Order SMUDs Meningkat, Produksinya Terganjal Alat
Momentum ramadhan dilanjutkan Idul Fitri menjadi market khusus buat marketing SMUDs. Minuman herbal berbahan dasar kunir asam ini memang digandrungi warga persyarikatan Muhammadiyah, sehingga mengisi dua momentum tersebut warga muhammadiyah banyak order SMUDs sebagai pelengkap hidangan halal bi halal. Sayang, order banyak tersebut tidak maksimal terlayani sebab kendala modal dan alat. “Kami memang banyak menerima pesanan dari dalam sekolah dan luar sekolah khususnya warga muhammadiyah. Namun kami tidak bisa memenuhi pesanan tersebut karena kapasitas alat produksi yang kami punya terbatas,” ujar Kasek SMK Muhammadiyah 2 Kota Malang, Nur Cholis, SPd.
Solusinya? Nur Cholis sudah mencoba beberapa hal. Seperti menawarkan kerja sama modal dalam bentuk syirkah (bagi hasil) kepada pihak lain, mengirimkan permohonan bantuan ke lembaga atau instistusi terkait, serta menggandeng mitra industri SMK Muhammadiyah 2 untuk mensupport alat tersebut. Namun sampai sekarang hasilnya belum ada.
Sekedar diketahui pembaca bahwa SMK Muhammadiyah 2 mempunyai beberapa produk unggulan sebagai praktek siswa. Salah satunya adalah SMUDs, minuman herbal kunyit asam yang dijual dengan harga terjangkau. Hasil dari SMUDs ini digunakan operasional sekolah. Bahkan beberapa waktu lalu, Mendiknas Profesor Muhajir Efendi sempat mencicipi SMUDs dan mengapresiasi minuman ini sebagai produk penunjang operasional sekolah.
Menurut Nur Cholis, alat produksi SMUDs yang saat ini dimiliki SMK Muhammadiyah 2 disingkat SMK Muda, hanya mampu produksi kurang dari 500 cup. Sementara pesanan jika musim tertentu seperti lebaran atau musim wisuda sekolah pesanan meningkat lebih dari 500 cup. Selain alat, lanjut Nur Cholis, kendala lain adalah sumber daya manusia dan modal. Namun dua kendala ini bisa diatasi jika alat produksinya ada. Harga alat baru kapasitas UKM ini sekitar Rp 50 juta. Jika sekolah mempunyai alat ini, dipastikan Nur Cholis sekolahnya mempunyai amal usaha baru yang bisa digunakan mensupport operasional sekolah secara mandiri, sebab bisa dibiayai dari keuntungan penjualan SMUDs. “Kami sudah menghitung keuntungan jika ada bantuan alat ini, dari keuntungan SMUDs bisa meringankan beban sekolah untuk program pengembangan pendidikan lebih maksimal,” akunya.