Kutbah Idul Fitri Esensi Puasa, Ustadz Hafidz Pesan Lima Hal Jangan Ditinggal
KLOJEN-Esensi puasa seorang hamba selama ramadhan adalah hamba tersebut mampu mempertahankan mentranformasi budaya-budaya atau kebiasaan-kebiasaan selama ramadhan dalam perilaku sikap dan jiwa yang cenderung pada kemaslahatan umat pada 11 bulan yang akan datang.
“Inilah esensi puasa yang sebenarnya dapat menjadikan seorang hamba tetap berkesinambungan hingga ramadhan tahun depan dengan harapan menjadi umat Islam berkemajuan dari segi material dan spiritual menuju manusia muttaqin,” pembuka Ustadz Hafidz S.Pd, M.Pd, dalam kutbah Idul Ifitri di masjid Khadijah, Jl. Arjuno, Kota Malang, tadi pagi.

suasana shalat ied di masjid Khadijah, Jl. Arjuno, Kota Malang
Ustadz Hafidz melanjutkan Idul Fitri 1441 Hijriyah saat ini dalam keadaan umat Islam diberi ujian pandemi corona. Pandangn ulama dalam mensikapi ujian ada tiga bentuk, pertama musibah sebagai ujian Allah untuk hamba-hamba yang sholeh agar meningkatkan derajat dan ketakwaan hamba tersebut. Kedua, musibah yang diberikan kepada hamba-hambaNya yang lalai agar kembali kepada jalan yang lurus, jalan yang diajarkan Allah kepada RasulNya dan kepada kita semua. Ketiga musibah sebagai adzab yang diturunkan kepada hamba-hambaNya yang ingkar dan banyak berbuat maksiat dan kedzaliman di muka bumi ini.

Menurut Ustadz Hafidz sebagai langkah kongkrit mempertahankan ibadah yang sudah dilakukan selama ramadhan, mengutib Ibnu Qayyim Al Jauzi memberi pesan moral kepada kaum muslimin untuk menjaga tutur kata baik dan bermanfaat (Al Ahzab 70-71), menjaga pola makan teratur jangan berlebihan (Al A’raaf 31), jangan mengumbar hawa nafsu, mempertahankan pergaulan dengan orang-orang shaleh, berdoa dan tetap berlindung hanya lepada Allah tidak syirik.
“Oleh karena itu, marilah berdoa agar apa yang sudah kita lakukan ini senantiasa bermanfaat dalam kehidupan kita dan ibadah yang kita lakukan menjadi kemudahan-kemudahan dalam mencukupi kebutuhan-kebutuhan kita sehari-hari sampai kita menghadap Allah dalam keaadan khusnul khatimah,” pungkasnya. (foto/editor: doni osmon)