Prodi Fisioterapi Fikes UMM Wakili Indonesia Kongres Lansia di Taiwan
UMM CORNER FIKES-Kredibilitas dan kualitas pendidikan Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) khususnya program studi fisioterapi, tidak diragukan lagi. Baru-baru ini, prodi fisioterapi mengirimkan utusan mahasiswa dan dosen untuk mengikuti kongres 10 tahun APTSA di negara Taiwan. “Kongres ini sangat penting bagi kami prodi fisioterapi sebab terkait pengembangan ilmu, wawasan dan teknologi fisioterapi terbaru,” ujar Ali Multazam, S.Ft Physio, M.Sc.
Pengiriman delegasi ke Taiwan ini, dijelaskan Azam-nama panggilan Ali Multazam-untuk memperdalam pengetahuan dan mengikuti perkembangan teknologi tentang ilmu fisioterapi di dunia. Acara yang diikuti tanggal 16-19 Agustus 2019 tersebut dimulai dengan berbagai workshop. Seperti Nerve Mobilization, One Finger Treatment, dan Sport Guasa. Bukan itu saja, tim fisioterapi Fikes UMM juga masuk dalam kelompok Asian Games dimana setiap kelompok berkompetesi di dalamnya.

Menariknya Azam menyebutkan di negara lain, khususnya Australia sudah ada terapi untuk lansia menggunakan sistem Hydrotherapy alias terapi menggunakan air. Terapi air bagi lansia ini ternyata mampu memperpanjang usia lansia. Data survei harapan hidup di Asia, telah menempatkan Indonesia pada adalah beberapa negara urutan bawah. Harapan hidup lansia Indonesia hanya mencapai 60-70 tahun dibandingkan dengan negara lain seperti Jepang, Australia, Hongkong, Taiwan harapan hidupnya bisa mencapai angka 80 tahun ke atas.
Kenapa hal ini bisa terjadi? Azam menyebutkan di negara yang tingkat harapan hidupnya tinggi, Ternyata pemerintahnya mempunyai kebijakan khusus tentang lansia. Seperti fasilitas umum sangat memperhatikan lansia, asuransi, dan keterlibatan pihak swasta.
Topik lainnya, kata Azam temanya Physiotherapy in geriatric and long term care, topik ini terkait penanganan fisioterapi lansia dalam waktu jangka panjang. Banyak metode yang ditampilkan setiap negara khususnya penanganan kasus lansia spesifik. Sementara tim Indonesia menampilkan penanganan lansia paling sering dilakukan dari hasil observasi adalah berbasis komunitas. Misalnya di tingkat puskesmas ada prolanis, posyandu lansia dan panti lansia. Sekarang tinggal bagaimana program ini bisa berkembang dan lebih diperhatikan pemerintah dengan berbasis teknologi.

Azam menyebutkan negara seperti Jepang, Korea, Taiwan, adalah negara yang peduli lansia dengan menciptakan berbagai macam tehknologi. Misalnya manual terapi tanpa menggunakan alat bantu. Namun dengan teknologi bisa membantu fisioterapi sebab treatment pasien tidak terlalu banyak membutuhkan energi. Sehingga banyak pasien bisa tertangani secara efektif dan efisiensi. Penanganan lansia di beberapa negara tersebut memang tidak bisa lepas dari alat bantu yang berbasis teknologi. Seperti toilet didesain untuk lansia, kursi roda untuk lansia, dan lansia yang patah tulang kaki bagaimana menggunakan alat bantu teknologinya, semua disediakan sesuai keadaan lansia tersebut.
Menariknya, kata Azam, tim fisioterapi fikes UMM juga berkesempatan presentasi tentang penanganan lansia di Indonesia menggunakan basis komunitas dan kearifan lokal. Begitu juga bagaimana penanganan neurologi atau sistem syaraf berbasis obat, pnf dan metode yang lain. “Kami juga memecahkan kasus tentang penanganan pasien dalam jangka panjang, jangka pendek serta pemulihan fungsionalnya. Apa yang bisa dilakukan di rumah dan klinik,” akunya.
Azam melanjutkan bahwa keterlibatan mahasiswa fisioterapi fikes UMM, karena untuk membuka wawasan mahasiswa bagaimana penanganan lansia fisioterapi di luar negeri. Hasil dari kongres ini akan diterapkan metode apa saja yang bisa diterapkan dan dikembangkan di Indonesia. “Kami akan mengembangkan hasil kongres pada mata kuliah komunitas yang ditunjang dengan laboratorium,” akunya. (don)
Siapa Saja Delegasi Prodi Fisioterapi Fikes UMM? Ali Multazam S.Ft Physio, MSc. Kurnia Putri Utami, S.Ft Physio, M.Biomed, Ahmad Mabrur, Sophia Hanny Amandhea, Syiar Aprillia Tanazza, Salsabila Fernanda Djuliana, Anggie Fitrianur Jabar, Rizza Daeng Sukirman, Ulfiatul Rahmah (*)