Mahasiswa-Dosen Peternakan UMM Pengmas Teliti Sapi Kuantan
TABLOIDMATAHATI.COM, RIAU-Sapi Kuantan adalah salah satu sumberdaya genetik (plasma nutfah) sapi yang ada di Indonesia, berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 1052/Kpts/SR.120/10/2014 mentapkan bahwa Sapi Kuantan sebagai kekayaan sumber daya genetik ternak lokal Indonesia. Sapi Kuantan terdapat di sepanjang aliran sungai batang Kuantan di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau.
Umumnya sapi Kuantan dipelihara dengan sistem dengan memanfaatkan lahan yang luas sebagai tempat sapi diumbar dari pagi sampai dengan sore hari, dan pada saat sore sapi dibawa kembali ke kandang. Sistem pemeliharaan tersebut menyebabkan produktivitas dan perkembangan sapi Kuantan masih sangat lambat. Melihat kondisi tersebut membuat hati dan pikiran Dr. Ari Prima selaku dosen peternakan UMM yang berasal dari Kuantan Singingi, Riau tergerak untuk melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat (pengmas) tentang sapi Kuantan..

“Dalam kegiatan ini saya mengajak mahasiswa asal provinsi Riau yaitu M. Adi Prasetyo, Bayu Aji Pamungkas, dan Bakhrudin untuk pulang kampung dan melakukan penelitian tentang sapi Kuantan dan pengabdian kepada para peternak sapi Kuantan yang dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2020, kami mengunjungi peternak dari kandang satu ke kandang lainnya, kurang lebih kami mengunjungi 50 orang peternak,” ujar Dr. Ari Prima, dalam rilisnya.
Penelitian tersebut dikatakan Ari Prima, bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang penampilan produksi yaitu capaian bobot badan pada fase umur tertentu yang meliputi bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh seperti panjang, tingi dan lebar badan. Selain meneliti tentang penampilan produksi tim penelitian dan pengabdian sapi kuantan juga melakukan penelitian tentang aspek reproduksi seperti jarak kelahiran dan tingkat kebuntingan pada sapi Kuantan.
Selain penelitian, Ari Prima juga melakukan pengabdian kepada para peternak. Kegiatan pengabdian berisi tentang pelatihan kepada para peternak tentang cara deteksi sederhana pada ternak yang terkena parasit dan penyakit cacing, kemudian pemberian informasi tentang obat apa saja yang dapat diberikan jika ternak terkena parasit dan penyakit cacing. Tidak hanya sampai disitu peternak juga diajari bagaimana cara memberikan obat pada sapi yang terkena penyakit dan juga dilakukan penyuntikan vitamin secara gratis pada sapi.

Menurut Ari Prima, materi tentang deteksi parasit dan penyakit cacing ini sangat disambut antusias oleh para peternak, karena kendala yang dihadapi oleh peternak salah satunya yaitu penyakit cacing hati yang menjangkit sapi para peternak, hal ini disebabkan karena dengan sistem pemeliharaan diumbar ternak sapi mengkonsumsi rumput dan hijauan yang terdapat telur cacing yang menempel yang kemudian berkembang di hati sapi sehingga menyebabkan pertumbuhan ternak menjadi terganggu.
kegiatan penelitian dan pengabdan tersebut selain membantu untuk memberikan informasi kepada para peternak dan membantu peternak dalam mengatasi masalah kesehatan ternak juga menjadi bahan yang digunakan untuk penyusunan skripsi dari mahasiswa. Pembimbingan mahasiswa dalam kegiatan pengabdian dan penelitian tersebut juga dibantu oleh bapak Dr. Ir. Aris Winaya yang merupakan dosen peternakan UMM dengan keahlian pemuliaan ternak. Dari kegiatan penelitian dan engabdian tersebut dapat diperoleh informasi dan disimpulkan bahwa sapi Kuantan ini daat digolongkan ke dalam sapi lokal tipe kecil jika dibandingkan dengan sapi Bali, sapi Madura dan sapi Aceh, di mana bobot dewasa yang dapat dicapai berkisar 100-200 kg sedangkan dari segi reproduksi sapi kuantan ini termasuk pada sapi dengan reproduksi yang cukup baik yang mampu melahirkan 1 ekor anak setiap tahunnya.
Sementara itu, salah satu peternak Yaman (58) mengatakan sebagai peternak merasa sangat terbantu dengan kegiatan pengabdian ini, selama ini dirinya dan peternak lain tidak tahu pasti penyebab kenapa ternaknya kurus walaupun sudah kami diberi pakan banyak. Dari pengabdian ini menjadi tahu jika penyakit cacing yang ada dalam tubuh ternak adalah satu penyebab hewan tidak bisa tumbuh sehat. “Kami juga senang dengan adanya pemberian obat dan penyuntikan vitamin secara gratis ini. Ibarat pepatah sekali mendayung dua tiga pulan terlampaui,” akunya. (foto/rilis: ari prima/editor: doni osmon)