PIKR UMLA Konseling Sekaligus Obat Pusing
oleh: Kepala PIKR Universitas Muhammadiyah Lamongan, Mohamad Saifudin, S.Kep, Ns, S.Psi, M.Kes
Mencoba menuliskan sedikit apa yang sudah kami hadapi dan sudah berusaha kami diskusikan dan mencoba mencari solusi bersama dari apa yang sudah kami bicarakan diruangan ini.
Banyak orang melihat permasalahan manusia itu secara perifer saja atau hanya yang kelihatan saja, contoh : seorang anak yang malas, kebanyakan dari kita hanya mengatakan kamu kok malas sih?, saat kita melihat seorang mahasiswa yang tidak mampu mengerjakan tugas yang kita berikan kemudian kita bicara mengerjakan seperti ini saja kok tidak bisa?? dan banyak lagi yang terjadi dan kami hadapi diruangan ini.
Untuk diketahui bahwa dalam proses pemecahan masalah dan dalam proses mencari solusi dari masalah harus kita pahami bahwa kita harus mencari akar dari masalah atau penyebab dari masalah yang terlihat itu.

Perumpamaan nya anggap pohon itu adalah masalah, maka yang terlihat adalah batang dan daun-daunnya dan itu semuanya adalah efek dari masalah atau akibat dari masalah, karena yang sebenarnya masalah yang sebenar-benarnya masalah adalah akarnya. Bisa dicontohkan kalau kita mau menyelesaikan masalah, anggap pohon tadi adalah masalah maka saat kita hanya mengetahui masalah yang terlihat dalam hal ini batang dari pohon masalah, maka kemudian kita tebang pohon itu dengan tujuan untuk mematikan atau menyelesaikan masalah, bisa jadi sementara pohon itu atau permasalahan itu selesai! Tapi pada kemudian batang itu akan tumbuh tunas, daun dan kemudian pohon itu hidup lagi dan logikanya masalah itu tidak selesai dan tumbuh lagi.
Maka seharusnya, kalau ingin menyelesaikan masalah seharusnya seorang yang akan membantu menyelesaikan masalah itu harus benar-benar mengetahui dan memahami masalah orang lain sampai akar-akarnya atau penyebab dari masalah yang terlihat tersebut.
Pengalaman penulis saat menangani banyak kasus diruangan Bimbingan dan Konseling, bisa di petakan dari survey kecil-kecil an dilakukan : klien yang mampu mengutarakan masalah sampai keakar masalah kurang lebih 50 persen, yang menyampaikan masalah sampai dengan batang pohon kurang lebih 25 persen dan yang menceritakan hanya sebatas daunya (atau hanya perifer bahkan menyatakan dirinya tidak ada masalah) kurang lebih 25 persen.

Banyak manusia yang memang tidak begitu bisa untuk mengungkapkan perasaan atau isi hati atau masalahnya, penulis mengistilahkan ” Orang yang bermasalah adalah orang yang tahu bahwa dia bermasalah tetapi selalu merasa tidak mempunyai masalah” dan itulah orang yang bermasalah. Sebaliknya orang yang relatif lebih sehat jiwa dan mentalnya adalah : “orang yang tahu bahwa dirinya mempunyai masalah, dan orang tersebut berusaha untuk mencari solusi dari permasalahanya” wallahualambishawwab.
Pengalaman penulis, sekitar 25 persen klien yang datang di ruangan Konseling, saat ditanya tentang apakah mereka mempunyai masalah? Mereka menjawab tidak pak, saya tidak apa-apa kok, saya baik-baik saja, hehehe…dan memang kadang mereka tidak dengan kesadaran sendiri untuk konsultasi, karena salah satu keberhasilan konseling adalah ‘klien menyadari bahwa dirinya mempunyai masalah dan mempunyai keinginan dan kemauan untuk mencari solusi dengan berkonsultasi”. Wallahualambishawwab.
Dengan adanya akar permasalahan yang tidak terungkap dan masih tidak tereksplore dengan baik, maka sangat sulit bagi konselor dan konseli (klien) untuk bersama-sama mencari solusi untuk mengangkat masalah atau mencabut akar masalah, sehingga bisa jadi permasalahan pada klien akan tetap ada dan tidak akan pernah bisa terselesaikan.
Berbeda dengan yang benar-benar bisa mengeksplore dan mengungkapkan apa yang mereka rasakan, apa yang menganjal, apa yang membuat dirinya malas, kurang konsentrasi, gangguan tidur, cemas, penurunan prestasi belajar dll, In Sya Allah banyak dari mereka bisa kembali beraktifitas secara normal lagi dan bisa kembali untuk siap menghadapi hidup dan kehidupan mendatang, dengan motivasi baru, semangat baru dan lebih bisa beradaptasi lagi terhadap lingkungan baik lingkungan internal dari dirinya sendiri atau lingkungan diluar dirinya, baik itu, keluarga, masyarakat umum, masyarakat kampus dll. Bismillah..wallahualambishawwab.

Selain ilmu komunikasi baik itu komunikasi intrapersonal, interpersonal dll, ilmu psikologi, ilmu sosial, ilmu konseling dan apapun ilmu pendukung dalam aplikasi dalam bimbingan konseling ternyata yang paling berperan dan paling penting bagi seorang konselor adalah bagaimana dia mampu untuk memahami dan mendalami kasus perkasus, pernah menyelesaikan masalah nya sendiri seperti apa yang klien rasakan dan pengalaman pernah mengalami seperti apa yang klien rasakan…wallahualambishawwab.
“Lebih baik pernah mempunyai masalah tapi mampu untuk menyelesaikan masalah, daripada kita tidak pernah mengalami masalah yang pelik, karena saat masalah itu datang, kita juga belum tentu mampu menyelesaikanya”.
“Selesaikanlah masalah dengan mencabut akarnya, bukan menebas batangnya, karena batang adalah efek dari masalah dan masalah intinya adalah pada penyebab masalah (akarnya)”.
Lebih sarkas lagi” lebih baik menjadi mantan orang gila (edan), dari pada menjadi mantan orang waras” (*)