Jasa Tirta Gandeng 2 Lembaga Kaji Ilmiah Manajemen Air Hujan
TABLOIDMATAHATI.COM, MALANG-Perum Jasa Tirta (PJT) I bersama Jaring-jaring Komunikasi Pemantauan Kualitas Air (JKPKA) dan Universitas Negeri Malang (UM) menggelar temu ilmiah virtual ke-23, tematik Konservasi Partisipatif untuk Meningkatkan Ecoliterasi Siswa. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari program berkelanjutan pendidikan lingkungan siswa SMA dan SMP di wilayah kerja PJT I.
Orasi ilmiah berjudul Memanen Air Hujan disampaikan oleh Ketua UM Green Campus, Dr. Vivi Novianti M.Si, sebagai opening acara. Dalam penjelasannya Vivi mengatakan, Indonesia menyimpan cadangan air dunia sebanyak 6 persen. Namun ironisnya, Pulau Jawa sebagai pulau terpadat penduduknya diramalkan akan menghadapi ancaman krisis air di tahun 2040.
Menurut Vivi, Indonesia dengan iklim tropis memiliki kelebihan dalam hal ketersediaan air. Curah Hujan rata-rata 2.500 mm per tahun. Namun jumlah air yang melimpah terkendala oleh banyaknya lahan seperti hutan yang beralih fungsi, sehingga tidak dapat menyerap air dalam tanah dan cenderung menjadi run off atau luapan air seperti banjir.

Saat ini, lanjut Vivi ketersediaan air dan pemanfaatan untuk kebutuhan manusia di Indonesia cukup beragam. Di Jawa, per orang memiliki ketersediaan air sebanyak 1.169 M³ per tahun, di Bali sebanyak 4.224 M³ per tahun, di Papua 296,84 M³ per tahun. Sedangkan di Sumatera 15.892 M³ per tahun dan Kalimantan menjadi yang terbanyak yakni 80.167 M³ per tahun atau sekitar 80 kali lipat ketersediaan air bagi perorangan di Jawa.
“Krisis air kini juga banyak terjadi di Pulau Jawa. Bahkan warga harus membeli air bersih dengan harga mahal yang seharusnya bisa diperoleh secara gratis dari alam. Untuk itu manajemen air hujan menjadi sangat penting untuk bisa dipelajari bersama untuk menjaga ketersediaan air di masa yang akan datang,” ungkapnya.
Vivi menyebutkan masa depan manusia ditentukan bagaimana caranya mengatasi krisis. Saat itu yang dibahas adalah krisis lingkungan dan pemanasan global. Hari ini Indonesia masih berhadapan dengan krisis tersebut. Juga ada krisis covid-19 yang dampaknya sangat luas.
Karena pandemi pula, tambah Vivi, temu ilmiah yang sebelumnya menjadi ajang pertemuan para guru dan pembina JKPKA dalam ruang fisik, sekarang hanya bisa bertatap muka lewat daring. Namun hal itu menurutnya, tak mengurangi makna dari pembelajaran bagi para guru dan siswa yang tergabung dalam JKPKA.
Direktur Utama PJT I, Raymond Valiant Ruritan mengapresiasi temu ilmiah yang digelar JKPKA. “Air menjadi komponen dasar kehidupan manusia. 70 persen lebih tubuh manusia terdiri dari air. Tentunya juga tidak bisa dilepaskan dari sumber daya ini. (irfan wahyu setyawan)