Kantin Eksyar UMLA Kupas Sebab Resesi Global
TABLOIDMATAHATI.COM, LAMONGAN-Kajian Rutin (Kantin) Ekonomi Syariah (Eksyar) Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla) hadir kembali dihadapan sobat Umla. Kali ini, membahas tentang Resesi dengan narasumber Faricha Maf’ula S.EI, MIFP Dosen Ekonomi Syariah dan di pandu oleh MC Alifatus Zahro mahasiswa semester I Prodi Ekonomi Syariah, Kamis (15/12) via YouTube UMLA TV.
Menurut Faricha Maf’ula, kata resesi ini sudah tidak asing di telinga kita, sebenarnya sudah banyak orang yang membicarakan tentang resesi. “Secara mudah, Resesi merupakan perlambatan atau penurunan aktivitas ekonomi,” jelasnya.
Aktivitas ekonomi, kata dia, ada tiga yakni produksi, konsumsi, dan distribusi. “Jadi perlambatan ketiga aktivitas ini. Yang perlu digaris bawahi adalah secara signifikan, meluas dan juga berjangka,” terangnya.
Atau secara bahasa teorinya penurunan Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) secara terus menerus signifikan dan meluas. “PDB merupakan total output dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara pada periode tertentu,” tutur Dosen lulusan Malaysia tersebut.
Resesi itu, kata dia, berdampak pada sektor-sektor tertentu, salah satu contohnya pada krisis moneter tahun 2008 yang terjadi di Amerika Serikat. Jadi, berawal dari kasus kebangkrutan terbesar di Amerika Serikat ini mengungkapkan seberapa besar pasar keuangan bergantung kepada aset ‘busuk’- apa yang disebut sebagai hipotek subprime dan turunannya – saat terjadi lonjakan beberapa tahun sebelumnya.
“Masalah ini terjadi karena industri hipotek memberikan dana kepada para peminjam yang sebenarnya tidak mampu membayar. Sehingga terjadi peningkatan kebangkrutan yang memicu ambruknya sejumlah lembaga peminjaman,” katanya.
“Dan ini efeknya berdampak di seluruh daerah, salah satunya Indonesia,” pungkasnya. Kemudian Faricha mengajak flashback, bahwa resesi itu membuat perlambatan ekonomi. Kalau dari sesi produksi pelambatan ekonomi itu para produsen akhirnya berfikir. Jadi tidak akan lagi berproduksi pada titik yang sama.
“Mereka akan berfikir efesianesi, yang berdampak pada teman yang bekerja, yaitu PHK (adanya pemutusan hubungan kerja, atau bahkan perusahaannya jika tidak kuat menghadapi resesi, maka dia bisa koleb,” lanjutnya.
Maka di jangka panjang. Pengangguran akan semakin meningkat. Kemudian cara yang kita lakukan untuk menghadapi resesi di tahun 2023, kata Faricha yang pertama, Misalnya jika teman-teman hutang yang berhubungan dengan bunga. Karena takutnya nanti resesi tahun 2023 akan digaungkan, maka suku bunga akan meningkat. Jika suku bunga meningkat maka akan mempengaruhi kita (yang punya hutang),” sambungnya.
Jadi, kata dia, jika teman-teman sekarang yang masih punya hutang, maka secepatnya di lunasi. Yang kedua, siapkan dana darurat. Untuk kita bisa bertahan hidup dari 3 sampai 6 bulan. Jika misalnya resesi datang kemudian kita memegang uang cash, maka kita harus berjaga-jaga memegang uang.
Ketiga, jika ada dana lebih. Maka teman-teman bisa ikut asuransi, jika sewaktu-waktu pada saat ekonomi mengalami Down, saat teman-teman sakit, maka ketika kita beli obat bisa kita kafer dari asuransi tersebut.
Kemudian Faricha menambahkan. Jika dari sisi investasi, jika teman-teman punya uang banyak. Lebih baik teman-teman berinvestasi pada aset yang mudah di cairkan. Contohnya deposito berjangka. Dari pada seperti beli properti. Jadi banyak orang ketika pada saat resesi maka akan menjual properti tersebut. “Oleh karena itu, ketika kita beli konsumsi, maka jangan berhambur-hamburan. Belilah sesuai dengan kebutuhan,” pungkasnya.
Penyebab resesi
Kemudian di akhir, faricha menjelaskan penyebab terjadinya resesi. Menurutnya penyebab dari bencana alam, inflasi yang terus menerus, deflasi yang terus menerus, dan lainya. “Itu bisa penyebab resesi. Ini bisa disebabkan dari ekonomi yang tidak baik, apalagi kita setelah terkena pandemi Covid yang aktivitas ekonomi serba dibatasi,” pungkasnya. (rilis: alfain jalaluddin ramadlan/editor: doni osmon)