Pleno PD Aisyiyah Kota Malang Canangkan Gerakan Panca Amal Sosial
GEDUNG DPRD KOTA MALANG-Rapat pleno diperluas PD Aisyiyah Kota Malang, kali ini sangat menarik diikuti. Kenapa? Sebab banyak hal baru yang dibahas dalam pleno dengan tema Aktualisasi Risalah Pencerahan Untuk Dakwah Melintas Batas, ternyata mempunyai gerakan baru program Aisyiyah. Apa gerakan baru tersebut? Ketua PDA Kota Malang, Dra. Sri Herawati, mengungkapkan Gerakan Panca Amal Sosial (Gapas).
Apa itu Gapas? Bu Hera-begitu Sri Herawati disapa- menjelaskan gerapakan panca amal sosial adalah suatu gerakan yang berada ditingkat cabang dan ranting untuk bisa dirasakan langsung oleh masyarakat luas, sebagai amalan surat Al Maa’un yang diarahkan dalam pembinaan keagamaan.
Gerakan ini meliputi, ungkap Bu Hera, aqidah di tingkat cabang dan ranting harus ada kajian rutin. Kajian aqidah ini sangat penting di laksanakan untuk memperkuat keimanan anggota Aisyiyah supaya tidak ikut arus. Kuatnya aqidah ini untuk membangun ahlakhul kharimah, atau karakter agar bisa menjadi contoh kebaikan di masyarakat.
Berikutnya, lanjut Bu Hera adalah ibadah. Bagaimana ibadah anggota Aisyiyah ini sesuai tuntunan yang dicontohkan Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam dan Al Qur’an. Ibadah ini diimplementasikan dalam poin berikutnya yaitu muamalah. Kader Aisyiyah jangan ekslusif melainkan egaliter. Sehingga bisa melakukan dakwah lintas batas.
Terkait dengan ini, Bu Hera meberikan contoh wejangan KH AR Fahcrudin dan KH Abdullah Hasyim. ketika ditanya tentang Islam. Jawabanya Islam adalah amal sholeh, kemanusian, persatuan. Maksudnya apa, kita harus banyak belajar apa yang ada di Al Quran dan hadis nabi.
Poin Gapas lain? Bu Hera mengatakan, perempuan mengaji, melembagakan amal sosial yang solutif contohnya Taska, berorientasi kekinian dan ke depan seperti Pasmina. Pemberdayaan ekonomi, lahan produktif, damai bersama tengahan menciptakan Islam berkemajuan dan karakter. Semua ini sudah dilakukan dengan tidak berlebihan dalam hal apapun.
Bu Hera mengingatkan saat ini juga ada gerakan kerukunan sosial, gotong royong dan sejenisnya yang jangan bertujuan mengakomodir perbedaan dengan tidak mempertajam perbedaan itu. Bagaimana kader Asiyiyah memposisikan diri di masyarakat. Inilah keberagaman di negara kita, apa-apa yang belum dikerjakan dilaksanakan. Khususnya cabang dan ranting sebagai ujung tombak dakwah ini,” pungkasnya. (foto/editor: doni osmon)