampah rumah tangga dengan cara praktis yakni membakar. Pemahaman masyarakat dengan kebiasaan tersebut wajib diubah secara perlahan untuk mengembalikan kondisi lingkungan yang lebih nyaman.
Selain itu, masalah kebakaran hutan yang masih aktif setiap tahunnya terjadi di Indonesia terutama permasalahan pemanfaatan atau perubahan penggunaan lahan menjadi perkebunan dengan cara cepat dengan membakar kawasan dalam waktu singkat membersihkan pohon dan semak yang tidak diinginkan untuk diganti dengan tanaman perkebunan sesuai keinginan perusahaan. Peningkat pemanasan global lainnya adalah dinitrogen oksida (N2O) yang timbuh akibat proses alami di dalam tanah oleh bakteri yakni dengan adanya proses denitrifikasi dan nitrifikasi sehingga menghasilkan dinitrogen oksida. Bahan yang tersedia dalam bentuk nitrat di tanah menjadi salah satu faktor terjadinya nitrifikasi dan dinitrifaki sehingga menghasilkan gas N2O. Aktivitas manusia dalam keseharian seperti pembakaran fosil, peternakan, kegiatan persawahan dan pembuangan sampah menjadi penyumbang keniakan gas metana (CH4) di udara.

Efek dengan gas rumah kaca berdasarkan gas yang dapat meningkatkan suhu bumu tersebut berdampak pada kondisi bumi di mana berpengaruh pada tanaman, hewan, tanah (mikroba tanah), dan pertanian. Tanaman memiliki syarat tumbuh optimal salah satunya suhu yang dapat mempengaruhi proses fisiologis tanaman. Apabila tanaman menerima suhu yang tinggi secara berlebihan maka tanaman akan merasa terganggu sehingga meningkatkan proses penguapan (evaporasi) salah satu contoh tanaman yang melakukan penguguran daun untuk mnegurangi penguapan akibat suhu tinggi adalah Pohon Jati.
Kondisi tanah juga dipengaruhi suhu tinggi yang mneyebabkan penguapan air di dalam tanah dan berdampak pada tanaman dalam penyerapan air yang dibutuhkan melalu akar selain itu mikroba tanah memiliki enzim yang terganggu akibat pemanasan suhu tanah. Selanjutnya tanaman dan pepohonan di kawasan hutan pada kondisi stres kekeringan meningkatkan peluang kebakaran hutan yang menjadi faktor lain terjadinya kebakaran hutan di Indonesia selaian alih fungsi lahan dengan dilakukan pembakaran kawasan secara sengaja.

Dari tahun 1906 hingga 2005, suhu permukaan rata-rata global meningkat sekitar 0,74oC berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Trenberth pada tahun 2007. Peningkatan suhu bumi apabila terjadi terus menerus seiring dengan peningkatan industri dan teknologi namun mengabaikan pertimbangan untuk mengurangi suhu bumi dengan berbagai cara yaitu melakukan penelitian dan pemanfaatan konsep eco green (ramah lingkungan) pada skala perusahaan industri.
Disini peran hutan sebagai mitigasi pemanasan global sangat penting. Adanya hutan maka penyerapan karbondioksida sebagai bahan fotosintesis dapat mengurangi jumlah CO2 yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor dan aktivitas manusia lainnya. Pemanfaatan bakteri metanotrof sebagai pengikat gas metan di kawasan hutan. Kondisi yang memprihatinkan ini menggerakkan peneliti/dosen kehutanan UMM untuk ikut andil dalam menurunkan pemanasan global atau dalam kata lain mitigasi pemanasan global dengan berbagai penelitian.
Penelitian mitigasi pemanasan global dirancang untuk tahun 2021 di mana peneliti kehutanan UMM fokus pada mitigasi pemanasan global terutama untuk mengetahui kondisi gas metana dan dinitrogen oksida di kawasan hutan dan pesisir pantai, selain itu menjadikan prioritas mencari treatment terbaik dalam mitigasi pemanasan global dengan penggunaan bakteri metanotrof, biochar, gypsum (kapur) dan penurunan dissolved organic carbon (DOC). Dengan berbagai treatment tersebut diharapkan hutan menjadi peran penting dalam mengatasi perubahan iklim di dunia. Peluang ini yang kami amati dengan mengoptimalkan manajemen hutan yang baik pada masa akan datang dengan perkembangan teknologi industri untuk meminimalkan dampak negatif dari perkembangan zaman. (febri/* adv)